Jumat, 10 April 2015

Kepergianmu

Aku pernah berkata, dengan siapapun kamu, bagaimana kamu bahagianya dengan yang lain, asalkan kamu tetap hidup, asalkan kamu masih bisa tetap tersenyum. Ketahuilah, aku tak apa. Karna kamu tentu sudah tahu bahwa kamu telah lama usaikan kisah tentang kita. Sejak saat itu, tak ada lagI yang bisa ku urai. Perasaan ini telah lama menjadi batu. Aku tak peduli lagi hati ini mau hidup atau mati. Perasaan itu jelas jawabannya sudah tiada.
Saat ku pikir kamu sudah jauh lebih bahagia dengan dia, aku tak lagi mencemaskanmu. Aku percayakan segalanya pada dia, kekasihmu. Karna aku juga sadar, aku bukan lagi siapamu yang harus selalu tahu bagaimana kabarmu, bagaimana kesehatanmu. Walau sebenarnya aku tahu, keadaanmu tak lebih baik saat masih bersamaku.
Aku tak mau tahu lagi bagaimana kehidupanmu, karna kamu sendiri yang memilih pergi jauh dariku, kemudian memilihnya sebagai pendamping hidupmu.
Aku jalani hari-hariku tanpamu, tentu aku bisa. Karna ketika aku mengingat genggaman tanganmu terakhir kalinya, kamu meyakinkanku bahwa aku akan jauh lebih bahagia tanpamu. Iya, aku bisa lupa betapa sakitnya, betapa hancurnya hatiku ketika kamu memilihnya.
Setahun berlalu, sempat aku mendengar kabarmu tak lebih baik, kamu mengalamI koma beberapa bulan. Sempat tersirat, aku ingin menjengukmu, melihat keadaanmu, tapi siapalah aku. Aku mungkin bukan salah satu wanita yang kamu harapkan kedatangannya. Apalagi dia, kekasihmu. Mungkin melihatku saja dia tak sudi.
Dan hari itu, setelah kamu sudah pulih dari koma. Tiba-tiba kamu datang menemuiku. Aku melihat ragamu tapi bukan jiwamu yang dulu. Dengan wajahmu yang begitu pucat, tubuhmu yang begitu kurus. Kamu bukan lagi yang ku kenal dulu. Saat bertemu kamu terakhir kala itu, tak ada lagi perasaan yang ku bangga-banggakan seperti dulu, tak ada lagi perasaan bahagia yang dulu membuat jantungku berdetak kencang. Aku sudah mati rasa padamu. Iya, perasaanku sudah benar-benar mati.
Tapi caramu menatapku masih sama seperti dulu. Mata itu tak pernah berubah, mata yang selalu berbicara ketika kamu begitu merindukanku. Iya, aku bisa lihat.
Kamu meminta maaf atas kesalahanmu dulu, tentu kamu tahu, aku sudah memaafkanmu jauh sebelum kamu datang pada hari itu. Sempat kamu berkata, jika hubunganmu dengan kekasihmu sudah berakhir, dan kamu menanyakan apakah aku sudah menikah atau belum. Aku tak mengerti apa maksud pembicaraanmu. Seperti kata yang yang tersirat, tapi tak aku mengerti. Kamu mengajakku pergi saat itu, tapi aku tak mau. Karna aku berusaha menghindar darimu, karna aku tak mau lagi berurusan dengan hidupmu yang begitu rumit.
Sebulan setelah kedatanganmu yang tiba-tiba. Aku mendengar kabar bahwa kamu sudah meninggal dunia. Aku sempat tak percaya, tapi air mataku tak menetes sedikit pun, aku tak bisa menangis. Kenapa aku ini. Kenapa saat aku tahu pria yang dulu begitu ku cintai pergi, aku tak bisa sedikitpun menangis.
Apa ini tujuanmu memilih pergi jauh dari ku lalu memilihnya, agar aku tak menangis lagi saat aku benar-benar kehilanganmu. Saat kamu benar-benar pergi dan tak akan pernah kembali lagi?
Oh Tuhan, jika aku tahu kedatangannya saat itu untuk yang terakhir kalinya, mungkin aku tak berpikir panjang untuk menghabiskan hari menemaninya. Ku pikir, dia datang untuk kembali, tapi nyatanya dia pamit untuk pergi selama-lamanya. Kini, tak ada lagi kamu yang datang dan pergi semaumu, tak ada lagi yang menarik ulur hatiku hingga aku kelelahan sendiri.
Saat aku melihat pusaramu, baru disitulah aku menangis sekencang-kencangnya. Melihat pusaramu seperti aku melihatmu menatapku.
Oh Tuhan, Engkau telah mengambilnya. Aku masih tak percaya, aku seperti mimpi. Tapi kenyataannya, ini bukan mimpi. Ini kenyataan yang harus ku terima.
Aku telah merelakanmu dengan dia, kekasihmu, dan kini aku harus merelakanmu di sisi-Nya.
Aku telah lama belajar ikhlas, dan kamu mengajariku apa artinya sebuah keikhlasan untuk melepas apa yang bukan menjadi hak kita.
Aku tak pernah menyesal mengenalmu. Karna darimu aku belajar, bagaimana sakitnya menyia-nyiakan orang yang begitu mencintai kita.
Tentu saat ini kamu tak lagi merasa kesakitan, dan kamu harus tahu. Aku dan kekasihmu, sekarang berteman baik. Kamu pasti tersenyum di sana melihatku bersamanya dengan hubungan yang baik. Aku akan sering-sering mengunjungimu dengannya. Aku tak akan pernah melupakanmu, karna kamu sudah ada di sini, di hatiku, dan tak akan pernah tergantikan oleh siapapun. Meskipun saat terakhir kepergianmu, perasaanku padamu sudah tak ada lagi.
Kamu, tidurlah dengan tenang. Aku disini selalu mendoakanmu.

Eka Purna Yudha :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar