Minggu, 19 April 2015

Lelaki dalam imajinasiku

Aku sedang mengagumi seseorang. Bukan. Aku hanya sekedar kagum bukan sedang jatuh cinta. Terkadang seseorang cepat mengejudge bahwa perasaan itu adalah cinta, namun sebenarnya bisa saja hanya sekedar suka atau kagum. Dan aku tak perlu berlebihan mengatakan bahwa ini cinta. Sebab, tak ada getaran yang berarti dan membuat aku salah tingkah ketika tak sengaja saling berpapasan.

Hai, pria yang bersembunyi dibalik guratan senyum dingin. Kamu yang diam-diam telah mencuri perhatiaanku. Dengan wajah polos dan cuek tapi tetap cool, ternyata telah membuatku tak hentinya mengagumimu. Taukah bahwa kamu sedang dikagumi olehku? Ah, rasanya aku tak pandai mengungkapkan rasa kagumku di depanmu. Katakan saja aku ini egois. Aku senang menikmati rasa kagum ini sendiri. Aku hanya bisa bersembunyi di balik senyum dingin.
Caci saja aku sebagai pengecut. Beraninya cuma menulis di blog. Hha bukan urusanmu.

Diam. Tanpa suara.
Aku dan kamu tak jarang dipertemukan. Saling beradu pandang. Tanpa suara. Tanpa guratan senyum.
Lalu di mana sapa yang bisa kutemukan?
Sementara aku berusaha terlihat seperti perempuan normal. Berusaha tak bertingkah saat kamu sama sekali tak menggubris tatapanku.
Ah, aku tak pernah menyerah.
Aku ingin selalu menikmati senyummu. Lalu memotretnya dengan lensa mataku. Dan mengabadikannya di hati...
Oh kenapa lagi-lagi perkara tentang hati.
Sudah ku bilang ini bukan cinta kan?
Namun aku juga tak tahu suatu saat akan berubah menjadi cinta atau hanya berhenti di kata kagum saja.
Yang ingin ku lakukan saat ini, hanya menikmati setiap detik ketika aku menyapu pandangan dan menemukanmu di sana.
Entah sedang apa. Entah kamu dengan siapa.
Aku menikmati setiap lakumu.
Tersenyum sendiri. Merasa geli sendiri. Merasa bodoh sendiri karena hanya bisa berbicara denganmu lewat imajinasi.

Sabtu, 18 April 2015

Monolog dungu 2

"Kamu masih baik-baik saja dengan dia mas? kenapa? apa kamu lupa kemana jalan pulangmu?"

"Aku sakit hati loh! kenapa kamu pergi tanpa pamit?"

"Aku sudah tak sesibuk dulu. Ajak aku pergi kemanapun kamu mau. Seperti dulu yang pernah kamu bilang. Ke anyer atau puncak? Nginep 3 hari ya!" :D

"Atau kita beli satu box pizza besar, kesukaanmu american favorite kan?"

"Dia jauh darimu, kembali padaku saja yang siap siaga selalu ada bersamamu."

"Parfum darimu sudah habis, aku nggak bisa lagi cium bau tubuhmu di bajuku. Ke rumahku ya, bawa parfumnya lagi."

"Aku kangen ketawanya kamu, senyumnya kamu, keselnya kamu, isengnya kamu. Kamu super nyebelin, tapi aku cinta!"

"Ketemu kamu hampir setiap hari seperti dulu, bisa? kangen mau lihat muka kamu yang kusut bangun tidur."

"Cubit pipi aku nih, aku nggak kan
ngambek lagi kok."
 
"Lihat cermin di rumahmu. Kita pernah saling bertatap disitu dan pernah menyimpulkan senyum bahagia. Coba ingat lagi!"

"Nggak usah sama dia mas, temani aku nonton bioskop atau cari novel saja yuk!"

"Aku mau naik sepeda motormu yang bising itu, tapi jangan ngebut-ngebut. Nanti aku cubitin perut kamu yang gendut." :'D

"Kamu nggak ngomelin aku lagi kalau telat makan. Suapin aku lagi biar aku makan lahap. Mau ya?"

"Nggak ada lagi tatapan mata, pelukan, genggaman tangan, bisikin cinta yang membuat aku nyaman. Kamu buat aku terbiasa akan hal itu. Diam, jangan pergi, tetap tinggal di sini."

"Bisa ulang kata-kata ini?, Aku sayang kamu oon! Lucu, tapi aku nggak akan pernah lupa."

"Aku mencintaimu, mas. Cukup sesederhana itu."


Teruntuk pria penggila club arsenal, penyuka psd, penikmat pizza, pemilik hati seorang wanita galau.
Kamu mungkin senang dikejar, namun mungkin kamu tak akan pernah tahu betapa lelahnya mengejar. Suatu saat ketika kamu terlalu senang berlari, kamu lupa bahwa aku sudah berhenti jauh-jauh hari. Maka berhentilah terus berlari, sebelum kamu tahu bahwa aku tak selamanya akan mengejarmu...

Rabu, 15 April 2015

Mungkinkah kamu paham?

Harusnya aku tak perlu lagi mencari tahu tentang dirimu, bagaimana kabarmu. Betapa bodohnya aku, karena tentu jawabannya kau selalu baik-baik saja dengan kekasihmu. Apalagi yang ku harapkan? Cintamu akan kembali padaku? Tentu itu adalah hal yang tak akan mungkin. Bodohnya lagi, aku mencintaimu, sangat mencintaimu, dan masih mencintaimu. Entah apa alasannya perasaan itu tak pernah pudar sedikitpun.

Apalagi ketika aku mengingat tentang apa yang dulu belum sempat terwujud. Saat kamu ingin mengajakku pergi melihat indahnya dunia, hanya berdua. Saat aku begitu penat dan butuh sedikit refreshing. Khayalan seorang gadis bodoh, berandai aku dan kamu bisa menikmati sunset di tepi pantai, kita
saling berpegangan erat dan kepalaku tepat bersandar di pundakmu. Ketika itu aku berandai bisa memilikimu seutuhnya.
Kenyataannya semua hanya mimpi si gadis bodoh yang hobinya hanya bisa menangis, menulis, bermimpi, lalu tak tahu harus berbuat apa saat hatinya sedang kalut seperti ini.

Kamu tak akan pernah tahu bagaimana rasanya jadi aku, yang diburu rindu akan kehadiranmu.
Saat sesekali aku diam-diam melihat percakapan kita di pesan singkat begitu juga di jejaring sosial, aku hanya bisa diam, bibirku bergetar, dan air matapun terjatuh. Sesungguhnya aku tak ingin lagi menangis, tapi pada kenyataannya hatiku tak sekuat baja. Aku ternyata hanya wanita rapuh yang hatinya telah kamu remukan. Aku tak pernah mengerti akan semua ini. Aku tak pernah paham apa maksud segala kebohonganmu yang harusnya tak bisa ku maafkan namun nyatanya selalu bisa aku maafkan, walau kekecewaanku padamu belum hilang sepenuhnya. Iya, karena aku begitu tulus mencintaimu tapi tak pernah kamu sadari sampai kamu kembali pada masa lalu yang jelas-jelas telah menyakitimu.

Kamu tak akan bisa mengerti bagaimana rasanya jadi aku. Jadi wanita yang paling bahagia ketika dinyamankan olehmu lalu hatinya kau patahkan begitu saja saat dia sedang cinta-cintanya. Kamu tak pernah tahu rasanya jadi aku, jadi wanita yang hampir setiap malam menatap ponsel, berharap kamu menghubungiku, menanyakan bagaimana kabarku. Iya, aku wanita bodoh, semua salahku, selalu salahku. Yang tak pernah menyadari bahwa kamu tak akan pernah kembali hanya untuk menanyakan kabar apalagi menemuiku.

Aku tidak bisa lupa suara dengungan sepeda motormu yang begitu bising, saat kamu datang ke rumahku, saat kamu mengantarku pulang sampai depan pagar rumah.
Saat ini, aku tidak bisa berhenti menatap pagar rumah, berharap kamu tiba-tiba datang, menjemputku dengan senyuman manis dan pelukan hangatmu. Aku tidak bisa lupa bagaimana tingkah konyol yang kita lakukan dulu, ketika kita berdansa dan telapak kakiku berada diatas punggung kakimu, bagaimana kamu memperlakukanku layaknya bonekamu. Ketika kamu memelukku erat dari belakang, ketika kamu menggendongku, ketika aku bermanja denganmu, ketika senyum dan tawa ceria itu hadir karenamu. Aku merasa begitu kamu bahagiakan layaknya ratumu. Hubungan kita memang singkat, tapi karena itu semua, karena perlakuanmu yang membuatku susah lupa.

Aku sudah terbiasa dengan hal-hal konyol yang kita lakukan tapi begitu membuatku bahagia. Aku telah terbiasa dengan chat bbmmu, pesan singkatmu, voice note yang sering kamu kirim, genggaman jemarimu, pelukanmu, tatapan matamu, bau tubuhmu, dengungan motormu, sapaan hangatmu, kehadiranmu, dan aku terbiasa dengan kita. Kita yang sekarang hanya menjadi aku dan kamu. Kita yang sekarang seperti tak saling kenal, seperti tak pernah ada hubungan. Sebegitu menyakitkankah?

Kehadiranmu tak pernah aku minta, namun aku tahu perkenalan kita yang lebih dekat, suatu saat akan membuatmu paham bagaimana arti ketulusan yang kamu sia-siakan. Bagaimana ada seseorang yang begitu tulus mencintaimu tanpa mengharap belas kasihmu untuk kembali mencintainya. Kamu tak akan pernah tahu sampai kamu menatap matanya yang kabut karena menahan mendung air mata ketulusan. Yang mendoakanmu begitu tulus agar kamu terus diberi  kesehatan dan kebahagiaan.
Karena aku tak akan lagi pernah bisa menasehatimu agar makan teratur dan tak main hingga larut malam. Aku hanya ingin kamu menjaga kesehatanmu, agar aku tak lagi mencemaskanmu yang tiba-tiba demam tinggi.

Sesungguhnya aku ini wanita paling bodoh karena masih saja memikirkamu padahal kamu telah menghancurkan hatiku berkeping-keping. Tak apa, karena aku yakin suatu saat kau akan menyadari siapa yang selalu ada di sampingmu di dekatmu disaat kau terjatuh, yang selalu setia menunggumu sampai saatnya tiba.

Bila mungkin ada kesempatan kedua, aku berharap kamu tak lagi jadi pria pecundang yang pergi begitu saja tanpa penjelasan apapun. Bila mungkin salah satu mimpiku terwujud, aku hanya ingin memelukmu erat, tak perlu ada percakapan, cukup diam dan aku bisa merasakan degup jantungmu, bagaimana degup cinta baru yang kau miliki tanpa ada cinta masa lalumu. Dan aku tak akan membiarkanmu pergi lagi. Jika mimpiku itu sudah terwujud, benahilah prinsip hidupmu yang tak pantas sama sekali ku jadikan contoh.

Dari wanita
yang telah kau berikan cinta semu,
masih dan sangat mencintaimu.

Jumat, 10 April 2015

Kepergianmu

Aku pernah berkata, dengan siapapun kamu, bagaimana kamu bahagianya dengan yang lain, asalkan kamu tetap hidup, asalkan kamu masih bisa tetap tersenyum. Ketahuilah, aku tak apa. Karna kamu tentu sudah tahu bahwa kamu telah lama usaikan kisah tentang kita. Sejak saat itu, tak ada lagI yang bisa ku urai. Perasaan ini telah lama menjadi batu. Aku tak peduli lagi hati ini mau hidup atau mati. Perasaan itu jelas jawabannya sudah tiada.
Saat ku pikir kamu sudah jauh lebih bahagia dengan dia, aku tak lagi mencemaskanmu. Aku percayakan segalanya pada dia, kekasihmu. Karna aku juga sadar, aku bukan lagi siapamu yang harus selalu tahu bagaimana kabarmu, bagaimana kesehatanmu. Walau sebenarnya aku tahu, keadaanmu tak lebih baik saat masih bersamaku.
Aku tak mau tahu lagi bagaimana kehidupanmu, karna kamu sendiri yang memilih pergi jauh dariku, kemudian memilihnya sebagai pendamping hidupmu.
Aku jalani hari-hariku tanpamu, tentu aku bisa. Karna ketika aku mengingat genggaman tanganmu terakhir kalinya, kamu meyakinkanku bahwa aku akan jauh lebih bahagia tanpamu. Iya, aku bisa lupa betapa sakitnya, betapa hancurnya hatiku ketika kamu memilihnya.
Setahun berlalu, sempat aku mendengar kabarmu tak lebih baik, kamu mengalamI koma beberapa bulan. Sempat tersirat, aku ingin menjengukmu, melihat keadaanmu, tapi siapalah aku. Aku mungkin bukan salah satu wanita yang kamu harapkan kedatangannya. Apalagi dia, kekasihmu. Mungkin melihatku saja dia tak sudi.
Dan hari itu, setelah kamu sudah pulih dari koma. Tiba-tiba kamu datang menemuiku. Aku melihat ragamu tapi bukan jiwamu yang dulu. Dengan wajahmu yang begitu pucat, tubuhmu yang begitu kurus. Kamu bukan lagi yang ku kenal dulu. Saat bertemu kamu terakhir kala itu, tak ada lagi perasaan yang ku bangga-banggakan seperti dulu, tak ada lagi perasaan bahagia yang dulu membuat jantungku berdetak kencang. Aku sudah mati rasa padamu. Iya, perasaanku sudah benar-benar mati.
Tapi caramu menatapku masih sama seperti dulu. Mata itu tak pernah berubah, mata yang selalu berbicara ketika kamu begitu merindukanku. Iya, aku bisa lihat.
Kamu meminta maaf atas kesalahanmu dulu, tentu kamu tahu, aku sudah memaafkanmu jauh sebelum kamu datang pada hari itu. Sempat kamu berkata, jika hubunganmu dengan kekasihmu sudah berakhir, dan kamu menanyakan apakah aku sudah menikah atau belum. Aku tak mengerti apa maksud pembicaraanmu. Seperti kata yang yang tersirat, tapi tak aku mengerti. Kamu mengajakku pergi saat itu, tapi aku tak mau. Karna aku berusaha menghindar darimu, karna aku tak mau lagi berurusan dengan hidupmu yang begitu rumit.
Sebulan setelah kedatanganmu yang tiba-tiba. Aku mendengar kabar bahwa kamu sudah meninggal dunia. Aku sempat tak percaya, tapi air mataku tak menetes sedikit pun, aku tak bisa menangis. Kenapa aku ini. Kenapa saat aku tahu pria yang dulu begitu ku cintai pergi, aku tak bisa sedikitpun menangis.
Apa ini tujuanmu memilih pergi jauh dari ku lalu memilihnya, agar aku tak menangis lagi saat aku benar-benar kehilanganmu. Saat kamu benar-benar pergi dan tak akan pernah kembali lagi?
Oh Tuhan, jika aku tahu kedatangannya saat itu untuk yang terakhir kalinya, mungkin aku tak berpikir panjang untuk menghabiskan hari menemaninya. Ku pikir, dia datang untuk kembali, tapi nyatanya dia pamit untuk pergi selama-lamanya. Kini, tak ada lagi kamu yang datang dan pergi semaumu, tak ada lagi yang menarik ulur hatiku hingga aku kelelahan sendiri.
Saat aku melihat pusaramu, baru disitulah aku menangis sekencang-kencangnya. Melihat pusaramu seperti aku melihatmu menatapku.
Oh Tuhan, Engkau telah mengambilnya. Aku masih tak percaya, aku seperti mimpi. Tapi kenyataannya, ini bukan mimpi. Ini kenyataan yang harus ku terima.
Aku telah merelakanmu dengan dia, kekasihmu, dan kini aku harus merelakanmu di sisi-Nya.
Aku telah lama belajar ikhlas, dan kamu mengajariku apa artinya sebuah keikhlasan untuk melepas apa yang bukan menjadi hak kita.
Aku tak pernah menyesal mengenalmu. Karna darimu aku belajar, bagaimana sakitnya menyia-nyiakan orang yang begitu mencintai kita.
Tentu saat ini kamu tak lagi merasa kesakitan, dan kamu harus tahu. Aku dan kekasihmu, sekarang berteman baik. Kamu pasti tersenyum di sana melihatku bersamanya dengan hubungan yang baik. Aku akan sering-sering mengunjungimu dengannya. Aku tak akan pernah melupakanmu, karna kamu sudah ada di sini, di hatiku, dan tak akan pernah tergantikan oleh siapapun. Meskipun saat terakhir kepergianmu, perasaanku padamu sudah tak ada lagi.
Kamu, tidurlah dengan tenang. Aku disini selalu mendoakanmu.

Eka Purna Yudha :)