Sepagi ini, aku sudah menunggumu.
Bohong kalau aku bilang di tempat biasa, kita tak begitu kerap datang ke sini.
Tapi tentu saja jujur seandainya aku bilang bahwa penantian tak pernah semenyenangkan ini: sepotong roti pagi, susu cokelat tanpa gula, lampu yang remang-remang menggantung, manusia yang lalu-lalang serupa kendaraan di jalan raya, dan pesan singkatmu: sebentar, ini masih terlalu pagi. Aku tersenyum membacanya. Sedari dulu, pagi adalah waktu yang paling tepat untuk jatuh cinta. Dan aku rela membungkus rasa kantukku, menyimpannya untuk kunikmati lagi nanti, demi jatuh cinta di pagi hari.
Menurutku, pecinta paling tulus adalah orang-orang yang bisa jatuh cinta di pagi hari. Ketika manusia dengan rambut belum diperkosa sisir, mulut masih bermentega, dan pipi yang cukup kusut untuk disebut ‘muka bantal’, bisa tersenyum tanpa pretensi sambil mengucap selamat pagi. Bahwa cinta bukan cuma soal ranjang dan pengantar tidur malam.
Di pagi hari, matahari barangkali bisa menggantikan peran cinta untuk menghangatkan. Tapi ketentraman adalah persoalan lain. Sesuatu yang sulit dijelaskan. Kenyataannya, dari sekian mahluk di semesta yang tak lagi bisa dihitung jumlahnya, kaulah yang diutus untuk bertanggung jawab atas persoalan itu. Bahwa cinta bukan cuma soal debar yang mengejar atau desah panjang.
Aku ingin jatuh hati setiap pagi setiap hari. Menjalani hari dengan cinta dan bukan dengki. Menutup malam dengan cerita-cerita yang layak dikenang sambil tersenyum. Lalu bermimpi tentang apa saja yang menyenangkan hati, sebelum akhirnya terjaga dan jatuh cinta lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar