Aku adalah peziarah pada pagi, dan pada kenangan-kenangan kita yg mati. Dan kamu, adalah doa-doa hangat yg mengiringi.
Selayak cahaya pagi, sapa katamu adalah pelukan terhangat bagi hati.
Seperih apapun rindu, sepanjang itu teruntukmu, akan selalu membahagiakanku.
Yang lebih jauh dari jarak adalah kenangan-kenangan yg kita lewatkan.
Betapapun kesakitan yg kepergian tinggalkan, pertemuan yg tak kunjung datang akan selalu lebih nyeri.
Bulir-bulir dingin yg pagi hantar, tak pernah cukup membekukan luka-luka yg kau tinggalkan.
Kadang kenangan seperti kopi. Sempat hangatkan pagi, lalu terlupakan di siang hari. Datang lagi kala dingin malam menghampiri.
Karena padamu, hati telah terpaku. Dalam merindumu, hati tak kenal ragu-ragu.
Malam makin larut, rindu tak makin surut.
Bagiku, tidur adalah satu saat aku bisa bersamamu. Lalu terbangun, dengan rasa ingin mengulang-ulang mimpi.
Segala malam tanpa adamu hanyalah bintang-bintang redup, semua rindu tanpa sambutmu hanyalah luka-luka tak tertutup.
Dalam lari-lari kecil mentari, pagi merapikan sisa mimpi. Dalam halus-halus lantun doa, pagi menguatkan rapuh cinta.
Pada dingin yg memeluk pagi, dalam rindu-rindu yg menemani, sesungguhnya cinta tak pernah sendiri.
Yang menyebalkan dari cinta, adalah butuh ribuan pagi untuk sembuhkan luka.
Datanglah malam, membawa kenangan-kenangan. Menyeret rindu jauh kedalam. Hingga tak sadar, cinta sudah karam.
Kepadamu, cinta ku kirim dengan segala. Kepadaku, cinta pulang tanpa apa-apa.
Langit temaram menjadi rumah bagi tiap kerinduan. Lalu bayang-bayang wajahmu beradu dalam kesunyian malam.
Merindumu itu nadi. Mencintaimu adalah nyali. Jangan paksa aku hidup tanpa keduanya.
Dalam jejak jejak rindu, aku selalu menemukanmu. Dari kejauhan pandangmu pun, tak ada aku.
Aku sendiri yg akan melumat pelukanmu, pada erat erat jemariku, memecahkan rindu.
Aku tak pernah pandai merindumu saat malam. Tanya gemintang, berapa dalam luka-luka yang harus ku sembuhkan.
Malam adalah halaman terakhir dari waktu, dari menunggumu. Namun rindu, selalu membuat halaman baru.
Menunggumu itu seperti sebuah lagu, adalah nada-nada rindu yg lembut bermain dalam keheningan malam.
Barangkali, pagi hanyalah cara langit mengobati lukanya sendiri, berlari dari gelap yg hangat tinggal pergi.
Biar aku cicipi manis senyummu sebangun pagi, sebelum sepahit-pahitny
a rindu menghinggapiku sepanjang hari.
Dalam pagiku, selalu ada ucap doa-doa, mengharapmu untuk mencinta, bilapun tidak, mengharapmu bahagia
Harusnya rindu seperti itu embun, memeluk erat-erat pada daun, hangatkan beku hatimu lambat laun.
Kecuali ada sapamu, dingin pagi adalah rindu yg paling nyeri.
Sedalam-dalam kamu menyelami sajakku, rindu selalu lebih besar dari itu.
Menyembuhkan patah hati, tak semudah bangun pagi lalu minum kopi.
Yang datang pergi adalah malam dan pagi. Yang abadi adalah sakit saat kau mengucap pergi.
Dalam hati yg lama tak bercengkerama, rindu tak pernah sebentar.
Kamis, 11 Desember 2014
Sajak rindu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar