Minggu, 16 November 2014

Tanpa kabar darimu

Sudah hampir dua minggu sejak terakhir kali kamu bilang di chat bbm kalau aku harus membuang perasaanku padamu. Kita tak lagi saling menanyakan kabar, walau hanya sekedar berkata "hai". Padahal aku tahu kamu sering mengganti display picture dan status di bbmmu. Aku pun juga begitu, sering membuat status galau agar kamu peka mas. Berharap kamu tahu aku kangen kamu, aku mau bertemu kamu. Tapi sepertinya kamu tak peka, atau kamu yang sudah bisa menjalani semuanya sendiri tanpa aku.
Mas, aku tak akan menuntut apapun atas hubungan kita. Tapi tak bisakah kita seperti dulu lagi. Saat pertama kali kita bercakap panjang di chat bbm walau hanya sekedar teman. Saling menanyakan kabar dan saling mengundang tawa. Mungkin saja kan jika seperti itu akan lebih baik. Bukan seperti ini mas, kita jadi seperti orang yang saling tak kenal. Seperti orang asing yang berteman di bbm dan tak pernah saling menyapa. Aku tak mungkin memulai lebih dulu kan mas, aku takut jika kamu berpikir nanti aku akan mengusikmu, mengganggu hari-harimu.
Apa kamu masih saja sibuk mas? Dan apakah kesibukanmu sudah membantumu melupakan aku, melupakan kita yang dulu sempat baik-baik saja?. Aku iri pada teman-temanmu mas, kamu masih bisa menyempatkan waktu bermain dengan mereka. Aku iri pada mereka yang setiap saat bisa menikmati candaan dan tawamu. Seperti waktu kita masih bersama. Saat kita masih saling menikmati tawa bersama. Aku bisa melihat senyummu dan matamu yang teduh itu. Dan kamu memelukku erat sampai aku tenggelam dalam tubuhmu yang padat berisi. Saat itu, aku bisa mencium aroma tubuhmu mas, aroma yang saat ini hanya bisa aku rasakan di tubuhku sendiri. Saat aku tak bisa tidur, aku sengaja menyemprotkan parfum darimu supaya aku bisa merasakan hadirnya kamu. Supaya aku bisa merasakan pelukan hangatmu, walau pada kenyataannya aku hanya bisa memeluk tubuhku sendiri. Mas, saat aku mencium aroma parfum darimu. Aku ingat saat-saat bersamamu. Saat kita saling berpeluk seperti tak ingin saling kehilangan satu sama lain.
Seandainya kamu tahu, rindu ini sudah bertumpuk-tumpuk mas, kamu menyiksa aku dengan rindu yang tak pernah kamu tahu.
Mas, aku kangen kamu. Kangen kita yang dulu. Kangen kita yang tak pernah lupa berucap kata sayang. Kangen mau bertemu kamu...

Dari wanita yang tak tahu diri, yang hanya bisa merindukanmu diam-diam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar