Senin, 18 Mei 2015

Maaf atas segala rasaku

Sekali lagi kutatap semburat langit senja
Tak berubah tetap menawan sukma
Namun hatiku tak mampu lagi mencerna
Semua bagai tersaput mega

Tak lagi kurasa sentuhmu
Tak lagi kuraba kehangatanmu
Tergugu aku membisu
Tak sanggup lagi menggapaimu

Terincik terburai merebak
Luruh bergulir seumpama ombak
Tak mampu hela kabut menyibak
Aku terjebak ...

Harus berapa kali lagi kukatakan artimu bagiku
Namun kau selalu meragu
Aku terpaku
Membiru ...

Ya ... mungkin aku memang tak pantas
Mengharapkanmu walau seutas
Sekejap bayangmu melintas
Jiwaku memekik terhempas

Maafkan aku ...
Karena begitu menyayangimu

Sekali lagi ...
Maafkan aku ...
Atas rasaku ...

Minggu, 17 Mei 2015

Gadis pisces biasa yang bermimpi pada pria gemini

Hei pria geminiku, bagaimana kabarmu? rasanya aku bukan lagi gadis yang beruntung karena sudah tak banyak tahu tentang apa yang terjadi padamu. Kita tak lagi saling bertegur sapa apalagi bertatap muka seperti dulu. Aneh, bayangmu selalu hadir di setiap sudut aku memandang, senyummu selalu terngiang di setiap aku terpejam, dan pelukmu masih terasa di setiap aku terjaga. Ku baca lagi setiap percakapan kita, ku lihat lagi foto kita yang dulu begitu romantis, ku dengar lagi suaramu yang ku rekam saat kita mencurahkan rindu lewat telepon hingga larut. Begitu saja terus, hingga rindu ini membuatku gila, membuatku semakin kesesakan sendiri karena ternyata kata-kata cintamu hanya bualan belaka, membuatku tak percaya bahwa pria yang begitu ku junjung tinggi; meninggalkanku dengan alasan gila.

Harusnya aku tahu dari awal, bahwa kamu seorang pria gemini yang indentik sulit berkomitmen, mudah merasa bosan, dan pria yang selalu mengandalkan prinsip dalam hidupnya. Sedangkan aku seorang gadis yang tak pernah mengerti jalan pikiranmu. Keahlianku hanya bisa bermimpi, berimajinasi, menulis, selebihnya hanya gadis yang senang membaca buku novel hingga berjam-jam. Harusnya aku tak perlu terlalu cepat mengubah persepsiku bahwa bersamamu adalah kenyataan yang lebih indah dari sekedar bermimpi. Awalnya memang begitu indah, namun saat kamu memilih pergi, kenyataan itu berubah menjadi mimpi buruk. Yang bahkan aku sendiri belum sempat mempersiapkan diri bahwa kenyataannya akan separah ini.

Aku seorang gadis pisces dan kamu seorang pria gemini. Seseorang pernah berkata padaku kalau hubungan kita adalah hubungan yang aneh; hubungan destruktif yang saling bertolak belakang. Mungkin lebih tepatnya kita takkan pernah cocok. Ah, aku bukan orang yang terlalu percaya pada sebuah ramalan basi. Mungkin kita berbeda, namun tak menghalangi kita untuk saling melengkapi bukan? Aku mengumpat sendiri, bahkan saat hatiku remuk seperti ini masih saja berharap kita akan seperti dulu lagi.

Aku hanya gadis pisces biasa, yang tak bisa membedakan antara pria yang tulus dan pria yang hanya datang dan pergi begitu saja.
Aku hanya gadis pisces biasa, yang sensitif karena kamu seringkali tak menggubris rasa rinduku yang menggebu dan mudah menangis tersedu-sedu ketika disakiti olehmu.
Aku hanya gadis pisces biasa, yang entah tanpa disadari mengumpat karena takut kehilangan dirimu, yang sedikit posesif ketika tahu bahwa kamu tak hanya menjadikanku satu-satunya.
Aku hanya gadis pisces biasa, yang tidak ingin kamu pergi saat aku sedang mencintaimu, yang sifat cengengnya selalu memuakanmu.
Aku hanya gadis pisces biasa, yang sifat agresifnya terlihat sampah di matamu.
Aku hanya gadis pisces biasa, yang bermimpi bahwa suatu saat nanti cerita kita akan menjadi happily ever after.
Aku hanya gadis pisces biasa, yang terlalu mencintaimu dan berharap selalu bisa merasakan peluk hangatmu.

Tentu aku bukanlah gadis yang kamu harapkan. Karena aku tahu kamu tak suka gadis cengeng dan suka merengek sepertiku. Iya, aku hanya gadis bodoh dengan sepaket ketololannya karena mencintaimu begitu dalam. Dengan segala pengabaianmu, harusnya aku sadar bahwa tak ada lagi yang perlu dilanjutkan apalagi dipertanggung jawabkan. Namun, apakah seorang pria gemini selalu seperti itu; datang dan pergi begitu saja tanpa kata, tanpa maaf, tanpa lambaian tangan. Seolah kamu melupakan kenangan kita begitu saja yang sangat berarti bagiku namun tidak bagimu.

Kembali pada bagian awal, aku seorang gadis pisces dan kamu seorang pria gemini. Aku pemimpi sedangkan kamu penebar janji. Perasaanku selalu kau anggap angin lalu, hanya debu yang tertiup angin dan menjadi remah-remah yang tak akan pernah kau sentuh sama sekali. Kau buat ruang yang luas, kau sediakan banyak mimpi, kau ciptakan jarak jutaan mil. Namun tak kau berikan sedikit saja kesempatan untukku membuktikan bahwa yang selama ini ku rasa adalah cinta yang begitu tulus.
Selama ini, aku terlalu banyak bermimpi. Karena itulah salah satu keahlianku. Namun, sepertinya kali ini aku dilarang untuk bermimpi terlalu jauh, karena kau diciptakan tidak untuk ku gapai.

Dari piscesmu,
yang terlalu banyak bermimpi hingga kesakitan sendiri.

Jumat, 01 Mei 2015

Rinduku masih sama

Ku kira aku bisa sekuat yang ku katakan, tapi nyatanya tetap saja air mataku menetes lagi saat ku lihat diam-diam kamu menunjukan kemesraanmu dengan dia di jejaring sosial mu. Seketika aku ingat, kamu tak seperti itunya saat bersamaku, sangat berbeda dengan dia. Mungkinkah kamu sudah jatuh cinta setengah mati padanya? Atau sudah rindu setengah mati?

Ah, mengapa kamu tak bisa bersikap seperti itu saat masih bersamaku. Hanya bualan dan bualan. Kamu tak pernah benar-benar mencintaiku, tak pernah sedikitpun. Hanya drama manis yang kau lakukan begitu lihai saat bersamaku. Begitu pandai kau memainkan peran sampai-sampai aku tak melihat apa yang ada di balik topengmu. Aku hanya bonekamu, yang senang kau junjung tinggi, kau peluk, kau cium dan kapan saja bisa kau jatuhkan kapanpun kau mau. Seperti itu bukan?

Entah karena aku wanita bodoh yang mudah saja kau permainkan. Atau kamu yang terlalu jahat berhasil membuatku jatuh cinta lalu pergi begitu saja. Mengapa kamu tak pernah lihat bagaimana aku yang rela melakukan apapun agar hubungan kita tetap baik-baik saja? Mengapa kamu tak pernah menengok sedikitpun usahaku agar kamu tetap berada di sisiku? Meskipun hatiku remuk redam saat kau lontarkan dua kata, "kita putus". Segitu sajakah perjuanganmu untuk hubungan kita? Kamu begitu berbeda tak seperti kamu yang dulu begitu manis saat mendekatiku. Aku ingat kamu pernah berkata, kenapa  hanya laki-laki saja yang berjuang dalam suatu hubungan. Rasanya saat itu aku ingin berkata sekeras-kerasnya di telingamu dan mengatakan, "Lalu apa artinya usahaku selama ini untuk tetap berada di sisimu?". Hey aku tak pernah sebecanda itu untuk mencintaimu.

Kamu yang telah membawaku jauh berlari tapi kamu juga yang meninggalkanku sendirian. Selalu ada pertanyaan yang sama, mengapa kamu pergi saat aku yakin bahwa hanya kamu yang akan membuatku bahagia, mengapa kamu menjauh saat aku masih ingin menyelami dirimu. Mengapa semua ini terjadi justru saat aku yakin ingin mempertahankanmu?

Sudah hampir 8 bulan setelah kamu mengakhiri hubungan kita, aku masih merasakan sesak yang sama ketika melihat fotomu. Mengapa kamu terlihat lebih tampan saat kita tak lagi menjalin hubungan? Aku rindu hidungmu, dahimu yang lebar, matamu yang teduh, lenganmu yang berotot, lekukan senyum manismu, renyahnya tawamu, khasnya suara manjamu, aku rindu semua yang jauh sebelum hari-hariku kulewati tanpamu sekarang. Aku tak lagi bisa menikmati itu semua. Tak lagi bisa menatap wajahmu dengan jarak yang begitu dekat. Tak lagi bisa mencium aroma parfummu yang begitu kusukai. Mengapa hal-hal indah itu terjadi sebelum hari ini? Ah, lagi-lagi hanya kenangan yang ku dapatkan, bukan kamu, apalagi cintamu.

Terkadang aku merasa jadi wanita yang paling sedih, wanita yang paling merana karna selalu saja ditinggal saat sedang cinta-cintanya. Ini salah siapa? Salahmu atau salahku? Saat kamu datang begitu manis, mengulurkan tanganmu, berkata bahwa kamu menyukaiku, dan menyakinkanku bahwa aku akan kau jadikan satu-satunya. Aku telah kau buat terlena, mabuk kepayang, jatuh cinta setengah mati, lalu pada akhirnya kau buat sakit hati sendirian.

Setelah 8 bulan, nyatanya aku belum bisa melupakanmu, melupakan segala tentang kita. Dan malam ini aku menangis lagi karena mengingat kita yang dulu begitu berarti bagiku, namun mungkin tidak bagimu. Kita yang dulu sedekat nadi, sebelum sejauh matahari. Kita yang dulu berbagi banyak hal, kini saling tak kenal. Begitu menyakitkan karena sikap manismu dulu berubah 180 derajat setelah aku bukan lagi menjadi siapa-siapa dalam hidupmu. Kamu menjadi sosok yang berbeda dari awal kedekatan kita. Mungkin aku belum tahu banyak tentang dirimu, namun tahukah kamu telah menjadi satu-satunya dalam hatiku.

Kamu tak akan pernah paham bagaimana aku yang ingin terus memperjuangkanmu. Aku selalu menganggapmu yang terbaik meskipun banyak pria berusaha mendekati dan merebut hatiku darimu. Aku meninggalkan mereka, demi kamu-- karena aku percaya bahwa pria biasa sepertimu pun punya kesempatan yang sama untuk membahagiakanku.

Kini, kamu telah berlari dan membiarkanku berjalan jauh di belakangmu. Dan sekarang aku paham, kata cinta yang terucap dari bibirmu hanyalah sandiwara yang kau mainkan begitu lihai. Begitu juga dengan rindu yang terucap dari matamu, hanyalah drama yang kau pentaskan dengan sempurna. Apakah pelukan dan ciumanmu juga bagian dari dramamu? Tentu aku kalah, karena aku tidak pandai bermain peran sepertimu. Yang ku tahu, mencintaimu bukanlah sebuah skenario yang harus ku pertontonkan.

Aku hanya ingin berpesan, jangan pernah menyesal karena kamu memperlakukan aku seperti ini. Aku tidak akan menyumpahi, berdoa pada Tuhan agar Dia mengutukmu, tapi satu hal yang kautahu; tak akan ada cinta yang sama, tak ada perhatian sekuat yang aku punya, tak akan ada perempuan yang mau merendahkan dirinya, hanya demi mencintai pria biasa. Tak akan ada sosok yang mencintaimu dengan sangat sabar, kecuali aku.

Mungkin kamu bahagia karena telah kembali padanya, namun suatu saat waktu pasti akan menunjukkan, betapa selama ini kamu melakukan kebodohan nomor satu karena telah menyia-nyiakan orang yang begitu tulus mencintaimu. Waktu akan membuatmu paham, bagaimana rasanya ditinggalkan saat sedang cinta-cintanya. Saat ini mungkin menurutmu dialah yang terbaik, hanya karena kenanganmu dengan dia belum bisa kamu lupakan. Yang terbaik bagimu belum tentu terbaik di mata Tuhan.

Terima kasih untuk sebulan yang bagiku begitu ajaib. Aku rindu manisnya dirimu. Seandainya kau tahu, aku lelah karena memendam rindu sendirian. Kalau pun kamu tak ingin menemuiku lagi, kalau pun kita tak akan pernah seperti dulu lagi, aku hanya punya satu permintaan. Tolonglah tetap membawa namaku dalam salat lima waktumu sesering ketika aku mengadahkan tangan berdoa agar kamu selalu dilimpahkan kesehatan dan kebahagiaan.

Seandainya kamu tahu, rindu tak pernah sebentar...