Jumat, 28 Oktober 2016

Untukmu yang Sudah Bersamaku

Sayang, tak ada yang berkata bahwa hubungan manusia akan berjalan begitu mudahnya. Ada dua isi kepala dan dua masa depan yang harus disatukan. Dan prosesnya ini bisa saja menyakitkan. Kamu tahu? Aku disini ingin berjuang agar hubungan kita tetap memiliki masa depan. Dan aku berharap kamu juga punya pemikiran yang sama.
Sayang, ketahuilah semenjak aku bersamamu bahkan aku tak pernah lagi ingin melihat yang lain. Sejak kamu ada, aku tak ingin hati ini terisi oleh cinta yang lain. Aku sudah lelah mengepakkan sayapku sendiri, aku butuh kamu yang bisa mengajakku terbang dan menggenggam tanganku tanpa ada orang lain lagi yang ingin mematahkan sayapku berkali-kali.
Sayang, aku hanya ingin kamu tahu setiap kali kamu mengucap kata-kata putus, ketakutan itu berkali-berkali muncul. Aku tahu mungkin menurutmu hanya sekedar gurauan, tapi sungguh aku tak ingin kamu mengucap kata-kata itu. Jika memang kamu benar-benar mencintaiku sungguh tak seharusnya kamu membuatku menangis berkali-kali hanya karna gurauan yang membuatku ketakutan setengah mati. Mungkin aku terlalu bodoh, tapi kamu harus tahu bahwa aku perempuan biasa yang hatinya tidak sesempurna seperti malaikat. Aku perempuan biasa yang bisa menangis karna kata-kata yang membuat hatinya terluka.
Tak hanya sekali dua kali kamu membuat hatiku kalut karna setiap ucapanmu yang membuatku tak paham dan terus bertanya-tanya. Kamukah seseorang yang benar-benar mencintaiku?
Kamu tahu bagaimana rasanya ketika orang yang kamu sayangi memperlakukanmu seperti perempuan yang seolah-seolah tidak baik? Kamu tahu bagaimana rasanya saat orang yang kamu cintai berkata bahwa kamu punya banyak kekasih yang lain? Kamu tahu bagaimana rasanya saat orang yang kamu sayang menuduhmu berbuat yang macam-macam hanya karna pada kenyataannya kamu memang ketiduran?
Rasanya seperti orang tolol yang rela air matanya terjatuh lagi karna seorang pria.
Ah, rasanya aku ingin berteriak di telingamu agar kamu tahu bahwa aku hanya ingin kamu. Hanya kamu.
Tak pernahkah kamu lihat bagaimana kesabaranku selama ini hanya untuk meredakan kerasmu?
Pernahkah aku marah ketika kamu hilang begitu saja saat kita sedang chat di bbm? Aku tahu kamu lelah, aku tahu kamu ketiduran. Tapi tak pernah sedikitpun ada dipikiranku kamu berbuat yang macam-macam.
Pernahkah aku marah saat jelas-jelas aku lihat kamu chat dengan perempuan? Sungguh aku cemburu, tapi aku bertanya baik-baik karna aku percaya padamu.
Pernahkah aku marah saat status di bbmmu kamu ubah sesukamu? Aku tak pernah mempermasalahkan itu karna bagiku itu hal kecil yang tak pantas sama sekali diributkan. Sejak dari awal kita menjalin hubungan tak pernah aku mengganti namamu dengan yang lain. Sungguh aku tidak pernah berbohong.
Dan pernahkah aku marah saat kamu pergi tanpa kabar? Kamu sendiri yang bilang padaku jika aku pergi harus mengabarimu, sudah aku lakukan. Jika kamu ingin main tak jadi masalah buatku. Aku tidak akan berfikiran negatif karna aku percaya padamu.
Kamu punya dunia yang lain. Kamu punya keluarga, teman, dan hobimu. Aku tahu duniamu bukan hanya aku, aku tak akan pernah melarangmu jika kamu harus berurusan dengan duniamu yang lain. Karna dalam suatu hubungan aku tahu harus ada sebuah kepercayaan. Apapun yang terjadi seharusnya kita bicarakan baik-baik. Dewasa itu bukan diam lalu meninggalkan tapi dengarkan dan pahami baik-baik. Aku tahu kamu punya sifat keras. Tapi tolong bukan berati dengan begitu kamu memutuskan masalah sepihak. Aku lelah jika harus berdebat tapi kamu tidak pernah ingin mendengarkanku. Kali ini aku mohon, ubahlah pemikiranmu bahwa tak semua harus mengikuti kerasmu.
Sayang, karakter kita memang berbeda tapi harus kamu tahu aku berusaha mengecilkan egoku emosiku hanya karna tak ingin memperpanjang masalah. Aku ingin menjadi perempuan penyabar bagimu. Aku ingin jadi peredam emosimu. Aku ingin menjadi perempuanmu yang ketika dipelukanku kamu tidak akan pernah marah lagi.
Sejak bersamamu sudah ku bangun banyak mimpi. Mana mungkin aku menghancurkan mimpi-mimpi itu semua?
Sungguh, aku lelah jika harus mengurai jalinan ini dan harus menambatkannya ke dermaga yang lainnya. Aku tak sanggup lagi jika harus mencari penggantimu dan memulai hubungan cinta yang baru. Sayang, sungguh kita tak boleh lelah berusaha. Kita tak boleh memilih menyerah, karena itu sungguh terlalu mudah.
Apapun yang terjadi, jangan berdebatkan masalah yang menurutku akan menghancurkan hubungan kita.
Aku tak memiliki masalah yang berarti dengan segala tabiat burukmu. Selama aku mampu, aku akan selalu sabar. Asalkan kita bekerja sama untuk berjalan bersisian. Saling mengimbangi langkah serta menghindari lubang. 
Maafkan aku yang sampai saat ini belum bisa jadi perempuan yang kamu mau. Tapi ketahuilah aku berusaha untuk menjadi yang lebih baik ketika menghadapimu. Maafkan aku yang masih belum bisa membuatmu percaya bahwa aku hanya ingin masa depanku bersamamu. Tapi ketahuilah, aku masih ingin berjuang bersamamu.
Sayang, aku hanya ingin kamu tahu tak ada perempuan yang mau mengempiskan egonya jika bukan karena ingin hubungannya tetap baik-baik saja.
Tidak ada cinta yang lain selain kamu. Aku mohon tetaplah percaya sayang.

Senin, 12 September 2016

Entahlah!!!

Aku menulis ini ketika air mataku mulai mengering. Kita baru saja selesai bicara panjang lebar dan kamu memilih melanjutkan pekerjaanmu. Aku tak mengerti pria seperti ini bisa menjadi kekasihku. Perkenalan kita biasa saja, kita bertemu di media sosial dan kamu mendekatiku dengan hebatnya. Sebulan lalu, di Kebun Raya Bogor entah dengan keberanian seperti apa kamu menggenggam tanganku diantara kerumunan banyak orang yang berlalu lalang. Bodohnya aku tak mengelak genggaman itu. Dan saat itu aku berfikir "Senyaman inikah?".
Caramu menjagaku tak pernah aku rasakan dengan pria sebelum kamu. Kamu berbeda dan kamu menganggapku benar-benar ada. Dan saat kamu berkata bahwa kamu nyaman denganku dan memintaku untuk menjadi kekasihmu, saat itu pun rasanya aku ingin menjawab "Iya aku mau". Aku sengaja mengundur waktu untuk menjawab pertanyaanmu selama seminggu. Karena aku ingin menyakinkan diriku bahwa kamulah pria terbaik yang tak akan membuatku terluka lagi. Harus kamu tahu selama seminggu itu aku terus berfikir aku terus meyakinkan diriku sendiri bahwa aku harus menerima semua resikonya ketika aku harus menerimamu. Aku bukan wanita yang mudah mengucap kata nyaman pada setiap pria yang hadir. Aku bukan wanita yang begitu mudahnya mengumbar kata cinta pada seorang pria. Karna ketika aku telah menerimamu, aku harus rela terluka lagi ketika nantinya bukan kamu yang menjadi pria terakhir untukku.
Entah keberanian seperti apa aku mau menerimamu menjadi kekasihku. Padahal masih ada ketakutan dalam diri ini, kemungkinan-kemungkinan lain yang tak akan bisa membuatku bahagia. Selama hubungan kita terjalin, aku tak ingin berharap terlalu jauh, tapi kedekatan kita tak bisa melarangku untuk tidak memiliki perasaan apapun padamu. Awalnya aku ingin perasaan ini tak lebih dari sebuah kenyamanan tapi entah mengapa perasaan ini semakin tumbuh dan tumbuh. Kamu datang membawa energi-energi baru dalam redupnya duniaku, kamu hadir membawa kebahagiaan yang sulit ku pahami. Aku pun tahu kamu mungkin tak akan percaya bahwa ada cinta di mata seorang wanita yang kamu kenal dekat dengan banyak pria. Akan ku jelaskan bahwa penilaianmu selama ini salah. Sebelum dekat denganmu aku memang kenal dengan banyak pria, entah mereka yang menurutku baik atau tidak. Tapi aku tidak bodoh. Aku juga tidak akan terbuai lagi dengan janji manis seorang pria. Karna kamupun tahu, berkali-kali aku terjatuh dan berkali-kali itu pula aku mengobati lukaku sendiri tanpa bantuan seorangpun. Kamu mungkin tak akan pernah percaya, karna akupun belum bisa mengobati luka perih masa lalumu, trauma-trauma di masa lalu yang kamu usahakan akan segera berlalu. Tapi ketahuilah, aku pun sama sepertimu tak ingin jatuh ke lubang yang sama. Tapi aku tak pernah menunjukkan padamu bahwa aku lebih punya ketakutan yang tak mungkin kamu pahami. Aku hanya ingin seseorang yang mengubah ketakutan itu menjadi sebuah keberanian. Aku ingin kamu menjadi pria yang tak akan membuatku menoleh pada kesakitan-kesakitan di masa lalu. Dan berharap kamu akan membuatku menangis karna air mata kebahagiaan bukan kesedihan. Aku ingin mengajakmu berjalan lebih jauh, tapi akupun belum bisa membuatmu percaya bahwa aku sunguh-sungguh. Ketika malam tadi kamu mengabaikanku dengan begitu hebatnya, hanya karena kesalahpahaman. Kamu tak akan pernah tahu bagaimana aku yang menahan ego sekuat-kuatnya agar hubungan kita tetap baik-baik saja. Kamu tak pernah tahu bagaimana rasanya aku yang ingin berteriak keras di depanmu hanya untuk berkata bahwa aku Mencintaimu!. Kamu tak akan mengerti bahwa aku menahan amarahku agar kamu tak semakin meledak-ledak. Sungguh, demi Tuhan sekali lagi aku menjadi wanita bodoh yang membiarkan perasaannya sakit hanya untuk seorang pria. Aku tak pernah menganggap bahwa aku paling benar dengan caraku mencintaimu. Hanya satu inginku, jangan membuatku memohon agar kamu tetap mencintaiku. Karna jika kamu memang mencintaiku, kamu tak akan pernah membuatku memohon dan merendahkan dirinya hanya untuk pria yang dicintainya.
Harus kamu tahu, aku terus ingin memelukmu, agar tidak pernah kehilangan kamu dan tak akan lagi mencicipi luka ditinggal saat sedang cinta-cintanya. Aku selalu ingin menahanmu pergi, ketika kau harus
kembali bergelut dengan dunia kerja.
Aku selalu ingin agar waktu berhenti ketika kita bertemu, sehingga aku bisa lebih lama memandangimu, memelukmu, mengajakmu membicarakan mimpi-mimpi kita.
Aku sedang dalam ketakutan. Takut perasaanmu akan berubah padaku. Takut kamu akan pergi tanpa perasaan. Jika aku bukan yang terbaik menurutmu, lakukan apapun yang menurutmu bisa melukai hatiku. Agar aku bisa lebih cepat melupakan kamu. Aku tahu kamu tak semudah itu berkata bahwa kamu sudah tak ada lagi hati untukku. Tapi entah kekasihmu ini begitu bodoh atau terlalu tolol, dia menangis hanya karna kata-katamu yang tak masuk akal, hanya karna candaanmu yang membuatnya tak karuan setengah mati.
Mataku sudah cukup sembab tidak tidur semalamam hanya karna pria yang membuat otot-otot dalam otakku mengencang. Semoga kamu mengerti tak akan ada cinta yang sama. Tak akan ada ketulusan seperti yang aku punya. Ingat! Aku tidak mengancam. Aku hanya ingin kamu tidak merasakan luka yang sama.

Sabtu, 06 Agustus 2016

Untukmu yang Meninggalkanku, Kembali dan Kemudian Pergi Lagi

Dia yang kau pilih akhirnya meninggalkanmu, hingga mampu membuatmu berpikir untuk kembali datang padaku. Aku tak kan lupa bahwa di tempat pertama engkau tinggalkan aku dan memilih "Dia". Tanpa menatapku, tanpa ragu dan dengan dingin kau tinggalkan aku. Begitu saja, Kini kau datang dan katakan kau kembali.

Kau datang dan memohon maaf untuk kesalahanmu. Kesalahan yang sama. Cintaku kepadamu nampaknya terlalu besar. Kau pergi dan datang kembali, kau tinggalkan aku. Sekali lagi kau datang kembali dan tinggalkan aku.

Maafmu nampak tulus.

Maaf dan sesalmu sungguh nampak tulus. Aku percaya. Dengan mudah aku percaya, sekuat dan sesombong apapun aku berkata "tak'kan lagi jatuh dalam buaianmu", namun nyatanya aku sekali lagi jatuh. Aku percaya. Cintaku sungguh percaya padamu. Tanpa tahu aku dihatimu, tulus atau hanya sekedar "bodoh".

Aku menutup mata.

Walau ku tahu tak ada jaminan darimu untuk tidak mengulanginya lagi tapi aku menutup mata. Kepercayaan dan cinta menutup logikaku. Berapa banyak pun suara yang aku dengar untuk tidak lagi jatuh dalammu, tak mampu mengalahkan perasaanku. Aku hanya mencintaimu.

Kesempatan itu karena aku percaya.

Ku relakan hati dan perasaan ini bertaruh. Ku beri untuk kesekian kalinya kesempatan. Kesempatan untukmu kembali "pulang". Aku percaya bahwa kali ini engkau tak kan pergi lagi. Engkau sudah menyesali semuanya. Kau tahu bahwa disini ada yang setia menantimu dan kini kau "pulang".

Kini, aku harus (mencoba) menutup hati.

Ya, setelah kesempatan itu ku beri. Dia kembali dan sekali lagi kau tinggalkan aku. Kali ini, sungguh-sungguh kau tinggalkan aku begitu saja. Tanpa ragu di depannya. Dan aku tahu, kini saatnya aku berhenti. Mencoba menutup hati ini. Seharusnya dari sekian kali kau datang dan pergi aku semakin kuat, mungkin itu rencana Tuhan. Menguatkan aku untuk pukulan yang terakhir. 

Tangan Tuhan tak kan pernah tinggalkan, tetaplah berpegang padaNya. Bersyukurlah untuk siapapun yang hadir dalam hidupmu. Untuk baik dan buruknya. Mereka adalah orang baik yang mungkin hanya sedang lupa bahwa ada Tuhan yang melihat mereka.

Sabtu, 04 Juni 2016

Untukmu, aku menunggu

Lelah? Sudah pasti.
Bimbang terkadang menghantui.
Tapi aku tidak boleh berhenti sampai disini.
karena aku mengenalmu tak hanya sejengkal jari.

Menyerah?
Tentu saja tidak.
Tapi aku tahu, terkadang kita butuh jeda agar tak tergesa-gesa.
Kita butuh spasi karena kita masing-masing mempunyai privasi.
Kita butuh jarak agar ego kita tak saling menabrak.

Sejauh ini aku berusahan untuk menjadi seseorang yang menyenangkan.
walau terkadang caraku membosankan.
Aku hanya ingin selalu terlihat bahagia bersamamu, walau terkadang tak sesuai kenyataan.
Aku juga ingin selalu tersenyum untukmu walau terkadang rasa sesak itu ku sembunyikan.

Meski terkadang hati merintih dan mulai risih.
Perasaan takut menghampiri akan sesuatu hal yang tak pasti
lalu merasa diri ini kacau dan akhirnya galau.

Dan sempat terbesit untuk berhenti kemudian pergi.
tapi ketahuilah, hati ini selalu ingin bertegur sapa agar komunikasi terjaga.


Aku tak tahu bagaimana hidup kita ke depan nanti.
Kemana hatimu akan berlabuh masih misteri.
karena hingga saat inipun aku berusaha untuk menyelami.
Tapi ada hal yang harus kamu ketahui.

Aku akan tetap menunggumu dengan kesabaran dan keikhlasan.
Dengan kekuatan do'a yang selalu aku panjatkan, semoga dikemudian hari tak akan ada penyesalan.

Kamu adalah alasanku untuk selalu bertahan walaupun terkadang menyakitkan.
Kamu adalah alasanku untuk menunggu walaupun aku tak tahu akan kepastian
Kamu adalah alasanku tetap kuat dan bersabar walaupun terkadang teramat susah untuk mengikhlaskan.
Kamu adalah ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan.
Kamu adalah Harapan yang aku perjuangkan.
Kamu adalah mimpi yang ingin aku ubah menjadi kenyataan.
dan Kamu adalah seseorang yang selalu aku rindukan.

Semoga tak ada perlawanan dari alam semesta atas perasaan ini.
Semoga sang Pemilik Hati merestui, walau bukan untuk saat ini tapi pasti akan ku nanti.

Untukmu yang selalu menari-nari di pikiranku.
Untukmu yang hingga saat ini masih menghinggapi relung hatiku.
Untukmu, aku menunggu walau kisah kita berjalan tak menentu.

Selasa, 19 April 2016

Pertemuan

Siapa bilang pertemuan itu membunuh rindu? Ia hanya melipatgandakannya lalu diam-diam menikammu dari belakang. Kamu terhunus dalam bahagia. Lalu kamu menahan tangismu setelah ia kembali pergi. Kamu ingin hari itu berjalan lebih dari 24 jam. Tapi kamu pura-pura tersenyum. Punggungnya menyapamu untuk terakhir kali sebelum tubuhnya tak menyisakan bayangan. Kamu seperti bermimpi. Tapi itu nyata.

Ah, mereka bilang pertemuan itu pangkal rindu. Tapi bagimu ia tunas untuk lahirnya rindu-rindu yang terus bereplika. Kamu sempat lupa bahwa pertemuan bukan berarti harapanmu boleh tumbuh. Ah, kamu protes. Apakah bahagia tak juga diizinkan? Kamu hanya bahagia karena mimpimu menjadi kenyataan dalam sekejap. Kamu hanya teringat tahun-tahun sebelum hari itu, pertemuan macam itu harus kamu bayar dengan sebuah kekecawaan ketika kamu terbangun. Hanya mimpi.

Kamu tak peduli lagi apa kata mereka tentang pertemuan. Kamu hanya tahu, pertemuan itu membahagiakanmu walaupun di saat bersamaan menikammu. Walaupun harus dibayar dengan rasa sesak melihatnya kembali pergi, pertemuan tetaplah hadiah bagimu. Walaupun harus membunuh harapan yang diam-diam menumbuh, pertemuan tetap saja jawabanmu atas berbagai harapan. Walaupun harus memeras lagi air matamu oleh lipatan rindu, pertemuan tetap saja pengukir senyum yang terlalu lama kamu nanti.

Bukankah kamu bahkan sudah menjauh dari harapan tentang pertemuan? Tapi Tuhan membawa langkahmu ke sana–tanpa sepengetahuanmu. Ketahuilah, barangkali pertemuan, yang walaupun tanpa banyak kata apalagi tatap, adalah hadiah atas kesabaranmu menata rindu. Seperti hadiah Tuhan pada Ibrahim atas keikhlasannya melepas Ismail untuk-Nya. Barangkali begitulah hadiah sebuah keikhlasan. Maka berhentilah berharap apa-apa pada pertemuan singkatmu itu. Karena bisa jadi, selain hadiah, pertemuan sebenarnya adalah ujian terindah Tuhan untukmu.

By ahimsa

Jumat, 25 Maret 2016

(:

Kamu terlalu berbahaya untuk aku dan itu baru aku sadari setelah pertemuan kita yang kesekian kalinya. Aku masih tak mengerti dengan semua ini, atau aku yang terlalu terbawa dalam perasaan kisah lalu. Ternyata memulai pertemanan kembali denganmu tidaklah mudah. Karena sesungguhnya masih ada jejak rasa dalam hati ini. Apa namanya jika pandanganmu membuatku salah tingkah? Apa namanya jantung rasanya berdetak kencang ketika berada didekatmu? Dan apa namanya ketika senyum dan tawamu adalah satu-satunya pengobat rindukku padamu? Kamu terlalu berbahaya untuk aku, untuk kita yang sekarang hanya berstatus teman.
Rasa-rasanya aku ingin mempertanyakan semua yang membuatku penasaran sampai saat ini. Masihkah tak ada cinta untuk aku? Masihkah kamu tak yakin bahwa aku mencintaimu setulus ini? Masihkah kamu ingin berlayar dan tak ingin memberhentikan pencarianmu padaku?
Aku tidak tahu apakah di hatimu ada cinta atau hanya ketertarikan sesaat. Mungkin aku hanya selingan ketika kamu menghadapi kebosanan, mungkin juga aku perempuan yang kamu cari-cari jika tidak ada lagi telinga yang mendengarmu, atau mungkin saja aku hanya sekadar tempat bersinggah yang kemudian akan kamu tinggalkan setelah tenagamu pulih dari lelah.
SepertI kata mereka mau-maunya aku dijadikan sampah ketika ada perempuan lain di kehidupanmu. Aku sudah biasa dianggap bukan apa-apa, aku sudah biasa dengan sikapmu yang terlalu sering mengacuhkan aku. Aku memang perempuan bodoh yang masih saja mencintai pria sepertimu tanpa berharap kamu membalas semua perasaanku, sedalam dan setulus itu. Aku mencintaimu penuh tujuan, sementara kamu tak pernah menjadikanku sebagai tujuan. Jika kamu ingin tahu, sebenarnya aku lebih ingin jika kamu memberhentikan pencarianmu di dalam pelukku, sehingga kamu tidak perlu lagi melompat ke dalam pelukan perempuan lain. Tapi, aku memilih diam, karena aku tidak berhak untuk meminta apalagi menghasut. Seandainya, dirimu sungguh bisa kutarik dalam semestaku, aku hanya ingin membiarkanmu menjadi milikku satu-satunya. Namun, itu tidak mungkin, mengingat kita yang sekarang hanya berstatus teman rasanya tak mungkin aku menuntut lebih dari itu. Aku hanyalah butiran debu yang tak akan pernah kamu sentuh. Aku tak akan pernah berati apapun di matamu. Tapi, sayangnya kamu terlanjur masuk terlalu jauh dalam hati ini.
Kamu terlalu berbahaya untuk aku, terlalu penuh duri untuk dipeluk, terlalu banyak luka untuk dicicipi, dan sebutkan satu alasan saja yang paling logis; mengapa mencintaimu dalam keadaan berbahaya seperti ini jauh lebih menenangkan daripada melepasmu pergi kemudian menerima kenyataan bahwa kita tidak akan pernah menyatu lagi?
Kamu terlalu berbahaya untuk aku cintai, sementara aku belum mau berhenti.

Van, Masih bolehkah aku mencintaimu?

Selasa, 15 Maret 2016

Lebih Baik Tidak Tahu

Kadang, lebih baik kamu nggak tahu segalanya, daripada setelah kamu tahu; kamu malah ingin mengakhiri semuanya. Kadang, lebih baik kamu nggak perlu tahu kenyataan yang sebenarnya, daripada setelah tahu; kamu malah ingin menjauh dari dia-- selamanya.
Semua memang tidak kamu mulai dengan kepura-puraan, kamu sungguh mencintai dia, meskipun dia tidak mau cerita bagaimana hidupnya. Bagimu, hal itu tidak masalah, kamu berusaha mencintai dia, pun juga menerima segala kekurangan, dan seluruh beban masa lalunya. Kamu tidak mempermasalahkan segalanya, bagimu cukup dia ada di sampingmu, bagimu cukup dia selalu ada untukmu, dan itulah kebahagiaan utuh yang ada dalam gambaran sempurnamu.
Tapi, kamu tidak pernah tahu, semua orang menyimpan rahasia yang mungkin tidak ingin dia katakan bahkan pada orang terdekatnya, bahkan juga padamu. Ketika pada akhirnya dia mengakui bahwa dia sudah lebih dulu jatuh hati pada yang lain, rasanya kaumau meledak saat itu juga. Lalu kaumemutar ulang semua yang pernah terjadi, semua kebahagiaan yang telah kalian lalui berdua. Kautahu bagaimana menyenangkannya terbenam di dalam peluknya, bagaimana antusiasnya dirimu jika bersandar dalam bahu kokohnya, bagaimana damainya saat bibirnya mengecup ubun-ubun kepalamu.
Kamu tahu betul dan semua itu membuatmu merasa dianggap ada, merasa yang pertama, merasa satu-satunya. Namun, setelah kamu tahu dia sudah bersama yang lain, sebelum menjalin hubungan denganmu, rasanya kamu ingin memaki dirimu sendiri. Menyalahkan keadaan dan ingin segera lupa ingatan. Berharap hari ini tidak pernah ada, berharap dia tidak pernah masuk dalam duniamu, berharap kamu tidak terbiasa pada semua aktivitas yang melibatkan dia dalam hari-harimu.
Namun, dia telah menatap di sini, di lorong hatimu yang sempat sepi, lalu dia tiba-tiba menghuni, menunjukan jalan terang yang kalian berdua tapaki. Setelah berjalan terlalu jauh, pada akhirnya dia memilih seseorang yang lain, kekasih hati utamanya, pergi begitu saja, tanpa pernah berpikir bahwa ada kamu yang telah mati-matian memperjuangkan dia tanpa menuntut dicintai kembali.
Memang kadang, lebih baik kamu tidak mengetahui kenyataan yang ada. Kamu berharap tidak pernah tahu bahwa kamu hanyalah kekasih gelapnya, bahwa kamu hanya yang kedua, bahwa kamu hanya pilihan ketika dia bosan. Kamu berharap tidak pernah tahu segalanya, hingga dia tetap berada di sisimu, meskipun dengan kebohongan semu yang kaupikir cinta.

-Dwitasari