Sabtu, 29 Maret 2014

Kenangan

Kenangan itu cuma hantu di sudut
pikiran. Selama kita cuma diam dan nggak berbuat apa-apa, selamanya dia akan tetap jadi hantu. Nggak akan pernah jadi kenyataan.

Kenangan itu, betapapun pahitnya,
selalu bisa dikenang dan ditempatkan kembali di hati kita. Dan, biarlah memori beristirahat disana. Biarlah kita kunjungi suatu saat.

Aku telah membuka semua pintu dan melepas merpati-merpati itu pergi. Tanpa pesan, tanpa persinggahan. Melintasi taman paling rindu tempat kau bunuh kenangan kita berkali-kali. Dan sungguh aku tak akan pernah memberinya denyut nadi lagi agar
hidup kembali, seperti tokoh-tokoh kartun, yang dulu kau tonton di televisi.

Waktu kecil saya sering berpikir
tentang sesuatu yang bisa melestarikan kenangan. Begitulah mulanya saya mengakrabi musik, aroma dan puisi.

Kenangan perlu ada dalam hidup
untuk dikenang, ditertawakan dan menjadi warisan ingatan kepada anak keturunam

Kalian ingin selalu mengingat
kenangan manis, sedangkan aku malah ingin melupakan. Bahkan aku berharap kenangan itu tidak pernah ada. Dengan begitu, tidak ada yang perlu kutangisi.

Berjalanlah agar yang indah-indah
menjadi terkenang. Melepaskan bukan berarti menghilangkannya. Melepaskan itu justru membebaskan untuk bisa memilih.
Memilih bagian mana yang akan tetap tinggal dan mana yang akan pergi.

Pertanyaannya sekarang adalah
mana yang lebih menyakitkan, mereka yang memiliki kenangan lalu kehilangan atau mereka yang kehilangan tanpa memiliki kenangan?

Kenangan tetap selalu tersisa, benda tak lebih hanya kail pemicu. Selama kenangan itu ada, rasa itu masih tetap membekas.

"We are somebody’s memories when we are gone"

Kamis, 27 Maret 2014

Untuk wanitamu

Pernahkah kamu tahu bagaimana rasanya mencintai seseorang yang telah menjadi milik orang lain? Pernahkah kamu merasakan cinta dari seorang pria yang harus terpaksa memilih wanita lain? Pernahkah kamu dalam keadaan sedang cinta-cintanya lalu ditinggalkan begitu saja? Kamu tahu bagaimana rasanya? Aku tidak yakin kamu pernah dalam keadaan sulit untuk memilih harus menyerah atau tetap bertahan. Saat kedua pilihan itu beresiko, jika aku bertahan maka kamu akan tersakiti, jika aku menyerah maka aku yang tersakiti. Satu hal yang perlu kamu tahu, aku bukan wanita jahat seperti yang kamu pikiran. Jika memang aku wanita jahat, mungkin aku sudah melakukan hal yang sama seperti yang kamu lakukan bahkan lebih dari itu. Bersikap egois tanpa memikirkan apakah tak akan ada yang tersakiti atau tidak. Tak pernahkah kamu berpikir tentang seorang pria yang batinnya tertekan karna tingkahmu yang konyol itu? Tak pernahkah kamu tahu air matamu membuat seorang pria tak berdaya karnanya? Sudahlah, jangan seolah-olah kamu lebih tahu tentang dia. Satu hal yang perlu kamu tahu, aku dan dia hanya menjalin hubungan selama 4 bulan. Bisa dibandingkan dengan hubungan kalian yang hampir 3 tahun itu, tapi selama bertahun-tahun itu apakah hubunganmu dengan dia baik-baik saja? Dia terus berusaha datang kembali- lagi dan lagi, saat yang dia butuhkan hanya kenyamanan, tapi kamu malah bertingkah seperti wanita manja yang kurang perhatian. Apakah itu semua salahku? Saat hati dan pikirannya terbebani oleh sikapmu yang konyol. Tapi kamu tak pernah sedikitpun menyadarinya. Maaf jika aku memeluk kekasihmu, karna aku tahu pelukanmu bukanlah tempat ternyamaan baginya. Aku yang lebih dulu bersamanya, aku yang lebih dulu diperjuangkannya. Aku tahu apa yang dia suka dan tidak suka. Aku tau bagaimana dia jika sudah jatuh cinta setengah mati pada seorang wanita. Aku tahu saat cintanya diabaikan dia akan bertingkah seperti apa. Aku tahu setiap kata yang terucap dari mulutnya adalah sebuah ketulusan walau terkadang ku pikir seperti gombalan yang memuakan. Aku lebih tahu tentang dia, jauh sebelum kamu mengenalnya.
Kembali pada bagian awal, saat ini aku sudah menyerah. Dan aku sebagai salah satu yang tersakiti. Tak cukupkah itu membuatmu tenang? Tak cukupkah itu membuatmu menang? Ketahuilah, aku menyerah karna aku juga seorang wanita, kita mencintai orang yang sama. Bukankah aku akan sama saja sepertimu jika aku tetap bertahan? Aku menyerah karna aku tak ingin jadi wanita paling egois, memikirkan perasaannya sendiri tapi seolah-olah buta akan perasaan wanita lain. Sampai saat ini aku tak habis pikir, belum cukup puaskah kamu melihat wanita yang terkatung-katung sendirian melihat pria yang dicintainya bersama wanita lain? Mengobati lukanya sendiri tapi kamu terus tak berhenti menambah luka itu.
Aku tahu kamu pernah merasakan patah hati. Tak mudah melupakan rasa sakitnya bukan? Tak mudah juga untuk melupakan kenangan yang ada didalamnya dengan sekejap dalam waktu singkat. Harusnya kamu tahu, saat ini aku sedang berada dalam proses itu. Apakah saat ini aku masih saja berdekatan dengan kekasihmu? Berkomunikasi saja tidak pernah apalagi bertemu. Dia tak lagi mengantar dan menjemputku pulang. Dia tak lagi ke rumahku walau hanya sekedar menyapa. Bukankah sebagian waktunya hanya sibuk bersamamu? Lalu kenapa kamu masih saja terus menyalahkan aku. Jika memang karna kamu tak ingin kejadian saat itu terulang lagi, bukankah kamu hanya cukup diam dan tak lagi terus menerus ingat karna akan menambah luka. Tak perlu harus menyalahkan orang lain untuk berbagi luka bukan? Bukan ingin menceramahi, tapi aku ingin kamu mengerti, yang perlu kamu tahu hanya perasaanku yang harus kalian jaga. Dia milikmu sekarang, iya aku tahu itu. Tak perlu kamu bersikap memamerkan kemesraanmu dengan dia. Tentu aku akan terlihat baik-baik saja.
Mungkin menurutmu aku masih berharap. Iya memang aku berharap tapi tidak untuk kembali padanya. Karna aku tahu rasanya takkan mungkin. Aku hanya berharap luka ini segera luruh oleh waktu. Aku hanya ingin menjalani hari-hariku seperti manusia normal lainnya. Tak ada lagi luka yang membuat sesak dalam dada. Tak ada lagi tangis yang membuat mataku bengkak. Itu saja.
Tapi diantara luka yang belum juga kering ini, dia sudah ada dalam satu ruang di hati ini yang tak akan bisa di singgahi ataupun digantikan oleh siapapun. Aku akan selalu mencintainya entah sampai kapan. Salahkah aku mencintai seorang pria yang sudah memiliki kekasih? Tentu bagimu itu pertanyaan bodoh. Bukankah mencintai dalam diam lebih hebat daripada mencintai untuk memiliki? Kamu tak perlu cemas. Aku tak akan mengganggu hubunganmu dengan dia. Dan aku tak akan merebutnya darimu. Kamu sudah menggenggamnya bukan? Tak perlu takut dia akan pergi lagi. Jika memang kamu takut dia akan kembali padaku, tentu saja pikiranmu mengatakan bahwa dia memang masih mencintaiku. Harusnya jika memang dia mencintaimu, dia akan menghilangkan segala ketakutanmu itu bukan semakin membuatmu hidup dalam ketakutan.
Sudahlah aku tak ingin berkata lebih panjang lagi. Ini hanya sebagian yang aku rasakan. Mungkin kamu hanya bisa secuil mencernanya atau
mungkin tak bisa menerima semua ocehanku ini. Tentu saja karna kamu selalu menutup telinga.

Untuk wanita yang tak bisa berdamai dengan masa lalu.
Untuk wanita yang mengejudge buruk seorang wanita yang mencintai kekasih orang lain.
Berdamailah dengan ketakutanmu.

Rabu, 26 Maret 2014

Biarkan kamu menjadi kenangan

Wanita yang tengah malam begini masih terjaga pasti ada suatu hal yang sedang dipikirkannya. Dengan mata sayu dan sembab, tiba-tiba kenangan itu menggelayut indah dalam dinginnya malam. Ah entah kenapa malam selalu saja jadi tempat ternyaman untuk menikmati kenangan. Dalam sunyinya malam, wanita seringkali memikirkan apa yang sebenarnya tak harus mereka pikirkan, semacam kenangan yang hanya membuat sesak dalam dada. Tapi entah kenapa kenangan selalu jadi candu yang ingin terus diingat. Seperti udara yang selalu manusia hirup.
Sampai saat ini bahkan aku masih tidak mengerti kenapa kenangan tentangmu masih saja asik bertengger dalam otakku. Aku sudah muak dengan bayang-bayangmu yang tak bisa ku sentuh dengan jemariku. Aku sudah bosan dengan mata bengkak karna menangisi sosok pria yang menyebalkan sepertimu. Jika aku bisa memutar waktu, aku tak ingin menjadikanmu hanya sebagai kenangan. Aku ingin menjadikanmu sebagai sosok nyata yang menjadi bagian dalam masa depanku bukan masa laluku.
Aku tak lagi ingin bicara tentang kita, karna aku dan kamu kini tidak lagi menjadi kita. Sekarang, aku dan kamu berjalan sendiri-sendiri. Tak pernah saling bertemu, tak pernah saling menyapa, saling berjauhan. Bagiku ini adalah sebuah siksaan. Tapi, mungkin tidak bagimu. Tentu saja karna kamu mungkin sudah lebih bahagia dengan dia. Atau mungkin sudah melupakan segala kenangan tentang kita yang bagiku terlalu indah untuk dilupakan. Tapi akan kupastikan disetiap malammu setidaknya terlintas kenangan tentang kita yang membuatmu rindu. Mengingat sosokku dalam pejaman matamu. Merasakan kehadiranku walau tak bisa dijamah. Ketahuilah, saat ini kondisiku jauh lebih baik dari yang terakhir kita bertemu. Aku tak lagi merasakan sesak dalam dada yang membuatku kehabisan kata. Aku masih menjadi diriku sendiri, menjadi wanita yang berusaha tegar walau hatinya terluka parah. Semua jauh lebih baik, tapi rindu ini masih saja ada, terkadang membuatku tak mampu mengendalikannya. Aku hanya bisa menangis diam-diam saat aku merindukan sosokmu yang tak lagi bisa ku temui. Aku benci saat dimana rindu membuatku tersiksa. Bahkan saat rindu aku hanya bisa merengkuhmu dalam setiap doa malamku.
Luka yang kamu goreskan sampai saat ini masih belum juga kering. Mungkin akan berbekas dan sulit untuk dilupakan. Luka ini terlalu parah, bahkan mungkin kamu tak pernah menyadarinya. Tapi aku sudah memaafkanmu jauh sebelum kamu meminta. Ketahuilah, kamu sudah berada dalam ruang di hatiku yang tak bisa disinggahi oleh siapapun. Aku mungkin akan selalu mencintaimu entah sampai kapan, tapi jika untuk kembali padamu rasanya tak akan mungkin. Jika aku hanya memahami cinta adalah perasaan irrasional, perasaan yang tak masuk akal, maka cepat atau lambat luka itu akan kembali menganga. Aku tak pernah ingin merasakan luka itu kembali berkali-kali. Biarkan kamu menjadi kenangan indah dan biarkan cerita kita menjadi dongeng sebelum tidur untuk anak dan cucu kita nanti :')

Senin, 17 Maret 2014

17 Maret

17 Maret. Seberapa pentingkah tanggal itu. Mungkin bagi sebagian orang yang tak mengalami hari spesial di tanggal itu merasa biasa saja. Hari ini harusnya menjadi hari yang spesial buatku, tapi tidak begitu kenyataannya, aku bahkan merasa biasa saja, sama seperti hari biasanya, tak ada hal spesial yang harus dirayakan. Di hari yang seharusnya spesial ini, harusnya aku merasa bahagia, harusnya aku tak lagi merasa galau, dan harusnya tak ada lagi penyebab tangis.

Hari ini tepat usiaku bertambah satu tahun. Ya, hari ini hari ulang tahunku yang ke-20. Aku ingat, ulang tahunku tahun lalu, ketika masih ada kamu di hari-hariku. Harusnya aku membiarkanmu tetap tinggal dan tidak membiarkanmu pergi, jadi aku bisa merayakan hari spesial ini bersama kamu. Dan berharap kamu bisa menemaniku di hari ulang tahunku selanjutnya.

Kamu ingat setahun lalu? entah memang lupa atau apa. Kamu bahkan tidak ingat ulang tahunku. Di sepanjang jalan aku hanya diam, harusnya kamu sadar itu kode agar kamu ingat. Ah, sungguh menyebalkan ketika aku berharap kamulah orang yang pertama mengucapkan selamat ulang tahun untukku. Tapi nyatanya!!! hampir saja aku ingin marah. Ketika sampai depan rumahku, tiba-tiba kamu menatap aku. Dan kamu bilang, "maaf aku lupa kalo hari ini ulang tahun kamu, maaf banget. Selamat ulang tahun yaa" Kamu mendekat dan cium keningku. Oh Tuhan, rasanya aku ingin membekukan waktu. Berharap lima menit saja waktu berhenti saat itu. Kamu memang bukan yang pertama mengucapkan selamat ulang tahun padaku, tapi kamu orang terakhir yang mengucapkan selamat ulang dengan caramu yang sampai kapanpun tak akan pernah aku lupa. Aku bahagia sungguh aku bahagia saat itu, ketika kamu mengirim pesan singkat malam itu "aku sayang kamu". Bahagaiku terlalu, hingga aku benar-benar tidak menyangka kalau kata-kata sayang itu ternyata kata-kata terakhir yang kamu ucapkan sebelum kita benar-benar berpisah saat ini. Boneka yang kamu beri, masih aku simpan, selalu aku peluk setiap malam. Ketika aku rindu kamu, aku hanya bisa peluk boneka ini. Sayang memeluk kamu dalam nyata rasanya takkan mungkin lagi.

Kembali pada bagian awal, aku berharap saat ini detik ini menit ini kamu ada disini, setidaknya hanya mengucapkan selamat ulang tahun padaku. Bukankah setiap orang yang mengalami hari spesial sepertiku selalu berharap seseorang yang spesial setidaknya mengucapkan selamat ulang tahun dan merayakannya dengan kebahagiaan? Mungkinkah ulang tahunku tahun ini kamu lupa? atau mungkin kamu terlalu gengsi mengatakan karna kenyataannya saat ini kita saling berjauhan?
Aku tidak minta kado atau barang barang apapun, seperti yang kamu katakan dulu. Aku hanya ingin kamu disini, bersamaku. Sesederhana itu. Cukup.
Aku ingin kamu tahu, aku berharap, selalu...kamu datang. Entah sampai kapan. Mungkinkah dihari ulang tahunku selanjutnya, kamu akan datang?
Entahlah, tapi yang pasti disetiap ulang tahunku, aku selalu berharap kamu akan datang. Merayakan ini kebahagiaan bersama...

Selasa, 11 Maret 2014

Kenapa harus kamu?

Kenapa harus kamu?
Yang mengajakku memulai kisah indah yang kita lukiskan dengan cara kita sendiri
Kenapa harus kamu?
Yang diam-diam telah masuk jauh ke dalam lorong hatiku
Kenapa harus kamu?
Yang selalu membisikan kata cinta yang membuatku mabuk kepayang
Apa tak ada orang lain selain kamu?
Aku benci kenapa harus kamu
Yang membuatku tersipu malu karna sikapmu yang lugu tapi manis
Kenapa harus kamu?
Yang datang dan membawaku dalam permainanmu yang tak pernah ku mengerti alur ceritanya
Aku bahkan masih tak mengerti sampai saat ini
Kenapa harus kamu?
Yang menerbangkanku tinggi jauh ke angkasa dan membiarkanku mengepakkan sayap sendiri
Kenapa harus kamu?
Yang membuatku jatuh cinta setengah mati hingga merasakan luka yang terperih
Kenapa harus aku?
Kenapa harus kamu?
Kenapa harus kita?
Kenapa bukan mereka?
Kenapa aku bertanya?
Kenapa kau tak pernah menjawab?
Kenapa kau tak pernah memberiku isyarat?
Aku melawan rasa takutku kehilanganmu
Hingga kamu mengubah ketakutan itu menjadi sebuah keberanian untuk bertahan walau aku kesakitan
Kamu mengubah kecemasanku menjadi lekukan senyum walau tak sempurna
Kenapa harus kamu?
Yang mengubah senja menjadi mendung yang tak berkesudahan
Kenapa harus kamu?
Yang menjadi sebab bulir air mataku terjatuh
Tolong katakan kenapa harus kamu?
Yang mengurai cinta disetiap harap
Jangan biarkan aku terus menunggu, sayang
Jangan biarkan tanda tanya itu terus bertengger di otakku
Jangan biarkan aku terus memikirkanmu
Jangan kau ubah mimpi kita menjadi harapan yang semu
Tolong berhenti membuatku bertanya, sayang...