Kamis, 31 Juli 2014

Kamu, cinta pertama

Entah apa perasaan ini, saat jantungku berdegup kencang didekatnya, pipiku yang memerah, senyum malu-malu dan tangan dingin gemetaran. Perasaan seperti itu sudah lama hilang tapi mengapa kembali lagi. Aku bahagia saat berlama-lama mengobrol dengannya walau hanya di chat bbm. Dia yang masih sama seperti dulu, selalu saja membuatku mabuk kepayang. Kegilaan ini entah mengapa harus aku alami lagi. Aku tak ingin mengganggap semua ini perhatian lebih yang akan membuatku jatuh lagi. Tapi
aku tak bisa menahan perasaan gila ini. Dia hanya cinta pertamaku, dia hanya masa lalu. Tapi karna alasan itu aku tak tahu harus mengartikan apa tentang semua ini. Mungkin dia hanya menganggap perasaanku tak pernah berarti apa-apa. Tak pernah mengartikan segala perhatiaan itu sebagai cinta.

Untuk cinta pertamaku,
Mungkinkah aku jatuh cinta lagi?

Rabu, 23 Juli 2014

Kamu adalah tulisanku

Ini tulisanku yang entah keberapa; yang takkan pernah kamu lirik apalagi kamu baca. Aku tak pernah bosan mengumpulkan serangkaian kata-kata galau untuk mengabadikannya dalam setiap tulisan yang ku buat. Kamu tentu sudah tahu bukan? Kalau aku ini wanita yang sering menangis dalam tulisannya tapi kamu tak pernah tahu bahwa semua tulisanku berisi tentang lukaku, tentang kesedihan maupun kebahagiaan yang dulu sempat kamu ukir. Kamu seakan menjelma menjadi serangkaian kalimat dalam tulisanku. Kamu seakan karakter utama yang menjadi penentu di akhir cerita.

Entah sejak kapan aku suka menulis, mencurahkan tangisku dalam setiap tulisan. Aku jadi suka sajak, puisi, cerpen sastra dan segala hal yang membuat galau. Yang jelas aku selalu ingin menulis ketika aku mengingat, merindukan, dan menangis karnamu. Jika kamu membaca tulisanku mungkin kamu menganggap aku ini wanita yang berlebihan, yang membesar-besarkan setiap kesedihannya. Bukan begitu sayang, aku merasa bebanku lepas walaupun hanya sedikit saat aku menulis. Saat aku ingin menangis, aku tak ingin air mataku jatuh sia-sia. Aku lebih memilih menampung air mataku untuk menjadikannya sebuah tulisan.

Sayang, mungkin hanya sedikit wanita yang melakukan hal konyol seperti ini termasuk aku. Inilah aku, si pengecut yang terlalu takut untuk mengungkapkan keluhan dihatinya. Wanita bodoh yang berharap tulisannya akan dibaca olehmu suatu hari nanti; padahal dia tahu kamu takkan mungkin membacanya. Aku tahu kamu pasti tak suka melihat aku yang seperti ini dan menganggap aku wanita super galau yang melebih-lebihkan kesedihannya. Tapi inilah aku sayang, wanita yang hanya bisa menangis lewat tulisannya, wanita yang begitu rapuh karna tak punya tempat untuk mencurahkan hati; wanita yang selalu bersembunyi dibalik lukanya.

Sayang, aku lelah berada dalam bayang-bayang luka yang kau gurat. Aku tak cukup kuat untuk menghilangkan kenangan yang sesekali melintas saat aku menutup mata. Hanya ini yang bisa kulakukan, menjadikanmu karakter utama dalam tulisanku. Berharap kamu menjelma dalam setiap kata agar aku dapat terus melukiskan betapa dirimu sungguh istimewa. Untuk yang kesekian kalinya aku mengatakan bahwa aku masih mencintaimu walau kamu tak pernah tahu sayang. Aku masih merindukan kamu, merindukan saat-saat kamu pernah berada dalam posisiku. Kamu yang dulu galau berat dan hanya bisa mencurahkannya dalam tulisan.

Dari wanita pengecut
yang tak tahu diri...

Jumat, 18 Juli 2014

Merindukanmu disela kesibukanku

Disela-sela kesibukanku yang padat, nyatanya aku masih sempat merasakan rindu yang menggerogoti hati yang kesepian. Rindu yang bergejolak tapi tak dapat diutarakan, tak dapat diungkapkan kepada pemiliknya. Aku pikir dengan segala kesibukanku yang menggunung, aku bisa menghilangkan bayanganmu dalam pikiranku; melupakan senyuman dan canda tawa yang dulu pernah kamu rangkai dalam hari-hariku. Tapi nyatanya segala usaha kerasku sampai saat ini tak membuahkan hasil. Nihil!. Disaat aku butuh sandaran untuk menghapus lelah, disaat itu pula ingatanku tentangmu kembali muncul. Mungkin aku yang belum terbiasa atau mungkin aku yang tak benar-benar ingin menghapus jejak langkahmu dalam hidupku.

Seandainya kamu tahu, aku berusaha mati-matian untuk menghapus segala yang menyakitkan tentangmu dalam pikiranku. Aku mencoba agar air mataku tak lagi menetes saat aku begitu merindukan sosokmu yang dulu menjadi kekuatan terbesar dalam hidupku. Aku menahan ketakutanku jika seandainya suatu saat nanti kamu tak akan pernah pulang lagi. Jika seandainya kamu tahu bagaimana rasanya jadi aku mungkin kamu belum tentu bisa sekuat ini. Kamu tak pernah tahu, aku membunuh diriku sendiri untuk membuatmu hidup dan bernafas. Katakan saja, aku ini seperti payung, yang hanya kau buka saat awan terlihat mendung; yang rela membiarkan tubuhnya basah kuyup untuk melindungi tubuhmu agar tetap kering. Aku ini hanya gadis yang tak tahu apa-apa; yang ia tahu hanya merasa nyaman saat seseorang memberikan perhatiannya dan harus membalasnya dengan mencintainya begitu tulus.

Mungkin aku yang salah mengartikan, menganggap segala perhatian dan tingkahmu yang manis adalah bentuk jika kamu juga mencintaiku dengan tulus. Rasanya tidak adil jika ingin dihitung-hitung, aku mencintaimu tanpa aku harus memaksamu menjadi milikku. Tapi kamu, ah seandainya aku bisa tahu apa yang ada dalam pikiran dan hatimu. Aku tak mungkin rela jatuh berkali-kali hanya untuk menggapaimu. Sudahlah, biarkan aku merindukanmu begitu menggebu-gebu, mencintaimu begitu ikhlas tanpa harus memintamu untuk membalas. Walaupun aku tahu kamu tak akan mungkin berbalik arah untuk menemuiku. Walaupun aku tahu, didepanmu sudah ada wanita yang sekaligus bisa menjadi sahabat terbaikmu. Aku hanya bisa tersenyum miris; tak bisa lagi mengungkapkan segala kecemasanku dengan kata-kata.

Dan di tengah kesibukanku ini, aku masih sempat berandai-andai jika kita bisa seperti dulu. Berbincang-bincang dengan perkerjaan kita masing-masing, saling mengeluh, lalu berujung pada candaan yang membuat kita lupa pada lelah setelah bekerja seharian. Aku bisa bersandar dipundakmu, menggenggam tanganmu sembari kamu mengacak-acak rambutku lalu aku membalas dengan menjepit hidungmu yang mancung itu. Aku rindu saat-saat seperti itu. Saat-saat yang membuat hidupku sempurna karna adanya kamu. Kamu memeluk tubuhku seperti seorang kakak, mencium keningku seperti seorang ayah, mencium pipiku layaknya kekasih, berbisik ditelingaku seperti sahabat, dan menemaniku layaknya saudara. Rasanya bohong jika aku tidak takut kehilanganmu setelah apa yang kamu lakukan. Rasanya aku berdosa jika aku tak jujur bahwa aku begitu mencintaimu.

Entah dengan kekuatan magis apa kamu membuatku begitu mencintaimu hingga berdarah-darah begini. Hingga membuat aku merasa wanita paling hebat karna jatuh berkali-kali tanpa merasa kesakitan. Seperti yang pernah kamu katakan bahwa aku hanya ada satu di dunia ini, hingga dulu kamu memperlakukan aku layaknya seorang putri yang harus dijaga. Tapi nyatanya saat ini bukan lagi aku putri yang harus kau jaga. Bukan lagi aku yang harus kau hapus air matanya karna lelahnya pada dunia yang membuatnya menangis. Aku sadar aku bukan lagi siapa-siapa; bukan lagi jadi bagian terpenting dalam hidupmu. Tapi biarkan aku terus menggilaimu, biarkan aku seperti orang yang sakit jiwa agar aku tak pernah merasa terpaksa karna mencintaimu. Kamu tak perlu cemas, aku tahu apa yang terbaik untuk diriku. Aku hanya tak ingin terluka lagi dan lagi hingga membuatku jera.

Dari seorang gadis pecundang,
Yang hanya bisa mencintaimu disela kesibukannya.

Selasa, 01 Juli 2014

Aku yang tak kau pahami

Batin ini terluka, merasakan naungan ombak yang akan menghadangku
Hati ini menangis, membisu bagai air yang kehilangan arusnya
Tak kau pahami aku....
Yang selalu menjerit sakit saat ada bunga lain yang kau hisap
Kau kibaskan sayap hitammu kepada limpahan butir kembang yang datang menjulang menunjukan pesonanya
Tanpa kau ingat aku...
Sebuah kembang yang sendiri
Kehilangan daunnya yang semakin mengering layu
Haus oleh cinta yang biasa memelukku
Tak kau pahami aku..........
Yang selalu menahan kuncup agar tak mekar
Kulakukan demi siapa?
Tentu untuk engkau sang lebah yang kini terbang meninggalkanku
Kini kau hilang dari sarangmu saat aku telah temukan harum cinta dari hatiku
Ternyata kau kini telah temani sebuah kembang yang merah
Meronakan setiap senyuman kepadamu
Mungkin dialah yang mengindahkan matamu memberi warna setiap helai kertas yang terkotori sebuah tinta dusta
Tak seperti aku......
Yang hanya bisa mengindahkan matamu saat kau sadari
Kau jatuh ke kumparan lumpur hitam yang
mengotori tubuhmu
Tak kau pahami aku....
Yang hanya sebuah kembang kecil
Mudah layu, berserakan
Aku terbanting oleh tiupan angin yang
membenciku
Mungkin aku tak bisa sepertinya, kokoh,
berwarna, dan harum dalam dekapanmu
Tapi inilah aku.. Melati putih...
Dan dia, Mawar merah