Aku menghela nafas sejenak, memejamkan mata dan ternyata air mata yang telah membendung di dalam tak lagi bisa ku tahan. Entah kenapa aku merasa penat sepenatnya. Aku penat pada segala hal yang membuatku lelah. Aku bosan dengan mata bengkak karna menangisi hal yang entah apa selalu membuatku tak bisa lagi membendung air mata. Rasanya aku ingin berteriak sekencang-kencangnya agar segala beban yang ada dalam dada bisa membuatku lega. Entah sejak kapan, aku selalu saja menangis saat aku merasa begitu lelah pada dunia yang seringkali membuatku menggigil sendirian. Aku tak lagi menjadi sosok yang ku kenal dulu. Aku tak lagi menjadi wanita tegar seperti yang dulu kamu katakan padaku. Aku berbeda. Tak lagi seperti yang kamu katakan dulu. Aku menjadi wanita cengeng dan pengeluh. Saat aku merasa lelah, aku hanya bisa menangis dan menangis. Tak ada seorangpun yang tahu, di depan mereka ku berikan senyum terbaik padahal sesungguhnya aku ingin menangis. Menangisi segala penat dan mungkin menangisi kamu. Dalam keadaan sakit seperti ini, aku ingin kamu memperhatikanku seperti dulu. Mengingatkan jam makanku dan tidur malamku. Saat kamu begitu khawatir pada keadaanku. Aku rindu sapaan hangatmu yang mengantarkanku hingga tertidur lelap. Aku rindu segala perhatian yang dulu kamu berikan. Saat aku begitu lelah, pelukanmu seakan membuatku lupa pada segala macam penat yang mengusik. Saat tak ada lagi kamu disini, segalanya berubah. Dulu, kamu selalu tunjukan arah saat aku tersesat sendirian, hembuskan angin saat aku bernafas, siramkan air saat aku dalam kekeringan. Kamu seperti embun yang menyejukan. Tapi nyatanya saat ini kamu tak lebih dari terik matahari di musim kemarau. Aku lupa bagaimana caranya menghilangkan penat selain dengan menangis. Aku tak tahu apa yang harus ku lakukan selain mengeluh. Tanpa kamu, aku tak lagi tahu bagaimana caranya tersenyum dan tertawa lepas. Aku tak lagi bisa mengendalikan diriku saat aku begitu merindukanmu. Saat aku hanya butuh pundakmu untuk menangis, aku tak lagi bisa mengadu padamu sepuas dulu. Aku kebingungan, aku seakan tak lagi punya tempat bergantung. Tanpamu, aku seperti terkatung-katung sendirian. Aku harus bagaimana? Tunjukan padaku jika tanpamu membuatku lebih baik. Tunjukan padaku bagaimana caranya agar aku tak lagi bergantung padamu. Jika hanya dengan menangis bisa melupakanmu aku akan terus lakukan, tak peduli hingga mataku lebam. Tak peduli lagi dengan orang-orang yang mengatakan aku rapuh. Aku hanya ingin menjaga perasaanku yang hampir mati. Aku hanya ingin saat-saat seperti ini, aku tak lagi mengingatmu. Aku hanya ingin berdiri sendiri. Dan tak lagi hanya duduk manis menunggumu datang menawarkan pundakmu untuk tempatku menangis. Aku tak ingin hidup dalam kenangan masa lalu. Biarkan aku bahagia walau tanpamu. Aku sudah lelah menangis sesenggukan karnamu. Aku hanya inginkan matahari bukan mendung seperti ini. Tunjukan padaku bagaimana caranya meniadakan bayangmu saat aku sendiri. Sampai saat ini aku bahkan masih terus mempertanyakan mengapa kamu meninggalkanku berjalan sendiri sedangkan kamu terus berlari semakin jauh. Apakah kamu merindukanku seperti aku yang tak pernah berhenti merindukanmu. Sayang, lihatlah wanita yang dulu begitu kamu perjuangkan, dia bahkan sudah lupa bagaimana rasanya jantung berdegup kencang, pipi yang memerah, dan tangan gemetaran karna seorang pria. Karna dia sudah tak peduli lagi dengan omong kosong cinta. Karna dia sudah mencapai titik jenuh berjuang sendirian. Kamu tak peduli bagaimana lukanya yang teramat perih. Kamu tak pernah tahu bagaimana dia telah lama menyiksa dirinya sendiri karna terus mempertahankanmu dalam hatinya. Aku adalah dia yang hanya kamu jadikan persinggahan bukan tujuan. Sudah hampir satu tahun saat kamu melambaikan tangan dengan tatapan matamu yang hangat. Sayang, bolehkah aku melihat senyummu yang manis seperti 4tahun lalu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar