Rabu, 23 Juli 2014

Kamu adalah tulisanku

Ini tulisanku yang entah keberapa; yang takkan pernah kamu lirik apalagi kamu baca. Aku tak pernah bosan mengumpulkan serangkaian kata-kata galau untuk mengabadikannya dalam setiap tulisan yang ku buat. Kamu tentu sudah tahu bukan? Kalau aku ini wanita yang sering menangis dalam tulisannya tapi kamu tak pernah tahu bahwa semua tulisanku berisi tentang lukaku, tentang kesedihan maupun kebahagiaan yang dulu sempat kamu ukir. Kamu seakan menjelma menjadi serangkaian kalimat dalam tulisanku. Kamu seakan karakter utama yang menjadi penentu di akhir cerita.

Entah sejak kapan aku suka menulis, mencurahkan tangisku dalam setiap tulisan. Aku jadi suka sajak, puisi, cerpen sastra dan segala hal yang membuat galau. Yang jelas aku selalu ingin menulis ketika aku mengingat, merindukan, dan menangis karnamu. Jika kamu membaca tulisanku mungkin kamu menganggap aku ini wanita yang berlebihan, yang membesar-besarkan setiap kesedihannya. Bukan begitu sayang, aku merasa bebanku lepas walaupun hanya sedikit saat aku menulis. Saat aku ingin menangis, aku tak ingin air mataku jatuh sia-sia. Aku lebih memilih menampung air mataku untuk menjadikannya sebuah tulisan.

Sayang, mungkin hanya sedikit wanita yang melakukan hal konyol seperti ini termasuk aku. Inilah aku, si pengecut yang terlalu takut untuk mengungkapkan keluhan dihatinya. Wanita bodoh yang berharap tulisannya akan dibaca olehmu suatu hari nanti; padahal dia tahu kamu takkan mungkin membacanya. Aku tahu kamu pasti tak suka melihat aku yang seperti ini dan menganggap aku wanita super galau yang melebih-lebihkan kesedihannya. Tapi inilah aku sayang, wanita yang hanya bisa menangis lewat tulisannya, wanita yang begitu rapuh karna tak punya tempat untuk mencurahkan hati; wanita yang selalu bersembunyi dibalik lukanya.

Sayang, aku lelah berada dalam bayang-bayang luka yang kau gurat. Aku tak cukup kuat untuk menghilangkan kenangan yang sesekali melintas saat aku menutup mata. Hanya ini yang bisa kulakukan, menjadikanmu karakter utama dalam tulisanku. Berharap kamu menjelma dalam setiap kata agar aku dapat terus melukiskan betapa dirimu sungguh istimewa. Untuk yang kesekian kalinya aku mengatakan bahwa aku masih mencintaimu walau kamu tak pernah tahu sayang. Aku masih merindukan kamu, merindukan saat-saat kamu pernah berada dalam posisiku. Kamu yang dulu galau berat dan hanya bisa mencurahkannya dalam tulisan.

Dari wanita pengecut
yang tak tahu diri...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar