Sabtu, 07 Juni 2014

Mengingat Kamu

Di malam minggu sedingin ini, mungkin kamu sedang berpeluk dengan kekasih barumu di atas motormu sambil menikmati indahnya malam. Mungkin. Karna aku tahu kamu suka malam, kamu suka menikmati malam sendirian. Dulu aku jarang menemanimu jalan-jalan malam karna aku tak pernah suka angin malam, tapi aku sering menikmati malam dengan melihat langit yang berbulan di balik jendela rumah. Sekarang mungkin kamu tak lagi menikmati malam sendirian, kan sudah ada dia wanita barumu sayang. Jangan salah paham sayang, dulu bukannya aku tak ingin jalan malam bersamamu tapi kamu tahu kan aku tak pernah suka dengan angin malam. Karna tubuhku begitu rentan jika terkena angin malam. Mungkin wanita barumu tidak seperti aku yang susah sekali di ajak pergi setiap malam. Mungkin dia selalu mau menikmati malam bersamamu. Bukan aku yang lebih senang menikmati malam di balik jendela rumah sambil menatap bulan.

Sayang, jika kamu ingin menikmati malam lagi saat ini. Aku mau menemanimu, tidak usah bersamanya. Dulu kamu selalu ngotot mengajakku jalan kan? Sekarang, aku mau sayang aku mau. Aku mau menemani kamu kemanapun kamu pergi. Aku tak akan lagi keras kepala. Aku tak akan membiarkanmu kedinginan di jalan. Aku akan selalu peluk kamu sepanjang jalan. Aku tak peduli lagi dengan tubuhku yang rentan dengan angin malam. Aku hanya ingin bersamamu sayang hanya bersamamu. Bisakah kamu datang kerumah dan mengajakku pergi. Seperti dulu sayang, saat kamu tiba-tiba datang dan ingin mengajakku pergi di malam takbiran. Aku janji sayang, aku tak akan menolak. Aku tak ingin mengecewakanmu lagi. Aku janji. Tapi sekarang mungkin kamu tak akan datang. Mungkin kamu tak mau lagi mengajakku menikmati malam. Sudah ada dia, wanita barumu. Dia mungkin selalu mau diajak pergi denganmu kemanapun. Tidak seperti aku yang susah sekali diajak jalan-jalan. Mungkin itu salah satu alasan mengapa kamu pergi dari aku. Aku wanita keras kepala yang tak pernah mau diajak kamu jalan-jalan menikmati malam. Tapi jika itu alasannya bukankah terlalu konyol. Sayang, aku tahu kamu dulu begitu teramat sangat mencintaiku. Mencintai aku apa adanya tanpa mengubah diriku sendiri. Aku bisa jadi apa adanya di dekatmu. Aku terlalu nyaman berada dalam pelukmu. Dan kamu sendiri tak pernah marah sedikitpun walaupun aku begitu keras kepala. Kamu terlalu sabar saat bersamaku sayang. Kita sama-sama saling tahu, saling nyaman, saling mencintai. Tapi mengapa kita tak pernah pada ruang yang sama. Mengapa kita terlalu gengsi pada diri masing-masing. Mengapa kamu tidak mau mempertahankan kita. Tapi kamu malah memilih dengan wanita baru lagi. Kamu tahu? Saat ini aku tengah berada dalam ketakutan yang teramat sangat. Aku takut sayang, tapi aku tak ingin memberi tahu ketakutanku padamu. Aku tak mau kamu tahu bagaimana aku yang sampai saat ini belum bisa merelakan juga melepaskan.

Sayang, setiap kali aku mengingat tentang kita, segalanya sungguh manis tapi miris. Aku selalu berharap ada keajaiban sehingga kita bisa seperti dulu. Saat segalanya bersamamu adalah hal yang membuatku bahagia. Saat senyumku mengembang manis karnamu. Saat ucapan sayangmu membuatku percaya bahwa cinta yang sesungguhnya bukan hanya sekedar omong kosong. Mengingatmu tak akan pernah ada habisnya. Otakku tak akan pernah berhenti mengingatmu. Karna segalanya terasa di luar nalar. Aku tak pernah mengerti mengapa mencintaimu begitu membuatku begitu sabar. Hingga sampai saat ini masih ada wanita yang tak pernah berhenti mengadahkan tangannya mendoakanmu dalam diam, dalam tangis, dalam dinginnya malam. Sayang, wanitamu dulu ini sungguh begitu ringkih. Begitu rapuh saat kamu menghancurkan mimpi dan harapannya bersamamu. Tak pernahkah kamu peka?

Masih tentangmu sayang,
Kamu yang dulu pikirannya tak pernah absen mengingatku dalam dinginnya malam.
Aku masih mencintaimu, mencintai kita yang dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar