Dulu.. Seandainya semua dapat ku
tahan,Sebelum waktu mempertemukan dua asa yang berbeda.
Namun ternyata salah, waktu membiarkannya berjalan tanpa arah
Hingga ia harus terbentur pada satu kenyataan.
Jika memang harus beranjak pergi secepat ini,
Maka biarkan asa yang ada padaku yang
menyingkir enyah dari semua ini.
Warna....
Ya, aku masih ingat dengan beberapa warna yang sempat kumilikiKala rasa itu bertengger dengan indah pada relung jiwa yang kini rapuh.
Namun, warna itu hanya se-saat. Dan kini
hanya kelam, aku hanya berdiam menanti gelap dalam hening bisu nuraniku, walau ada sisi Lain yang memekik untuk terus memberontak pasti keadaan yang tak memihaknya.
Sudah... Kuakhiri sudah, cukupkan warna itu berhenti pada satu warna ini.
Gelap, biarkan aku yang terus berada dalam diam kehampaan ini. Terselubung pada kesakitan.
Embun, Senja...Dua nuansa pada
waktu yang berbeda. Namun selalu bisa
menghadirkan asaku pada kabut embun dan langit senjaMenggantung harapku di antara barisan mimpi-mimpi yang tak tereja oleh kata,Yang tak terurai oleh retorika indah..Atau melalui paparan yang logis. Ha, andai rasa ini bisa ia rasakan.Aku berharap pada angin, lirih menerpa wajah yang nanar akan kerinduan..Kapan ia akan membawa serta ragaku kepadanya,
Yang sebelumnya tak pernah terjamah..Kapan jua waktu mengizinkanku
merengkuh bayangYang selama ini semu pada nyata dzahirku
Ada rasa rindu yang menelusup pada tiap-tiap sudut hatiku
Pelan.. Menebar rasa yang selama ini coba ku kubur,
Pada dinding hati kemunafikan... Yang rapuh karna cinta.
Cinta yang pernah membawa rasa ini jauh
Pada sosok yang belum pernah kutatap dengan mata senduku..
Yang merinduinya... Hanya dengan keberanian yang terlindung oleh jarak..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar