Aku tahu pertemuan kita bukan suatu kebetulan. Tuhan selalu punya rencana mengapa mempertemukan kita pada waktu ini. Entah dengan keajaiban apa kita berkenalan. Tunggu sepertinya bukan berkenalan lagi tapi mengenal lebih dekat lagi. Karna nyatanya kamu adalah temanku dulu sewaktu sekolah dasar. Kamu dulu bocah pendiam yang bahkan tak pernah menyapaku sama sekali. Kita sekelas tapi kita tak pernah saling bicara walaupun hanya berkata hai atau apapun selayaknya bocah yang ingin berteman. Dulu aku mengira kamu itu bocah lugu yang pemalu pada perempuan. Karna disaat dulu banyak yang menyukaiku banyak yang mengejarku, kamu seakan diam dan tak mau tahu apapun tentang aku.
Lalu entah apa yang membawamu berani datang padaku. Kamu tiba-tiba datang di chat bbm, dan dengan bodohnya aku bertanya ini siapa. hahaha aku bahkan tak mengenal wajahmu. Sebegitu jauhkah kita sampai-sampai aku tak ingat kamu. Dari situlah kedekatan kita terjalin. Kita bercerita panjang tentang kita dulu yang masih bocah dan seperti saling tak kenal. Bercerita tentang teman-teman kita yang dulu begitu antusias ingin dekat denganku tetapi kamu tidak. Dan satu yang membuatku tak percaya, kamu bilang kamu menyukaiku waktu sekolah dasar. Kamu menyukaiku tapi kamu hanya bisa diam, saat yang lain tebar pesona bahkan kamu tak sedikitpun menunjukan itu. Aku tertawa terbahak-bahak saat kamu mengungakapkan pengakuan seperti itu. Lucu ya kamu, bisa-bisanya bertingkah konyol.
Sudah belasan tahun loh dan kamu baru bilang jika kamu menyukaiku saat kita sama-sama sudah dewasa. Awalnya aku tak terlalu tertarik dengan kamu yang dulu menyukaiku, toh itu hanya perasaan bocah ingusan yang belum tahu apa-apa tentang cinta. Aku tak menganggap semua itu dengan serius. Tapi entah bagaimana denganmu. Kita semakin dekat lewat percakapan panjang kita disetiap chat bbm. Candaan kita di setiap chat bbm membuatku penasaran, inikah teman sekolahku dulu yang begitu pendiam? mengapa sekarang bisa mengajakku sampai bercanda dan membuatku tertawa. Setelah banyak bicara, lalu kamu mengajakku bertemu. Langit sore cerah kala itu kita pergi menonton film. Sepanjang film diputar aku tak sepenuhnya memperhatikan. Aku bahkan selalu bertanya-tanya dalam hati, seperti inikah kamu jika sudah dewasa? Bukan lagi kamu yang dulu ku kenal. Disepanjang jalan pulang kamu terus saja mengendarai motormu dengan kencang, aku bilang pelan-pelan saja karna aku tak kuat angin malam. Lalu kamu meminggirkan motormu, memberikan jaketmu dan bilang jika kamu tak ingin aku masuk angin. Kamu tahu sejak saat itu aku merasa diperlakukan beda olehmu. Langit malam kala itu menjadi saksi bahwa semesta mempertemukan dua anak manusia untuk saling jatuh cinta. Aku tak tahu hal ini dinamakan apa, yang jelas sejak saat itu kamu menjadi senyum dalam hari-hari ku. Kita memang belum mengenal jauh lebih dekat, bahkan kita belum tahu sifat masing-masing. Tapi entah dengan keberanian apa kamu memintaku untuk menjadi kekasihmu. Awalnya aku ragu, sungguh mungkin itu terlalu terburu-buru. Tapi aku sudah nyaman berada didekatmu, dan akupun mengiyakan. Kamu tak menuntutku untuk
menjadi wanita yang seutuhnya kau atur, kamu memperlakukanku begitu manis. Kamu mulai berani bercerita tentang dunia yang belum pernah ku singgahi, kamu mulai bercerita tentang pekerjaanmu, keluragamu, kisah cintamu yang pilu, dan segala hal yang membuatku merasa dihargai. Aku punya hak tersendiri mendengar ceritamu, dari kamu yang mengalami langsung. Kamu menggenggam tanganku seakan tak mau kehilangan. Kamu memelukku seakan aku menjadi satu-satunya untukmu. Nampaknya aku mulai mencintaimu. Kita mulai mengarungi hari bersama. Aku selalu meluangkan waktuku untuk bertemu denganmu, tak peduli betapa lelahnya aku karna bekerja. Dan saat kita tak bisa bertemu, ada rindu yang bergelut yang mungkin tak bisa kamu mengerti.
Saat kita sama-sama mencurahkan rindu, kamu menciumku dan memelukku sampai aku sulit bernafas. Tak ada yang lebih indah dari itu. Tak ada yang lebih bahagia selain saat aku bersamamu. Kamu selalu jadi tempatku bersandar saat lelah. Sungguh kebahagiaan itu tak pernah aku rasakan sebelumnya. Kamu memperlakukan aku selaknya putri yang harus kau jaga.
Kamulah pria yang selama ini kehadirannya selalu kutunggu. Pria
sepertimulah yang langka bagiku, yang sangat jarang masuk ke dalam hidupku. Ketika menemukanmu, aku seperti menemukan oase menyegarkan yang menghilangkan dahagaku. Dahaga karena terlalu sering berlari dan mencari hal yang tak pasti, haus yang dihasilkan karena
aku terlalu sibuk melompat dari satu hubungan ke hubungan lain, hingga aku lupa sebenarnya apa yang kucari selama ini.
Dan sejak saat itu sepertinya aku bohong satu juta persen jika tak ingin kehilanganmu. Hubungan kita memang belum terlalu lama. Tapi ada kebahagiaan yang membuatku tak ingin jauh darimu. Saat ku lihat matamu disitulah aku menemukan cinta dan aku hanya ingin kita sama-sama berjuang untuk mencapai titik terang itu.
Aku pikir hubungan kita akan terus baik-baik saja. Kamu boleh menyalahkan aku atas semua pertengkaran yang terjadi atas semua masalah yang kita terjadi dengan hubungan kita. Mungkin aku tak tahu cara mencintai seseorang itu seperti apa, mungkin aku terlalu bodoh untuk mengerti apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat kita harus menjaga perasaan satu sama lain. Kamu boleh bilang aku egois, tapi yang harus kamu tahu bukankah cinta selalu memaafkan meskipun tersakiti berkali-kali. Aku tak pernah sedikitpun berniat membuatmu kecewa sungguh, aku tak pernah ingin melihatmu sedih karnaku. Entah siapa yang harus bertanggung jawab atas semua ini. Atas kesalahpahaman yang membuatmu tak mau bertahan. Kamu tahu? aku sudah bosan loh ditinggal saat sedang cinta-cintanya. Dan sakitnya tak bisa dijelaskan oleh kata-kata apapun. Aku benci mengapa harus seperti ini lagi. Kamu bahkan masih sempat-sempatnya menguatkan aku. Kamu pasti tahu aku ini wanita cengeng luar biasa. Aku bahkan sudah bosan dengan mata bengkak karna menangis. Aku sudah terlalu lama kuat, dan saat aku rapuh aku hanya hanya butuh sandaran. Bukan keinginanku air mata ini jatuh, tapi keinginan hatiku yang tak ingin kamu pergi. Bolehkah aku menghela nafas sejenak? Aku lelah menangis sampai dadaku sesak. Seandainya kamu tahu, aku bukan wanita yang tak ingin berjuang. Jika kamu berpikir mengapa hanya pria yang selalu berjuang kamu salah besar, Aku bukan wanita yang membiarkan prianya hanya berjuang sendirian. Kesetiaanku bergantung padamu, jika kamu setia tetap bersamaku aku akan tetap berada disana, aku tak akan pernah pergi dan mencari cinta yang lain. Buat apa aku harus kembali pada masa lalu yang telah membuatku jatuh berkali-kali. Buat apa aku mencari kebahagiaan yang lain jika aku tahu kebahagiaan aku ada di depan mata. Masa lalu tak perlu dijadikan musuh bukan? Jika kita saling mencintai kita tak perlu resah dengan masa lalu kita masing-masing kan. Yang aku tahu aku memiliki kamu dan aku tak peduli dengan mereka atau siapapun di luar sana.
Setiap kali melihat matamu, setiap kali mengingat perkenalan kita yang nampaknya tak lebih dari persinggahan buatmu, rasanya aku semakin merasa kecut. Aku ingin menangis dan air mata ini belum tentu kaupahami.
Rasanya aku ingin memberhentikan pencarianku padamu. Rasanya aku ingin kaujadi akhir dari pelarianku. Rasanya aku ingin hubungan kita bisa lebih lama dari yang pernah kubayangkan dan kutakutkan. Rasanya aku ingin bertanya,
apakah kaumulai mencintai sosok wanita yang tak pernah mengakui bahwa di luar dia adalah wanita hebat sementara bersamamu dia merendahkan hatinya, mengecilkan egoisnya, melumat habis gengsinya; karena dia sangat mencintai kamu. Rasanya aku ingin berkata padamu, bahwa aku menunggu kamu tak lagi menjadikanku pelarian, aku menunggumu tak lagi menjadikanku persinggahan. Aku
menunggumu menjadikanku tujuan, menjadi tempat kauselalu pulang, menjadi peluk tempat kamu meletakkan tangis.
Jika kautahu wanita ini sudah tersakiti begitu parah, sudah pernah dilukai habis-habisan oleh pria lainnya, masa, sih, kamu tak ingin bahagiakan dia dengan memberikan kesetiaanmu? Walau selalu terlihat tertawa dan jenaka, sebenarnya di dalam hati ini ada perasaan yang masih kusembunyikan; aku mencintaimu dan sedang dalam keadaan sangat takut kehilangan kamu.
Aku tahu Tuhan mempertemukan kita bukan tanpa alasan. Aku tahu Tuhan selalu ingin aku menjadi wanita kuat dan tegar. Karena nyatanya berkali-kali aku bisa menyembuhkan lukaku sendiri. Dan
jika kamu datang hanya untuk pergi, tolong jangan biarkan hati ini patah lagi bagaimanapun caranya. Aku sudah lelah memperbaikinya lagi menjadi sempurna. Ketahuilah, aku mencintaimu bukan hanya sekedar kata bukan hanya sekedar bualan. Aku tak ingin jadi orang bodoh yang melepas kebahagiaannya lagi dan lagi.
Sayang, teman kecilku yang bahkan dulu tak pernah bicara padaku, sekarang sudah tumbuh dewasa ya, dia sudah mengerti cinta dan sakit hati. Jika aku bisa memutar waktu, aku ingin kembali menjadi bocah kecil yang taunya hanya cinta monyet, dan tak kenal luka itu seperti apa. Jika dulu kamu bilang kamu menyukaiku mungkin aku juga akan berkata hal yang sama karna saat dewasa kita tahu rasanya saling mencintai.
Biar Tuhan yang menyatukan hati kita lagi yaa, karna berjalan ke arah manapun berlari kemanapun, cinta pasti akan menemukan jalan pulang.
Kita masih bisa menjadi teman bukan, dan anggap saja kita ini teman kecil yang taunya hanya saling ingin melindungi bukan melukai. Saat ini, izinkan aku untuk membereskan hati dan ikhlas untuk memperbaiki diri dari setiap perilaku.
Aku tak ingin menjadi bebanmu, aku tak ingin menambah masalahmu. Maafkan jika aku terlalu bersikap berlebihan. Dan aku percaya kamu tak pernah membiarkan ku benar-benar pergi. Karna yang kamu butuhkan hanya tempat dimana membuatmu nyaman. Mungkin saat ini aku harus membiasakan diri hanya memelukmu lewat doa. Semoga rindu kita selalu sama ya. Jangan sungkan untuk menjadikanku tempat sampah untuk keluh kesahmu, masalahmu, kesendirianmu. Karna aku masih akan tetap berada disana. Dihatimu sayang :')
Dari wanita yang selalu mendengar bisikan ini darimu, "kamu terlalu baik, sayang".