Ini tulisan gadis pemimpi yang masih senang bermimpi di dalam dunia nyata, mimpinya sederhana saja; hanya ingin bahagia bersama satu lelaki yang setia. Setelah mimpi bersamamu tak dapat ku gapai, aku memutuskan untuk membangun mimpi yang baru tentunya bersama lelaki yang lebih baik darimu. Lelaki yang lebih menghargai perjuanganku, lelaki yang akan membuat pipiku basah karena air mata bahagia; bukan air mata kesedihan, lelaki yang tak akan menyembunyikanku dari sorotan mata dunia, dan lelaki yang selalu menyebut namaku di setiap doanya.
Aku memang belum bertemu dengan lelaki itu, tapi suatu saat aku akan memperkenalkannya padamu, hingga membuatmu sadar dan menyesal bahwa meninggalkanku adalah kebodohan nomor satu. Berbahagialah dengan mantan kekasih yang sekarang telah menjadi milikmu lagi. Aku sangat berterima kasih padanya karena telah mengambil seorang lelaki yang hanya menjadikanku persinggahan sesaat, seorang lelaki sepertimu yang sama sekali tak pantas untukku perjuangankan.
Kamu yang lebih dulu bercerita tentang dia saat kedekatan kita terjalin, kamu bilang hubungan kalian telah selesai karena terhalang jarak. Kamu di Tangerang sedangkan dia di Bandung. Selama ini aku hanya sekedar jadi pendengar yang baik. Aku tak pernah berkomentar tentang dia, dan aku tak mau tahu sama sekali bagaimana masa lalumu dengan dia. Dan saat kita menjalin hubungan, kamu bilang dia selalu mencari tahu tentangmu. Bahkan dia sempat mengucapkan selamat pada kita yang telah berstatus pacaran. Aku tahu betul bagaimana perempuan yang berpura-pura tegar, aku tahu dia masih sangat menginginkanmu. Kamu selalu berkata dengan nada tinggi saat aku membicarakan dia, saat aku menunjukkan tulisan kegalauannya di jejaring sosial. Ketika aku tahu dia galau berat karenamu, aku mulai takut kamu akan luluh dan kembali padanya.
Harusnya aku paham bahwa kemarahanmu ketika aku menyebut namanya bukan karena kamu sudah tidak peduli tapi hanya karena kamu ingin menyembunyikan perasaanmu padanya. Aku tak habis pikir bagaimana kamu begitu rapi menyembunyikan perasaanmu dan seolah-olah aku lah yang paling salah dalam hubungan kita. Katamu, aku belum bisa melupakan mantan-mantanku. Kamu bilang aku harus menghapus semua kontak yang berhubungan dengan mereka. Demi kamu aku melakukannya. Padahal aku selalu jujur padamu, aku sudah melupakan perasaanku pada mereka jauh sebelum aku dekat denganmu. Aku menganggap mereka teman dan tak pernah berharap sedikitpun untuk kembali pada mereka yang telah menyakitiku. Jelas, aku lebih mempermasalahkan hubunganmu dengannya. Sebagai perempuan aku tahu betul bagaimana perempuan yang masih berharap. Aku tahu dia masih mengingkanmu kembali. Aku bisa apa selain diam dan menahan ketakutanku sendiri.
Dan saat dimana aku tahu kalian mempermainkanku, saat aku tahu kalian begitu munafik, rasanya aku begitu membencimu, membencinya, membenci kalian. Rasanya aku ingin menampar kalian, mencaci maki kalian dan berkata, "Mengapa kamu begitu brengsek, mengapa dia tega merebutmu dariku, mengapa kalian begitu jahat padaku!"
Apa aku salah menerimamu ketika kamu datang dengan manisnya memintaku untuk menjadi kekasihmu? Apa aku salah mencintaimu sedangkan aku tak pernah tahu bahwa ada perempuan yang masih menginginkanmu kembali?
Harusnya aku tak perlu merengek agar kamu tak pergi. Harusnya aku tak perlu meminta maaf atas setiap pertengkaran yang terjadi, karena memang kenyataannya aku tak pernah sedikitpun berniat mengkhianatimu. Entah kamu menyadarinya atau tidak, yang jelas aku tahu siapa pengkhianat dan siapa perebut. Aku akui berat rasanya menerima kenyataan bahwa kamu tak lagi menjadi milikku. Aku akui bahwa diam-diam aku masih sering merindukanmu. Aku tak ingin memaksa otakku untuk melupakanmu karena dengan begitu hanya akan menambah luka. Biarkan semua menghilang seiring berjalannya waktu.
Jika menurutmu dia adalah perempuan baik. Jika dia memang pantas untuk kamu perjuangkan. Terserah. Lakukanlah. Menurutku perempuan baik tidak akan merebut milik perempuan lain. Dan satu hal, kalaupun aku tidak mendapatkan apa yang ku mau, aku tak pernah mati-matian merebut milik orang lain. Dulu katamu aku perempuan yang terlalu baik untukmu. Ku pikir kata-katamu itu ambigu. Dan kamu memutuskan untuk meninggalkanku lalu lebih memilih dia; perempuan yang telah merebut milik perempuan lain. Apakah itu menurutmu perempuan yang baik?