Rabu, 28 Mei 2014

Mantan Pecinta Wanita

Mungkin sebutan untuk pencinta wanita memang pantas untukmu. Aku tak pernah habis pikir bagaimana bisa kamu secepat itu sudah memiliki wanita yang baru. Bagaimana dengan wanitamu yang dulu keras kepala dan manjanya melebihi bocah lima tahun itu? Apakah dia baik-baik saja setelah kamu meninggalkannya? Aku tidak yakin dia bisa setegar aku, bukannya aku ingin menyombongkan diri tapi sepertinya kenangan tentang dirimu jauh lebih menyakitkan karna selama waktu bertahun-tahun itu dia telah bersamamu dan begitu mencintaimu. Sebentar, cinta atau hanya obsesi? Ah, sudahlah aku tak ingin sok tahu tentang hati manusia.

Terkadang aku berpikir mengapa sampai saat ini aku masih saja menyimpan perasaan ini padamu sedangkan kamu mungkin sudah tidak peduli lagi. Sudah ada wanita baru yang entah lebih baik atau bahkan sebaliknya. Aku sudah tak ingin mengurusinya lagi. Tapi hati ini tak bisa untuk tidak peduli. Secepat itukah kamu melupakan kita? Sedangkan sampai saat ini aku masih saja mengurusi sakitnya luka yang belum juga kering ini. Kamu entah mengapa masih menjadi segala dalam kepala. Ketika aku tahu ada wanita lain yang menyukaimu, masih pantaskah aku masih berharap? Aku tahu titik jenuhmu mungkin sudah akut atau mungkin sudah terlalu lelah hingga kamu melepaskan genggamannya. Sudah ku bilang bukan jangan terlalu lama mengenggam duri yang membuatmu tak sadar akan melukai tanganmu sendiri.

Aku tidak tahu harus tertawa atau menangis. Aku ingin tertawa terbahak-bahak karna hubunganmu dengan wanita manja itu sudah berakhir tapi di sisi lain aku ingin menangis karna kamu tak henti-hentinya terus menambah luka karna hubunganmu dengan wanita barumu. Jangan kamu pikir aku tidak tahu karna sampai saat ini aku masih mencari-cari tahu kabarmu walaupun yang aku dapat bukan kabarmu tapi malah wanita-wanita yang dekat denganmu. Mengapa kamu tak pernah mencari tahu tentang aku setidaknya mencari tahu bagaimana keadaanku setelah berpisah denganmu. Mengapa kamu tidak datang padahal disini aku terus menunggu. Bukankah alasanmu ingin menjauh dariku karna dia, wanita manja itu. Mengapa kamu malah bersama yang lain. Dan tak berusaha memperbaiki kita seperti dulu.

Aku sungguh tak pernah mengerti jalan pikiranmu. Aku tak bisa terka apa yang ada dalam otakmu. Kamu terlalu semu hingga aku tak bisa melihat sisi terangmu. Mungkin harusnya aku yang terus bersamamu sehingga kamu tak lagi berpindah-pindah pada hati yang lain. Dan menjadi pecinta wanita yang hanya kamu jadikan cinta sesaat. Aku tahu sifat burukmu, kamu tak pernah bersikap tegas dan cepat luluh terhadap wanita. Aku tahu kamu lebih dari kamu mengetahui dirimu sendiri. Ketahuilah aku selalu mencintaimu walaupun kamu memilih bersama yang lain lagi dan lagi.

Untuk mantanku,
Si Pecinta Wanita yang tak pernah peka pada hati seorang wanita yang mencintaimu begitu berdarah-darah.
Aku ingin kamu kembali.

Selasa, 06 Mei 2014

Satu Tahun Tanpamu

Aku menatap dinding kamar dengan hiasan banyak bintang yang gemerlap dan bulan yang seakan tersenyum padaku. Begitu indah, walaupun di luar sana tak ada satupun bintang di tengah gelapnya malam. Sambil memeluk boneka bantal hello kitty kesayanganku dan mendengarkan alunan lagu jet-look what you have done. Malam ini, bolehkah aku sedikit menggalau? Ah, entah mengapa malam ini sepertinya tepat untuk bermelow ria. Sedikit miris. Mungkin.

Aku teringat kejadian satu tahun yang lalu, saat jemarimu menggenggam erat tanganku untuk yang terakhir kali. Perpisahan yang membuat aku sampai saat ini masih belum percaya kalau kita tak akan mungkin bersama lagi. Memang keadaanku jauh lebih baik sekarang. Aku tak lagi menangis sesering dulu. Tapi hati ini masih belum menerima rupanya, sesekali ketika mengingatmu ada sesak yang merajam dalam dada. Aku tak mau lagi menangis, aku sudah lelah. Bahkan mungkin air mataku sudah kering karna terlalu sering menangis. Mungkin saat ini kamu sudah melupakan segalanya, segala kenangan tentang kita. Mungkin. Karena kamu yang sampai saat ini masih sulit ku tebak jalan pikirannya. Kamu terlalu semu terlalu misterius untuk ku pahami.

Kamu tahu sayang? Aku tak pernah sedikitpun berniat mengubah kenangan kita menjadi abu-abu; menghilang begitu saja dimakan oleh waktu. Sayang, setiap aku melewati tempat-tempat dimana kita berdua, dadaku sesak tak karuan tapi mata ini sulit untuk menangis. Aku sudah tak paham lagi dengan perasaanku sendiri. Mungkinkah aku sudah mati rasa. Mungkinkah perasaanku padamu bukan lagi cinta tapi kesabaran karna telah dikecewakan berkali-kali. Aku sudah lelah dibuat jatuh tapi kamu tak pernah menolongku untuk bangkit. Aku lelah dibawa terbang tinggi kemudian dihempaskan begitu saja.

Sayang, aku ingat saat dulu kamu begitu mencintaiku begitu memujaku, kamu bilang hanya aku yang mengubahmu menjadi sosok yang setia. Kamu bilang tak ingin lagi berpindah-pindah ke hati yang lain. Tapi nyatanya semua hanya omong kosong. Mungkin takdirmu sudah jelas, tak hanya membahagiakan aku seorang saja. Bukannya aku ingin menyalahkanmu, tapi sepertinya kamu tak paham bagaimana kesabaran dalam mencintai. Aku dengar hubunganmu dengannya sudah putus lalu kamu telah berhubungan dengan wanita yang baru. Ah, ternyata kamu belum cukup puas membuat wanita menangis karna mencintaimu begitu berdarah-darah. Aku sudah pernah bilang kan, cukup aku yang terakhir kamu kecewakan, jangan ada lagi wanita yang nasibnya miris seperti aku.

Bukannya aku ingin berpikiran negatif, tapi kenyataannya kamu memang tak pernah merubah sikapmu yang terlalu cepat luluh karna wanita. Sayang, ketahuilah sampai pada saatnya nanti kamu pasti akan tahu; akan mengerti bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang hatinya telah berdarah-darah karna sikapmu, seseorang yang cintanya hanya kamu anggap bualan, seseorang yang matanya bengkak karna terlalu berlama-lama menangisimu. Bukan aku ingin melebih-lebihkan, tapi nyatanya kamu selalu tak pernah peka pada hati seorang wanita.

Tak terasa sudah hampir satu tahun, saat kamu menatapku begitu lemah, saat genggaman tanganmu begitu dingin. Aku tak lagi bisa menghirup bau tubuhmu, kita tak lagi menghirup nafas yang sama. Segalanya telah berbeda sayang. Tak lagi sama. Aku begitu ingin mengulang waktu saat-saat kita masih baik-baik saja. Saat aku begitu nyaman tenggelam dalam pelukan hangatmu. Saat suaramu adalah yang pertama kali ingin ku dengar. Sayang, kamu membuatku menangis lagi malam ini. Tapi aku tahu kamu tak mungkin menghapus air mata ini. Aku tahu kamu tak akan pernah datang lagi. Seperti dulu saat kamu tiba-tiba datang tanpa ku minta.

Sudah hampir satu tahun kita berjaga jarak sayang. Tapi mengapa sifatmu yang pecinta wanita belum juga hilang. Aku merasa gagal pernah sebagai mantan kekasihmu yang ku pikir karna aku sifatmu akan benar-benar berubah. Mungkinkah jika kamu kembali padaku lagi kamu akan benar-benar setia? Sayang, aku tak peduli berapa hati yang telah kamu lewati untuk sampai pada tujuanmu nantinya. Yang aku takutkan, kamu tak akan pernah mengubah sifat burukmu itu. Ingatlah, aku tak lagi bersamamu. Aku tak lagi bisa mencampuri urusanmu. Apalagi mencampuri urusanmu dengan wanita-wanita yang berhubungan denganmu. Aku iri sayang. Mengapa mereka bisa dekat denganmu tapi aku tidak. Aku seperti orang bodoh, aku tak tahu harus bagaimana.

Sudah hampir satu tahun sayang. Jujur aku ingin bertemu walau hanya bertatap muka. Semoga kamu tahu, semoga kamu mengerti. Aku merindukan kamu, merindukan kita yang dulu.