Minggu, 31 Januari 2016

Saat impian hanyalah mimpi

Di titik ini semua seperti membias antara Mimpi dan Kenyataan

Seperti hitam dan putih yang tidak pernah berjalan seiring dan sewarna, pelangi dan saat sore senja menjinggapun seolah tak pernah berpapasan datang dalam waktu dan tempat yang di nantikan.

Begitu juga malam dan siang  seperti dua alam yang kodratnya sangat tidak mungkin terjadi dan bertemu dalam satu waktu.

Tentang cerita kau dan aku hanya seperti benang layangan-layang yang menunggu terbang saat langit membiru menyapa awan putih dan angin, hari-hari ku tuliskan cerita tentang para penerbang layang-layang dan pengenjar layang-layang seperti ceritamu saat bermimpi terbang dan bebas di ketinggian tanpa batas. Ku hanya akan menikmatimu sebagai pendongen rindu yang menceritakan sebait dua bait tentang kau dan aku di tempat yang berbeda.

Dibatas rindu dan persahabatan semua datang terdengar indah dalam   satu kalimat yang kau bisikan dalam sajak-sajak yang memberontak duniamu sejenak membaca puisi-puisi belasan tahun yang ku urai dalam kenangan lembaran tinta dan kertas saat kali pertama melihat senyum dan tatapan kedua matamu.

Dibatas ini pun kita memiliki doa dan impian di dunia yang sudah berbeda, berharap satu waktu dan satu hari kau kutemukan dalam uluran benang layangku sehari memilih melawan dunia dan keadaan untuk sejenak melihatmu nyata di duniaku.

Jumat, 29 Januari 2016

Mengenang kita

Hujan tadi menghantarkanku pada renjana
Membawa hasrat pada cinta masa lalu
Tersenyum mengenang kita yang tlah berlalu
Sirna di antara terangnya kenyataan
Runtuh dalam batin yang ku redam
Bungkam dalam diamku..

Masih kita yang terindah..
Masih lagu lamamu yang syahdu
Masih rindu itu inginku
Masih senyuman itu, mata itu, suara itu
Masih kita…

Mengenang kita…
Pada pantai yang menyimpan rahasia indah
Pada pepohonan yang memendam rasa kita
Pada hembusan angin yang membawamu
Pada pelukan erat yang ku inginkan
Pada hasrat akan kebersamaan
Cinta kah itu..?

Mengenang kita..
Pada penyesalan tentang kepergianmu
Pada hadirmu yang tak sampai
Pada kesedihan yang menantimu
Pada kekecewaan yang jatuh di ketiadaan
Pada tangisku yang mengenang kita
Pada pilu yang lirih memainkan lukaku
Seakan kau tak sanjung kesetiaanku
Hingga pedihku menginginkan lupa
Hingga aku ingin kita tidak pernah ada