Senin, 27 Oktober 2014

Tetap tinggal disini

Aku tak tahu untuk siapa hati yang akan kamu beri dan aku tak tahu dengan cara apa kamu menjaga hatimu. Di dekatmu aku hanya tahu bahagia, ada kenyamanan disana. Dan tak ada yang lebih membuatku bahagia, saat kamu memelukku erat sampai aku bisa merasakan degup jantungmu. Aku tak pernah tahu apa yang dipikiran dan hatimu saat ini. Semua terasa semu semenjak kamu bilang kamu mulai menyayanginya lagi. Hanya karna dia mengingatkanmu tentang kenangan-kenangan manis kalian. Kamu menyuruhku untuk tidak lagi berhubungan dengan masa laluku tapi pada kenyataannya kamu sendiri yang seperti itu sayang. Nyatanya kamu belum sepenuhnya melupakan dia, melupakan kenangan kalian. Aku mengerti hubungan yang sudah berjalan sejauh itu tidak mudah untuk dilupakan dan dibuang begitu saja. Seandainya dari awal aku tahu hatimu belum sepenuhnya melupakan dia, aku tak akan pernah masuk lebih jauh lagi dalam kehidupanmu. Tapi nyatanya, sudah terlanjur sayang. Aku sudah mncintaimu begitu dalam dan entah mengapa semua jadi seperti ini. Aku pikir kita akan bahagia tanpa ada masa lalu kita, tanpa ada orang ketiga yang hadir. Aku tahu diri sebagai seseorang yang baru hadir dalam kehidupanmu, aku belum sepenuhnya mengerti tentang sifatmu, apa yang kamu suka dan tidak suka. Dia lebih tahu kamu jauh daripada aku. Dia lebih tahu bagaimana meluluhkan hatimu. Dia lebih berani mendekatimu. Sedangkan aku? Aku terlalu takut sayang. Aku hanya takut kamu pergi, hanya itu. Saat ini aku tak tahu harus bagaimana, menjauh atau tetap tinggal. Aku masih ingin memperjuangkanmu, tapi disisi lain aku tak ingin terluka lagi. Aku tak ingin hanya berjuang sendirian tanpa kamu. Setiap kali aku melihat matamu, aku percaya kamu masih tetap ingin tinggal dan tak ingin membiarkanku pergi. Satu yang perlu kamu tahu sayang, cinta tak mungkin berhenti secepat aku menjatuhkan hatiku padamu. Aku akan menunggu sampai hatimu sepenuhnya hanya untuk aku, aku memberimu waktu sampai kamu benar-benar melupakan dia begitupun dia. Jika seandainya nanti kamu tak mampu memberi hatimu sepenuhnya padaku, ingatlah saat pertama kali kamu menjatuhkan hatimu padaku.

Untuk pria yang sedang dilema, tetaplah tinggal disini menjadi penjaga hatiku yaa :')

Rabu, 22 Oktober 2014

Cinta akan menemukan jalan pulang

“kamu harus maklum. Dia masih usia mencari identita. Cowok itu butuh waktu. Saat ini dunianya bukan cuma buat pacar. Tapi ada orang tua, ada keluarga, ada pekerjaan, ada impian yang harus dikejar.
Kamu harus jadi cewek yang bisa menjadi
pendukungnya. Caranya adalah menjadi cewek yang bisa mengerti, memaklumi, memberi ‘porsi’ yang pas kapan untuk hadir buat dia dan kapan kamu harus memberi jarak. Dukung dia kalo lagi nggak semangat, apakah saat pekerjaannya gagal atau apa. Dukung dia dengan perhatian kamu. Dukung dia
dengan do’a kamu. Mungkin efeknya tidak akan langsung ke dia. Tapi dengan itu dia akan sadar kalo kamu adalah perempuan yang bisa jadi tempat dia bersandar.
Disaat perempuan lain akan menyerah
mendampingi dia. Disaat perempuan lain hanya bisa ngambek karena tidak ditemani setiap hari.
Disaat perempuan lain hanya bisa menuntut, kamu satu-satunya perempuan yang bisa memberi.
Jika dia lelaki baik-baik, dia akan bertahan; memperjuangkan cita-citanya, bukan hanya untuk dia tapi juga untuk kamu. Kesabaran kamulah yang menentukan apakah kamu jadi bagian rencana masa depannya atau tidak.
Ini nasihat yang sangat menempel di kepalaku. Dan sampai sekarang jadi pengingat aku untuk berusaha terus menjadi wanita yang bisa diandalkan. Bukan penghambat masa depan.
Jadi, apakah kamu sudah pernah mencoba menjadi perempuan itu?”
Kalimat ini betul-betul telah menampar saya. Pertanyaan diakhir kalimat itu membawa saya ke peristiwa dimana kesalahan saya terulang lagi. Saya terus menyadarkan diri, membukakan
mata hati saya bahwa tidak selamanya
ketakutan saya terhadap hari esok itu selalu benar. Tidak pernah ada kebenaran setelah kesalahan, jika tidak ada introspeksi diri. Tidak akan pernah ada kebahagiaan setelah ujian, jika tidak ada perbaikan dari dalam hati. Sikap posesif saya selama ini memang sudah sangat
teramat salah, harusnya saya memahami jika memang jodoh, cinta akan tetap bertahan. Jika memang ketulusan cinta itu benar-benar ada, cinta akan tetap berkembang tanpa pernah dimakan usia, takkan pernah luntur akibat rapuhnya keindahan fisik.
Sebagian besar dari mereka yang punya cinta terlalu takut untuk memulai dari awal, inilah alasan kenapa mereka bertahan dengan pilihannya; tak peduli sudah berapa banyak airmata yang tumpah. Airmata akan terhapus jika ingatan-ingatan indah kebersamaan itu
sudah lengket didalam sudut otak dan terlukis dibilik-bilik hati. Jadi, bertahan dengan pilihan itu bukan karena tidak ada yang suka apalagi bodoh. Semua berdasarkan alasan bukan?
Seperti halnya orang-orang selalu
mempertanyakan bagaimana bisa aku sebegitu mencintai kamu? Biarkan itu menjadi rahasiaku dengan Tuhan saja.
Aku hanya ingin menjadi satu-satunya wanita yang mendampingimu di masa kini hingga masa depan. Menjadi satu-satunya wanita yang berada satu shaf dibelakangmu, mengamini setiap do’amu, dan mencium tanganmu selepas
ibadah kita. Menjadi satu-satunya wanita yang akan menjadi tempatmu pulang, melampiaskan lelah, penat dan berakhir didalam pelukan hangat. Menjadi satu-satunya wanita yang akan selalu mendukung segala keputusanmu. Bukan
malah menjadi penghambat masa depanmu yang pada akhirnya hanya akan menjadi bagian dari masa lalumu yang mau tidak mau harus kamu buang.
Saat ini, izinkan aku untuk membereskan hati dan ikhlas untuk memperbaiki diri dari setiap perilaku. Bagiku saat ini kenyamanan adalah hal terpenting, bagaimana caranya kita bisa memberikan kenyamanan dan kehangatan satu
sama lain tanpa harus ada yang mengemis dan terluka. Walau ribuan kali hati menyuruhku khawatir dengan apa yang kamu lakukan diluar sana, namun jutaan kali fikiranku menentang dan
selalu menyakinkan bahwa kamu akan selalu tetap menjaga. Meski aku tidak pernah tau dengan cara apa kamu menjaganya. Kita punya Tuhan bukan? Tidak ada salahnya jika aku menyerahkan segalanya kepada Tuhan. Hatimu,
sikapmu, pandanganmu, keberadaan dan dengan siapa saja kamu disana. Aku bukan detektif dan bukan pula wartawan yang setiap saat harus selalu menginterogasi, cukup kepercayaan yang
aku kembangkan. Tanpa sedikitpun memaksa waktumu terbuang hanya demi aku.
Kamu punya keluarga, teman-teman, pekerjaan, bahkan cita-cita. Tugasku hanya mendampingi sampai kamu mencapai sisi puncak keberhasilan,
setelah itu kamu boleh memilih dengan siapa kamu akan menikmati bahagianya kesuksesan itu. Biar itu menjadi rahasiamu dengan Tuhan saja.
Aku percaya, ketulusan cinta akan menemukan
jalan pulang untuk tempat tinggalnya. :)

Senin, 20 Oktober 2014

Haruskah kita saling melepaskan

Aku tahu pertemuan kita bukan suatu kebetulan. Tuhan selalu punya rencana mengapa mempertemukan kita pada waktu ini. Entah dengan keajaiban apa kita berkenalan. Tunggu sepertinya bukan berkenalan lagi tapi mengenal lebih dekat lagi. Karna nyatanya kamu adalah temanku dulu sewaktu sekolah dasar. Kamu dulu bocah pendiam yang bahkan tak pernah menyapaku sama sekali. Kita sekelas tapi kita tak pernah saling bicara walaupun hanya berkata hai atau apapun selayaknya bocah yang ingin berteman. Dulu aku mengira kamu itu bocah lugu yang pemalu pada perempuan. Karna disaat dulu banyak yang menyukaiku banyak yang mengejarku, kamu seakan diam dan tak mau tahu apapun tentang aku.
Lalu entah apa yang membawamu berani datang padaku. Kamu tiba-tiba datang di chat bbm, dan dengan bodohnya aku bertanya ini siapa. hahaha aku bahkan tak mengenal wajahmu. Sebegitu jauhkah kita sampai-sampai aku tak ingat kamu. Dari situlah kedekatan kita terjalin. Kita bercerita panjang tentang kita dulu yang masih bocah dan seperti saling tak kenal. Bercerita tentang teman-teman kita yang dulu begitu antusias ingin dekat denganku tetapi kamu tidak. Dan satu yang membuatku tak percaya, kamu bilang kamu menyukaiku waktu sekolah dasar. Kamu menyukaiku tapi kamu hanya bisa diam, saat yang lain tebar pesona bahkan kamu tak sedikitpun menunjukan itu. Aku tertawa terbahak-bahak saat kamu mengungakapkan pengakuan seperti itu. Lucu ya kamu, bisa-bisanya bertingkah konyol.
Sudah belasan tahun loh dan kamu baru bilang jika kamu menyukaiku saat kita sama-sama sudah dewasa. Awalnya aku tak terlalu tertarik dengan kamu yang dulu menyukaiku, toh itu hanya perasaan bocah ingusan yang belum tahu apa-apa tentang cinta. Aku tak menganggap semua itu dengan serius. Tapi entah bagaimana denganmu. Kita semakin dekat lewat percakapan panjang kita disetiap chat bbm. Candaan kita di setiap chat bbm membuatku penasaran, inikah teman sekolahku dulu yang begitu pendiam? mengapa sekarang bisa mengajakku sampai bercanda dan membuatku tertawa. Setelah banyak bicara, lalu kamu mengajakku bertemu. Langit sore cerah kala itu kita pergi menonton film. Sepanjang film diputar aku tak sepenuhnya memperhatikan. Aku bahkan selalu bertanya-tanya dalam hati, seperti inikah kamu jika sudah dewasa? Bukan lagi kamu yang dulu ku kenal. Disepanjang jalan pulang kamu terus saja mengendarai motormu dengan kencang, aku bilang pelan-pelan saja karna aku tak kuat angin malam. Lalu kamu meminggirkan motormu, memberikan jaketmu dan bilang jika kamu tak ingin aku masuk angin. Kamu tahu sejak saat itu aku merasa diperlakukan beda olehmu. Langit malam kala itu menjadi saksi bahwa semesta mempertemukan dua anak manusia untuk saling jatuh cinta. Aku tak tahu hal ini dinamakan apa, yang jelas sejak saat itu kamu menjadi senyum dalam hari-hari ku. Kita memang belum mengenal jauh lebih dekat, bahkan kita belum tahu sifat masing-masing. Tapi entah dengan keberanian apa kamu memintaku untuk menjadi kekasihmu. Awalnya aku ragu, sungguh mungkin itu terlalu terburu-buru. Tapi aku sudah nyaman berada didekatmu, dan akupun mengiyakan. Kamu tak menuntutku untuk
menjadi wanita yang seutuhnya kau atur, kamu memperlakukanku begitu manis. Kamu mulai berani bercerita tentang dunia yang belum pernah ku singgahi, kamu mulai bercerita tentang pekerjaanmu, keluragamu, kisah cintamu yang pilu, dan segala hal yang membuatku merasa dihargai. Aku punya hak tersendiri mendengar ceritamu, dari kamu yang mengalami langsung. Kamu menggenggam tanganku seakan tak mau kehilangan. Kamu memelukku seakan aku menjadi satu-satunya untukmu. Nampaknya aku mulai mencintaimu. Kita mulai mengarungi hari bersama. Aku selalu meluangkan waktuku untuk bertemu denganmu, tak peduli betapa lelahnya aku karna bekerja. Dan saat kita tak bisa bertemu, ada rindu yang bergelut yang mungkin tak bisa kamu mengerti.
Saat kita sama-sama mencurahkan rindu, kamu menciumku dan memelukku sampai aku sulit bernafas. Tak ada yang lebih indah dari itu. Tak ada yang lebih bahagia selain saat aku bersamamu. Kamu selalu jadi tempatku bersandar saat lelah. Sungguh kebahagiaan itu tak pernah aku rasakan sebelumnya. Kamu memperlakukan aku selaknya putri yang harus kau jaga.
Kamulah pria yang selama ini kehadirannya selalu kutunggu. Pria
sepertimulah yang langka bagiku, yang sangat jarang masuk ke dalam hidupku. Ketika menemukanmu, aku seperti menemukan oase menyegarkan yang menghilangkan dahagaku. Dahaga karena terlalu sering berlari dan mencari hal yang tak pasti, haus yang dihasilkan karena
aku terlalu sibuk melompat dari satu hubungan ke hubungan lain, hingga aku lupa sebenarnya apa yang kucari selama ini.
Dan sejak saat itu sepertinya aku bohong satu juta persen jika tak ingin kehilanganmu. Hubungan kita memang belum terlalu lama. Tapi ada kebahagiaan yang membuatku tak ingin jauh darimu. Saat ku lihat matamu disitulah aku menemukan cinta dan aku hanya ingin kita sama-sama berjuang untuk mencapai titik terang itu.
Aku pikir hubungan kita akan terus baik-baik saja. Kamu boleh menyalahkan aku atas semua pertengkaran yang terjadi atas semua masalah yang kita terjadi dengan hubungan kita. Mungkin aku tak tahu cara mencintai seseorang itu seperti apa, mungkin aku terlalu bodoh untuk mengerti apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat kita harus menjaga perasaan satu sama lain. Kamu boleh bilang aku egois, tapi yang harus kamu tahu bukankah cinta selalu memaafkan meskipun tersakiti berkali-kali. Aku tak pernah sedikitpun berniat membuatmu kecewa sungguh, aku tak pernah ingin melihatmu sedih karnaku. Entah siapa yang harus bertanggung jawab atas semua ini. Atas kesalahpahaman yang membuatmu tak mau bertahan. Kamu tahu? aku sudah bosan loh ditinggal saat sedang cinta-cintanya. Dan sakitnya tak bisa dijelaskan oleh kata-kata apapun. Aku benci mengapa harus seperti ini lagi. Kamu bahkan masih sempat-sempatnya menguatkan aku. Kamu pasti tahu aku ini wanita cengeng luar biasa. Aku bahkan sudah bosan dengan mata bengkak karna menangis. Aku sudah terlalu lama kuat, dan saat aku rapuh aku hanya hanya butuh sandaran. Bukan keinginanku air mata ini jatuh, tapi keinginan hatiku yang tak ingin kamu pergi. Bolehkah aku menghela nafas sejenak? Aku lelah menangis sampai dadaku sesak. Seandainya kamu tahu, aku bukan wanita yang tak ingin berjuang. Jika kamu berpikir mengapa hanya pria yang selalu berjuang kamu salah besar, Aku bukan wanita yang membiarkan prianya hanya berjuang sendirian. Kesetiaanku bergantung padamu, jika kamu setia tetap bersamaku aku akan tetap berada disana, aku tak akan pernah pergi dan mencari cinta yang lain. Buat apa aku harus kembali pada masa lalu yang telah membuatku jatuh berkali-kali. Buat apa aku mencari kebahagiaan yang lain jika aku tahu kebahagiaan aku ada di depan mata. Masa lalu tak perlu dijadikan musuh bukan? Jika kita saling mencintai kita tak perlu resah dengan masa lalu kita masing-masing kan. Yang aku tahu aku memiliki kamu dan aku tak peduli dengan mereka atau siapapun di luar sana.
Setiap kali melihat matamu, setiap kali mengingat perkenalan kita yang nampaknya tak lebih dari persinggahan buatmu, rasanya aku semakin merasa kecut. Aku ingin menangis dan air mata ini belum tentu kaupahami.
Rasanya aku ingin memberhentikan pencarianku padamu. Rasanya aku ingin kaujadi akhir dari pelarianku. Rasanya aku ingin hubungan kita bisa lebih lama dari yang pernah kubayangkan dan kutakutkan. Rasanya aku ingin bertanya,
apakah kaumulai mencintai sosok wanita yang tak pernah mengakui bahwa di luar dia adalah wanita hebat sementara bersamamu dia merendahkan hatinya, mengecilkan egoisnya, melumat habis gengsinya; karena dia sangat mencintai kamu. Rasanya aku ingin berkata padamu, bahwa aku menunggu kamu tak lagi  menjadikanku pelarian, aku menunggumu tak lagi menjadikanku persinggahan. Aku
menunggumu menjadikanku tujuan, menjadi tempat kauselalu pulang, menjadi peluk tempat kamu meletakkan tangis.
Jika kautahu wanita ini sudah tersakiti begitu parah, sudah pernah dilukai habis-habisan oleh pria lainnya, masa, sih, kamu tak ingin bahagiakan dia dengan memberikan kesetiaanmu? Walau selalu terlihat tertawa dan jenaka, sebenarnya di dalam hati ini ada perasaan yang masih kusembunyikan; aku mencintaimu dan sedang dalam keadaan sangat takut kehilangan kamu.
Aku tahu Tuhan mempertemukan kita bukan tanpa alasan. Aku tahu Tuhan selalu ingin aku menjadi wanita kuat dan tegar. Karena nyatanya berkali-kali aku bisa menyembuhkan lukaku sendiri. Dan
jika kamu datang hanya untuk pergi, tolong jangan biarkan hati ini patah lagi bagaimanapun caranya. Aku sudah lelah memperbaikinya lagi menjadi sempurna. Ketahuilah, aku mencintaimu bukan hanya sekedar kata bukan hanya sekedar bualan. Aku tak ingin jadi orang bodoh yang melepas kebahagiaannya lagi dan lagi.
Sayang, teman kecilku yang bahkan dulu tak pernah bicara padaku, sekarang sudah tumbuh dewasa ya, dia sudah mengerti cinta dan sakit hati. Jika aku bisa memutar waktu, aku ingin kembali menjadi bocah kecil yang taunya hanya cinta monyet, dan tak kenal luka itu seperti apa. Jika dulu kamu bilang kamu menyukaiku mungkin aku juga akan berkata hal yang sama karna saat dewasa kita tahu rasanya saling mencintai.
Biar Tuhan yang menyatukan hati kita lagi yaa, karna berjalan ke arah manapun berlari kemanapun, cinta pasti akan menemukan jalan pulang.
Kita masih bisa menjadi teman bukan, dan anggap saja kita ini teman kecil yang taunya hanya saling ingin melindungi bukan melukai. Saat ini, izinkan aku untuk membereskan hati dan ikhlas untuk memperbaiki diri dari setiap perilaku.
Aku tak ingin menjadi bebanmu, aku tak ingin menambah masalahmu. Maafkan jika aku terlalu bersikap berlebihan. Dan aku percaya kamu tak pernah membiarkan ku benar-benar pergi. Karna yang kamu butuhkan hanya tempat dimana membuatmu nyaman. Mungkin saat ini aku harus membiasakan diri hanya memelukmu lewat doa. Semoga rindu kita selalu sama ya. Jangan sungkan untuk menjadikanku tempat sampah untuk keluh kesahmu, masalahmu, kesendirianmu. Karna aku masih akan tetap berada disana. Dihatimu sayang :')

Dari wanita yang selalu mendengar bisikan ini darimu, "kamu terlalu baik, sayang".

Sabtu, 18 Oktober 2014

Ketakutanku semakin menjadi

Aku bisa menghapus awan mendung di hidupku ketika aku bertemu denganmu. Kamu datang memberi warna baru, tak lagi hanya jingga. Kamu mengubah tangisku menjadi tawa bahagia. Saat bersamamu, tak ada lagi yang ku pikirkan selain hanya ingin denganmu saja.
Aku ingin membagi cerita-cerita ajaib bersamamu. Dan saat pertemuan kita tercipta, aku hanya ingin waktu terhenti saat itu juga. Aku ingin memelukmu sampai puas, aku selalu ingin bersandar di lenganmu yang beraroma parfum yang wanginya selalu membuatku rindu. Hubungan ini semakin membuatku nyaman, tapi tahukah kamu bahwa diam-diam ada perasaan takut dalam hatiku. Entah ketakutan macam apa, yang jelas saat kamu datang dengan rangkulan sederhana dan caramu memperlakukanku layaknya ratu sejagad yang harus dibahagiakan walaupun satu hari, aku mulai takut kehilanganmu, takut kamu pergi, takut kebahagiaan ini hanya sesaat.
Aku tak tahu bahwa segala sentuhan sederhana itu bisa menimbulkan perasaan lain, perasaan takut kehilangan, perasaan ingin memilikimu seutuhnya, perasaan ingin dijadikan satu-satunya olehmu.
Berkali-kali kutatap matamu, setiap kali kamu ucapkan cinta di telingaku, dan aku terbuai oleh nyanyian itu. Semua yang kaulakukan membuatku semakin berharap terlalu tinggi, aku takut jatuh sendirian dan kautak menungguku jatuh di bawah sana. Aku takut kamu sedang berusaha menerbangkanku dengan sayapmu, lalu
kelak di atas langit sana, kaubiarkan aku
mengepakkan sayapku sendiri yang masih kecil dan tak tahu caranya menggerakan udara di sekitar sayap-sayap kecilku. Aku takut semua
hal sedih itu terjadi justru di saat aku sedang sangat tak ingin kehilanganmu, Sayang. Ingin sekali aku mengetahui perasaanmu. Kamu boleh menyalahkan aku, untuk segala hubungan tak sehat, pertengkaran yang ajaib, rindu yang
memberontak, kangen yang menjengkelkan, serta hal-hal magis lain yang selalu membuatmu berpikir aku ini perempuan yang berbeda.
Katakan saja kalau aku ini gila nomor satu, karena selalu ingin tahu kabarmu, selalu ingin menemuimu, selalu ingin merindukanmu habis- habisan. Anggaplah aku ini pasien sakit jiwa yang menanti obat penenang, dan kaulah si obat penenang yang selalu hilang ketika aku
membutuhkanmu.
Aku ini hanya gadis kecil yang tak tahu
apa-apa, yang melihat pria sederhana, pria yang setiap selesai bertemu selalu memunculkan harapan baru, pria yang peluknya selalu ia rindukan, pria yang aroma tubuhnya selalu menimbulkan perasaan kangen, pria yang entah bagaimana bisa membuat gadis itu takut
pada rasa kehilangan.
Aku sedang ada di titik sangat mencintaimu dan aku tak ingin kisah-kisah lama yang terjadi padaku harus terulang lagi dalam kisah baru kita. Aku sedang dalam keadaan sangat menggilaimu dan aku ingin terus gila, ingin terus sakit jiwa, agar tanpa rasa terpaksa.

Untuk priaku yang berhasil membuatku jatuh cinta setengah mati, sekaligus membuat ketakutanku semakin menjadi.