Tuhan, aku tahu Engkau tak pernah sibuk. Aku tak perlu curiga tentang Engkau mendengar doaku atau tidak. Aku tahu Engkau selalu mendengar doa dari hambaMu yang meminta padaMu, termasuk aku. Aku percaya Engkau selalu mendengar isi hatiku meskipun Engkau tak segera memberikan pukpuk di bahuku. Aku percaya Engkau selalu tersedia bagi hambaMu yang percaya keberadaanMu. Aku yakin pelukanMu selalu terbuka bagi siapapun yang lelah pada dunia yang membuatnya menggigil. Aku mengerti tanganMu selalu siap menyatukan kembali setiap kepingan-kepingan hati yang patah.
Masih dengan topik yang sama. Mungkin Engkau sudah tahu atau Engkau sudah bosan mendengar ini. Karna aku selalu mengeluhkan perasaanku padaMu mengenai ini. Tapi bagaimana, aku masih tak ingin berganti topik. Tentang dia. Seseorang yang namanya selalu kusebutkan dalam doa di setiap menjelang tidur malamku. Seseorang yang selalu kuperbincangkan sangat lama bersamaMu. Seseorang yang menjadi sebab bulir air mata yang jatuh di pipiku.
Aku sudah tahu. Di setiap perpisahan pasti selalu ada maksud yang Engkau telah persiapkan. Begitu pula dengan perpisahan yang Engkau ciptakan ini. Aku percaya ini sesuatu yang terbaik bagiku. Jadi aku tak perlu curiga padaMu. Tak perlu mempertanyakan adil atau tidak. Seseorang yang jauh lebih baik darinya pasti telah Engkau telah persiapkan untukku. Tapi, bukan berarti aku harus absen menyebut namanya dalam doaku bukan?
Aku tahu dia telah menemukan penggantiku, entah lebih baik atau lebih buruk. Atas alasan apapun, aku (harus) turut bahagia mendengarnya. Karna dia tak perlu merayakan kesedihannya seperti yang aku lakukan beberapa bulan terakhir ini. Dia tak perlu galau ataupun patah hati, karna tentu sudah ada wanita lain sebagai penggantiku. Sungguh, aku tak pernah ingin dia merasakan sakit seperti yang kurasakan sekarang Tuhan. Aku tak ingin dia tahu bagaimana rasanya jadi aku yang terpaksa harus melepaskan. Aku tak akan pernah tega melihat pria yang kucintai terluka seperti luka yang belum juga kering di dadaku. Sungguh aku tak ingin dia merasakan semua itu. Aku hanya ingin kebahagiaannya terjamin olehMu, dengan atau tanpaku.
Engkau pasti tahu, apa yang selalu kulakukan ketika mengingatnya. Tentu saja aku pasti menangis, ada sesak dalam dada ketika aku tahu semua berlalu begitu cepat. Sampai saat ini aku tak pernah habis pikir. Aku tak pernah mengerti. Padahal, aku sedang menikmati perasaan bahagia yang meletup-letup perlahan itu. Saat aku sedang cinta-cintanya. Bukannya ingin berfikiran negatif, tapi ternyata setiap orang punya topengnya masing-masing. Ia berganti peran kapan saja ia suka. Aku hanya melihat apa yang dia lakukan saja tapi tidak melihat hati dibalik itu semua. Tapi tidak apa-apa, dia tak perlu merasakan mirisnya diperlakukan seperti yang aku rasa. Cukup hanya aku, tak perlu dia ataupun orang lain tahu.
Tuhan. Aku hanya ingin meminta satu hal. Ijinkan aku selalu mencintainya tanpa aku harus merasakan luka tanpa aku melupakanMu. Bisakah? Aku sudah bosan dengan mata bengkak karna menangis. Aku sudah bosan dengan sesak yang aku rasakan ketika aku mengingatnya. Aku sudah bosan Tuhan. Mengingatnya selalu ada bahagia tapi miris. Aku sudah tak peduli lagi bagaimana hubungannya dengan kekasihnya. Yang menjadi masalah, dia masih menjadi seseorang yang masih aku pedulikan. Sungguh, aku hanya ingin dia tahu masih ada aku yang selalu mencintainya dalam diam, merengkuhnya dalam doa, melihatnya dari jauh walau tak bisa menyentuh lekukan wajahnya. Miris bukan?
Tuhan. Aku tak ingin bercakap lebih panjang lagi. Ini saja sudah membuatku sesak setengah mati. Terakhir, aku ingin kembali pada bagian awal. Aku hanya ingin dia bahagia. Cukup!
Untuk Tuhan yang tak pernah tidur
Aku percaya doaku selalu Engkau dengar...
Aku percaya doaku selalu Engkau dengar...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar