Ketika diberi kesempatan, banyak yang mencoba untuk merasakan betapa manisnya cinta. Betapa bahagianya hati ketika ada seseorang yang selalu menemani dan menyayangi. Adakah yang tidak mau? Aku rasa tidak ada yang mau menolak.
Tapi kita selalu lupa bahwa di penghujung setiap kebahagiaan ada perpisahan. Iya. Langit tak selalu cerah. Ada kalanya mendung itu datang. Begitu pula dengan cinta, tak semuanya berakhir dengan kebahagiaan dan senyuman. Tanpa kita minta, perpisahan akan datang juga. Cepat atau lambat.
"Bila kita bersedia untuk menerima kehadiran seseorang itu, maka kita juga harus bersedia kehilangannya, karena setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Entah itu berpisah karena maut atau berpisah hidup."
Aku baru sadar telah memilih jalan yang salah demi melupakan kesakitan itu.
"Jangan terlalu rendahkan ego kita demi sesuatu yang memang telah berakhir"
Kata-kata itu seolah menamparku. Menyadarkanku bahwa selama ini aku telah menyakiti diri sendiri semata-mata hanya untuk berharap dia akan kembali.
Sampai kapan aku berharap?
Sampai kapan aku memegang janjinya?
Adakah jaminan untuk setiap penantian?
Adakah jaminan aku akan kembali bahagia jika seandainya dia menoleh kembali padaku?
Rasanya semua itu hanya membuang waktu saja.
Aku berani mencintainya, berani untuk menyerahkan hatiku padanya, seharusnya aku mampu memberanikan diriku untuk bangkit dan melepaskan dia yang telah membuatku kecewa.
Dan aku sadar bahwa selama ini keberanian itu hanya ada saat senyuman meniti di bibir dan menghilang saat air mata meluruh di pipi.
Dengan patah hati, Allah menunjukan dan membuatku sadar bahwa aku telah mencintai orang yang salah.
Akan sulit dan memakan waktu untuk melupakan. Mungkin bukan esok hati ini akan sembuh. Mungkin berbulan-bulan. Mungkin bertahun-tahun.
Terkadang Allah menghilangkan mentari kemudian mendatangkan gemuruh. Sampai kita puas menangis mencari kemana mentari itu. Karena sebenarnya Allah telah hadiahkan pelangi yang indah.
Selama ini aku hanya sibuk mengasihani diri sendiri atas perpisahan yang terjadi hingga tak kuat rasanya untuk bangkit dan berlari. Aku bertanya pada diriku sendiri. "Apakah aku pernah mencintai diriku sendiri?"
Aku rasa telah sekian lama aku tidak mencintai diri sendiri saat aku telah jatuh cinta. "Apa buktinya?"
Aku biarkan hati ini terluka berkali-kali, aku jaga hatinya sebaik mungkin agar dia tidak kecewa, segala kesedihan aku tanggung sendiri, dan membiarkan semua berlalu seolah-olah tak ada kesakitan. Iya semuanya hilang hanya demi menjaga hati orang lain. Bodohnya!
Bukankah sebelum mengenalnya aku mampu hidup sendiri, mengapa ketika dia pergi aku tak berusaha untuk berdiri di atas kakiku sendiri. Aku pasti akan mampu. Dan mungkin akan jauh lebih anggun.
Sudah banyak air mata yang aku jatuhkan untuk seseorang yang salah. Aku ingin menangis sepuasnya hari ini, hanya hari. Dan esok ku pastikan tak akan ada lagi air mata.
Sekarang saatnya aku untuk bangkit. Ku lapangkan dada untuk meneruskan hari-hari yang akan datang.
"Holding on is being brave, but letting go and moving on is often what makes us stronger and happier."
Ku serahkan hati ini pada Sang Pembolak-balik hati. Aku yakin Allah akan berikan yang terbaik untuk hambaNya yang kuat dan tabah. Hanya dengan kesabaran dan terus berdoa.
Walau hati ini sudah remuk karena terluka, akan ku bentuk seperti semula walau kepingannya tak lagi sempurna.
Allah tahu apa yang aku butuhkan bukan apa yang aku inginkan. Aku percaya janji Allah itu pasti. Patah hati, terluka, kekecewaan menjadikan aku lebih dewasa. Akan kulalui hari-hari di depan sana tanpa ada lagi air mata, tanpa ada lagi bayangnya. Karena aku juga berhak bahagia.
Minggu, 29 November 2015
Bangkit dan Mulai Mencintai Diri Sendiri
Sabtu, 14 November 2015
Writing's on the wall
I've been here before
But always hit the floor
I've spent a lifetime running
And I always get away
But with you I'm feeling something
That makes me want to stay
I'm prepared for this
I never shoot to miss
But I feel like a storm is coming
If I'm gonna make it through the day
Then there's no more use in running
This is something I gotta face
If I risk it all
Could you break my fall?
How do I live? How do I breathe?
When you're not here I'm suffocating
I want to feel love, run through my blood
Tell me is this where I give it all up?
For you I have to risk it all
Cause the writing's on the wall
A million shards of glass
That haunt me from my past
As the stars begin to gather
And the light begins to fade
When all hope begins to shatter
Know that I won't be afraid
If I risk it all
Could you break my fall?
How do I live? How do I breathe?
When you're not here I'm suffocating
I want to feel love, run through my blood
Tell me is this where I give it all up?
For you I have to risk it all
Cause the writing's on the wall
The writing's on the wall
How do I live? How do I breathe?
When you're not here I'm suffocating
I want to feel love, run through my blood
Tell me is this where I give it all up?
How do I live? How do I breathe?
When you're not here I'm suffocating
I want to feel love, run through my blood
Tell me is this where I give it all up?
For you I have to risk it all
Cause the writing's on the wall
Jumat, 13 November 2015
Jatuh cinta di pagi hari
Sepagi ini, aku sudah menunggumu.
Bohong kalau aku bilang di tempat biasa, kita tak begitu kerap datang ke sini.
Tapi tentu saja jujur seandainya aku bilang bahwa penantian tak pernah semenyenangkan ini: sepotong roti pagi, susu cokelat tanpa gula, lampu yang remang-remang menggantung, manusia yang lalu-lalang serupa kendaraan di jalan raya, dan pesan singkatmu: sebentar, ini masih terlalu pagi. Aku tersenyum membacanya. Sedari dulu, pagi adalah waktu yang paling tepat untuk jatuh cinta. Dan aku rela membungkus rasa kantukku, menyimpannya untuk kunikmati lagi nanti, demi jatuh cinta di pagi hari.
Menurutku, pecinta paling tulus adalah orang-orang yang bisa jatuh cinta di pagi hari. Ketika manusia dengan rambut belum diperkosa sisir, mulut masih bermentega, dan pipi yang cukup kusut untuk disebut ‘muka bantal’, bisa tersenyum tanpa pretensi sambil mengucap selamat pagi. Bahwa cinta bukan cuma soal ranjang dan pengantar tidur malam.
Di pagi hari, matahari barangkali bisa menggantikan peran cinta untuk menghangatkan. Tapi ketentraman adalah persoalan lain. Sesuatu yang sulit dijelaskan. Kenyataannya, dari sekian mahluk di semesta yang tak lagi bisa dihitung jumlahnya, kaulah yang diutus untuk bertanggung jawab atas persoalan itu. Bahwa cinta bukan cuma soal debar yang mengejar atau desah panjang.
Aku ingin jatuh hati setiap pagi setiap hari. Menjalani hari dengan cinta dan bukan dengki. Menutup malam dengan cerita-cerita yang layak dikenang sambil tersenyum. Lalu bermimpi tentang apa saja yang menyenangkan hati, sebelum akhirnya terjaga dan jatuh cinta lagi.
Selasa, 10 November 2015
Sajak Hujan
Berteriaklah di depan air terjun tertinggi,
debam suaranya memekakkan telinga
agar tidak ada yang tahu kau sedang berteriak.
Berlarilah di tengah padang ilalang tertinggi,
pucuk-pucuknya lebih tinggi dari kepala
agar tidak ada yang tahu kau sedang berlari.
Termenunglah di tengah senyapnya pagi,
yang kicau burung pun hilang entah ke mana
agar tidak ada yang tahu kau sedang termangu.
Dan, menangislah saat hujan,
ketika air membasuh wajah
agar tidak ada yang tahu kau sedang menangis, Kawan.
Perasaan adalah perasaan.
Tidak kita bagikan, dia tetap perasaan.
Tidak kita sampaikan, ceritakan, dia tetap perasaan.
Tidak berkurang satu helai pun nilainya.
Tidak hilang satu daun pun dari tangkainya.
Perasaan adalah perasaan,
Hidup bersamanya bukan kemalangan.
Hei, bukankah dia memberikan kesadaran
betapa indahnya dunia ini?
Hanya orang-orang terbaiklah yang akan menerima kabar baik.
Hanya orang-orang bersabarlah yang akan menerima hadiah indah.
Maka nasihat lama itu benar sekali,
Menangislah saat hujan,
ketika air membasuh wajah
agar tidak ada yang tahu kau sedang menangis, Kawan.
DIKATAKAN ATAU TIDAK DIKATAKAN, ITU TETAP CINTA
-Tere Liye
Jumat, 06 November 2015
Mundur lalu pergi
Resiko menyayangimu tak bisa ku terima
Aku tak bisa terbang terlalu tinggi
Aku tak mampu menyelam terlalu dalam
Karna aku pernah jatuh terlampau sakit
Aku paham diriku
Aku tahu kapasitasku
Dan aku memilih "MUNDUR"
Aku paham diriku
Aku sadar siapa aku
Dan aku memilih "PERGI"
Saatnya turbulensi
Memecahkan gugusan yang mengkristal menjadi kepingan bintang
Tetaplah di situ
Ditempatmu...
Biarkan kita hanya saling memandang
Kemudian perlahan saling melupakan
"Bukankah lebih baik begitu?"
Selasa, 03 November 2015
Setelah hampir satu tahun
Ada seseorang yang tak tahu lagi bagaimana caranya harus mencurahkan segala perasaan kecuali hanya dengan lewat tulisan. Tulisan seorang gadis bodoh yang tentu saja tak akan pernah kamu baca. Jika kamu lihatpun, mungkin menurutmu ini hanya tulisan yang lebih pantas dibilang sampah. Iya, karena gadis ini tahu bahwa kamu tak pernah suka sesuatu yang terlihat cengeng. Entah mengapa gadis ini masih setia menulis tentangmu, meskipun setiap mengingatmu batinnya selalu teriris. Padahal dia tahu bahwa tulisan ini tak akan pernah kamu baca apalagi kamu pahami.
Kali ini, aku ingin bercerita tentang seorang wanita yang di balik kesibukannya, ada sesuatu yang sangat ingin dia lupakan. Wanita ini berusaha mencari kesibukan baru agar dia tak lagi punya celah untuk mengingatmu. Berusaha untuk tak lagi menggubris segala hal yang berkaitan denganmu. Wanita ini pernah menjadi bagian dalam hari-harimu. Dia yang pernah kamu bisikkan manisnya kata cinta, dia yang kamu janjikan tak akan ada lagi air mata, dia yang sempat menjadi tempatmu bersandar karena lelahnya kamu pada duniamu, dan dia yang sempat menjadi tempat kamu berbagi canda dan tawa sebelum akhirnya kamu membuatnya menangis dan terluka.
Sudah hampir satu tahun setelah kepergianmu. Dia sudah menjadi wanita yang berbeda. Dia berusaha mengikhlaskan segalanya. Dia tak lagi ingin mengejarmu dan berusaha untuk melepaskan kamu dari hati dan pikirannya. Kamu tak akan pernah tahu bagaimana usaha kerasnya untuk melupakan kamu. Dia mencari teman curhat, mencari orang-orang yang senasib dengannya agar dia tak merasa jadi orang paling sengsara karena patah hati. Tak hanya itu, dia berkenalan dengan sosok-sosok baru. Banyak pria yang berusaha mendekatinya dan berusaha menggantikan posisimu di hatinya. Namun, masih ada ketakutan dalam hatinya. Dia takut luka yang belum sembuh akan kembali menganga karena luka baru yang lebih parah. Dan satu alasan lain, apakah ada yang jauh lebih baik darimu dan tak akan menyakiti hatinya lagi?
Pada akhirnya, dia tahu sekarang bagaimana dirimu sebenarnya. Iya, dia tahu bagaimana kamu yang sangat berbeda dengan awal kedekatanmu dengannya sayang.
Kembali pada bagian awal. Wanita ini adalah wanita bodoh yang mau-maunya kamu jadikan persinggahan sesaat, bukan tujuan. Dia bahkan sama sekali tak tahu di balik sikap manismu, ada kebohongan yang kamu tata begitu rapi. Dan tololnya lagi, dia sama sekali tak ingin membencimu ketika tahu dia telah kamu bohongi. Ada rasa sakit yang tak bisa dijelaskan, ada rasa tercampakkan yang tak akan pernah kamu ketahui. Dalam rasa sakitnya, dia selalu mengucap doa pada Tuhan. Bercerita dengan bulir air mata di pipinya. Mengadu dengan bibir membeku, dia menyesali segala kebodohannya. Mengapa dia menerima kamu begitu mudah, namun melepaskanmu begitu susah?
Sayang, wanita ini tahu sekarang kamu pasti sudah jauh lebih bahagia. Dengan atau tanpanya kamu pasti akan baik-baik saja. Tidak seperti halnya dengan dia. Ada rasa rindu yang tersimpan, ada kehampaan yang dia lewati selama ini tanpamu. Sehari, seminggu, sebulan bahkan sampai saat ini dia masih berharap kamu datang untuk menjelaskan semuanya. Mengapa kamu datang jika hanya untuk pergi. Karena dia memang belum sepenuhnya melupakanmu. Walaupun dia tahu kamu sudah jadi pria yang berbeda. Kamu bukan lagi embun yang menyejukkan hatinya. Kamu bukan lagi pelangi yang mewarnai sisi gelapnya. Kamu bukan lagi matahari yang menghangatkan mendungnya. Kamu sekarang jadi awan hitam, Sayang. Kamu jadi lembayung paling sendu, sebab air matanya tak pernah surut-selalu mengalir untukmu.
Kamu tahu sayang, saat menulis ini dia seperti sudah kehabisan kata. Karena sudah terlalu banyak luka yang dia ceritakan. Setelah hampir satu tahun, dia masih bertanya-tanya, masih adakah yang harus diperjuangkan selain rasa rindunya padamu? Kamu yang telah begitu menyakiti hatinya, bukan hanya karena kebohonganmu tapi juga perubahanmu. Mengapa kamu tak pernah sadar, bahwa orang yang tersakiti oleh perubahanmu adalah orang yang paling mencintaimu, meskipun kamu selalu menganggapnya abu-abu.
Seperti malam-malam sebelumnya. Malam ini masih sama. Wanita ini tak pernah lupa bagaimana setiap malam di ujung telepon suara manjamu terdengar lembut ditelinganya dan menyapanya dengan sapaan paling hangat. Dia juga ingat selama sebulan itu, kamu memperlakukannya begitu nyaman. Betapa dia menghargai setiap detik ketika dia bersamamu. Sampai segala hal tentangmu, tak pernah terlihat kecil di matanya. Wanita ini memang bodoh karena tak tahu mengapa dia begitu mencintai pria berantakan sepertimu. Cintanya meledak begitu saja, ketika kau buat dia begitu nyaman, ketika kau buat dia begitu mencintaimu, mengapa kamu malah membiarkannya menggigil karena kepergianmu?
Wanita ini terkatung-katung sendirian di atas bekas lukanya yang belum juga sembuh. Dia berdiri sendirian tanpa kamu. Dia berusaha melangkah dengan kekuatannya sendiri. Mengapa kamu tak pernah sadar bahwa dia membiarkan dirinya sendiri terluka hanya untuk membuatmu bahagia. Kamu tahu sayang, dia begitu kuat, lebih kuat daripada yang kau bayangkan. Kamu tak perlu mengasihaninya. Karena dia percaya waktu itu akan datang, saat dia bebas menertawakan lukanya dan kamu justru yang berbalik menangisinya.
Oke sepertinya ini adalah paragraf terakhir. Aku cuma mau bilang padamu, My lucky charm, bahwa sebenarnya wanita ini belum bisa melupakanmu. Di balik rasa kecewanya, sebenarnya masih ada cinta dalam hatinya. Tapi dia lebih memilih tak lagi menggubris perasaanya. Karena dia sadar; dia tahu, bahwa kamu yang dulu tak akan pernah kembali lagi.
Kamu ingin tahu siapa wanita ini. Oke aku beri tahu, bahwa sebenarnya wanita ini adalah AKU, Kekasih masa lalumu.