Menetes juga riuh-riuh sesak di dadanya..
Dengan berpeluh-peluh pula ia harus sadar dan bangkit..
Bukan karena ia ingin menentang dan merentang busur perlawanan..
Tapi justru untuk menjalani dan merasakan kesesakan yang rutin terjalani itu..
Aku tersuruk..
Jauh di sudut ruang hatinya yang gelap, ia tak kuasa terlelap..
Hanya berdiri tanpa bisa bermimpi..
Jauh di ujung selasar jiwanya yang panjang, ia mengejang tak kuat menerjang..
Hanya diam kaku dan membeku..
Aku tersuruk..
Terbias jelas suatu kala kecemerlangan hidup yang masih tersimpan rapi dan mulus di kotak
memorinya..
Terkesiap saat-saat kala lain datang dan merenggutnya tiba-tiba dan berserakan di lantai berdebu hidupnya..
Aku tersuruk..
Gemetarlah bukan karena takut salah tapi mendenguslah untuk yang salah kaprah..
Ingat, ada nilai disitu teman..
Dan kau tak boleh injak itu..
Di luar sudah gelap dan aku sendirian.. Kaukah itu yang benar-benar pergi meninggalkanku??
Tak ada lagikah barisan derai tawa dan kegembiraan yang dulu sempat tercetak??
Ah, tak tahulah bagaimana aku harus memulai..
Yang jelas aku disini sendiri..
Tidak, tidak.. Tidak benar-benar sendiri tapi juga berkawan sepi..
Ya, di luar sana sudah gelap tapi juga jelas tak bisa mengajakku terlelap.. Tak bisa..!!
Oh iya ya, tak ada angin pula karena aku kegerahan dibuatnya..
Suara binatang malam dan desau daun yang bergemerisik juga samar-samar..
Ah malam,
kau memang paling bisa mengatur semburat sendu dan kerut kening ini..
kau memang paling lihai membuat hati dan segenap rasanya terjaga..
kau juga paling juara untuk mengutas simpul kegelisahan dan roma kegetiran yang terkadang tak dikenal..
Juga malam,
yang tak kenal ampun dan kasihan pada cucuran kerapuhan diri ini..
Tak adakah barang secuil harapan dan kegembiraan yang dijanjikan??
Toh, hanya sekedar janji…
Jumat, 07 November 2014
Janji Sang Malam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar