Senin, 12 September 2016

Entahlah!!!

Aku menulis ini ketika air mataku mulai mengering. Kita baru saja selesai bicara panjang lebar dan kamu memilih melanjutkan pekerjaanmu. Aku tak mengerti pria seperti ini bisa menjadi kekasihku. Perkenalan kita biasa saja, kita bertemu di media sosial dan kamu mendekatiku dengan hebatnya. Sebulan lalu, di Kebun Raya Bogor entah dengan keberanian seperti apa kamu menggenggam tanganku diantara kerumunan banyak orang yang berlalu lalang. Bodohnya aku tak mengelak genggaman itu. Dan saat itu aku berfikir "Senyaman inikah?".
Caramu menjagaku tak pernah aku rasakan dengan pria sebelum kamu. Kamu berbeda dan kamu menganggapku benar-benar ada. Dan saat kamu berkata bahwa kamu nyaman denganku dan memintaku untuk menjadi kekasihmu, saat itu pun rasanya aku ingin menjawab "Iya aku mau". Aku sengaja mengundur waktu untuk menjawab pertanyaanmu selama seminggu. Karena aku ingin menyakinkan diriku bahwa kamulah pria terbaik yang tak akan membuatku terluka lagi. Harus kamu tahu selama seminggu itu aku terus berfikir aku terus meyakinkan diriku sendiri bahwa aku harus menerima semua resikonya ketika aku harus menerimamu. Aku bukan wanita yang mudah mengucap kata nyaman pada setiap pria yang hadir. Aku bukan wanita yang begitu mudahnya mengumbar kata cinta pada seorang pria. Karna ketika aku telah menerimamu, aku harus rela terluka lagi ketika nantinya bukan kamu yang menjadi pria terakhir untukku.
Entah keberanian seperti apa aku mau menerimamu menjadi kekasihku. Padahal masih ada ketakutan dalam diri ini, kemungkinan-kemungkinan lain yang tak akan bisa membuatku bahagia. Selama hubungan kita terjalin, aku tak ingin berharap terlalu jauh, tapi kedekatan kita tak bisa melarangku untuk tidak memiliki perasaan apapun padamu. Awalnya aku ingin perasaan ini tak lebih dari sebuah kenyamanan tapi entah mengapa perasaan ini semakin tumbuh dan tumbuh. Kamu datang membawa energi-energi baru dalam redupnya duniaku, kamu hadir membawa kebahagiaan yang sulit ku pahami. Aku pun tahu kamu mungkin tak akan percaya bahwa ada cinta di mata seorang wanita yang kamu kenal dekat dengan banyak pria. Akan ku jelaskan bahwa penilaianmu selama ini salah. Sebelum dekat denganmu aku memang kenal dengan banyak pria, entah mereka yang menurutku baik atau tidak. Tapi aku tidak bodoh. Aku juga tidak akan terbuai lagi dengan janji manis seorang pria. Karna kamupun tahu, berkali-kali aku terjatuh dan berkali-kali itu pula aku mengobati lukaku sendiri tanpa bantuan seorangpun. Kamu mungkin tak akan pernah percaya, karna akupun belum bisa mengobati luka perih masa lalumu, trauma-trauma di masa lalu yang kamu usahakan akan segera berlalu. Tapi ketahuilah, aku pun sama sepertimu tak ingin jatuh ke lubang yang sama. Tapi aku tak pernah menunjukkan padamu bahwa aku lebih punya ketakutan yang tak mungkin kamu pahami. Aku hanya ingin seseorang yang mengubah ketakutan itu menjadi sebuah keberanian. Aku ingin kamu menjadi pria yang tak akan membuatku menoleh pada kesakitan-kesakitan di masa lalu. Dan berharap kamu akan membuatku menangis karna air mata kebahagiaan bukan kesedihan. Aku ingin mengajakmu berjalan lebih jauh, tapi akupun belum bisa membuatmu percaya bahwa aku sunguh-sungguh. Ketika malam tadi kamu mengabaikanku dengan begitu hebatnya, hanya karena kesalahpahaman. Kamu tak akan pernah tahu bagaimana aku yang menahan ego sekuat-kuatnya agar hubungan kita tetap baik-baik saja. Kamu tak pernah tahu bagaimana rasanya aku yang ingin berteriak keras di depanmu hanya untuk berkata bahwa aku Mencintaimu!. Kamu tak akan mengerti bahwa aku menahan amarahku agar kamu tak semakin meledak-ledak. Sungguh, demi Tuhan sekali lagi aku menjadi wanita bodoh yang membiarkan perasaannya sakit hanya untuk seorang pria. Aku tak pernah menganggap bahwa aku paling benar dengan caraku mencintaimu. Hanya satu inginku, jangan membuatku memohon agar kamu tetap mencintaiku. Karna jika kamu memang mencintaiku, kamu tak akan pernah membuatku memohon dan merendahkan dirinya hanya untuk pria yang dicintainya.
Harus kamu tahu, aku terus ingin memelukmu, agar tidak pernah kehilangan kamu dan tak akan lagi mencicipi luka ditinggal saat sedang cinta-cintanya. Aku selalu ingin menahanmu pergi, ketika kau harus
kembali bergelut dengan dunia kerja.
Aku selalu ingin agar waktu berhenti ketika kita bertemu, sehingga aku bisa lebih lama memandangimu, memelukmu, mengajakmu membicarakan mimpi-mimpi kita.
Aku sedang dalam ketakutan. Takut perasaanmu akan berubah padaku. Takut kamu akan pergi tanpa perasaan. Jika aku bukan yang terbaik menurutmu, lakukan apapun yang menurutmu bisa melukai hatiku. Agar aku bisa lebih cepat melupakan kamu. Aku tahu kamu tak semudah itu berkata bahwa kamu sudah tak ada lagi hati untukku. Tapi entah kekasihmu ini begitu bodoh atau terlalu tolol, dia menangis hanya karna kata-katamu yang tak masuk akal, hanya karna candaanmu yang membuatnya tak karuan setengah mati.
Mataku sudah cukup sembab tidak tidur semalamam hanya karna pria yang membuat otot-otot dalam otakku mengencang. Semoga kamu mengerti tak akan ada cinta yang sama. Tak akan ada ketulusan seperti yang aku punya. Ingat! Aku tidak mengancam. Aku hanya ingin kamu tidak merasakan luka yang sama.