Kenangan itu cuma hantu di sudut
pikiran. Selama kita cuma diam dan nggak berbuat apa-apa, selamanya dia akan tetap jadi hantu. Nggak akan pernah jadi kenyataan.
Kenangan itu, betapapun pahitnya,
selalu bisa dikenang dan ditempatkan kembali di hati kita. Dan, biarlah memori beristirahat disana. Biarlah kita kunjungi suatu saat.
Aku telah membuka semua pintu dan melepas merpati-merpati itu pergi. Tanpa pesan, tanpa persinggahan. Melintasi taman paling rindu tempat kau bunuh kenangan kita berkali-kali. Dan sungguh aku tak akan pernah memberinya denyut nadi lagi agar
hidup kembali, seperti tokoh-tokoh kartun, yang dulu kau tonton di televisi.
Waktu kecil saya sering berpikir
tentang sesuatu yang bisa melestarikan kenangan. Begitulah mulanya saya mengakrabi musik, aroma dan puisi.
Kenangan perlu ada dalam hidup
untuk dikenang, ditertawakan dan menjadi warisan ingatan kepada anak keturunam
Kalian ingin selalu mengingat
kenangan manis, sedangkan aku malah ingin melupakan. Bahkan aku berharap kenangan itu tidak pernah ada. Dengan begitu, tidak ada yang perlu kutangisi.
Berjalanlah agar yang indah-indah
menjadi terkenang. Melepaskan bukan berarti menghilangkannya. Melepaskan itu justru membebaskan untuk bisa memilih.
Memilih bagian mana yang akan tetap tinggal dan mana yang akan pergi.
Pertanyaannya sekarang adalah
mana yang lebih menyakitkan, mereka yang memiliki kenangan lalu kehilangan atau mereka yang kehilangan tanpa memiliki kenangan?
Kenangan tetap selalu tersisa, benda tak lebih hanya kail pemicu. Selama kenangan itu ada, rasa itu masih tetap membekas.
"We are somebody’s memories when we are gone"