Minggu, 29 November 2015

Bangkit dan Mulai Mencintai Diri Sendiri

Ketika diberi kesempatan, banyak yang mencoba untuk merasakan betapa manisnya cinta. Betapa bahagianya hati ketika ada seseorang yang selalu menemani dan menyayangi. Adakah yang tidak mau? Aku rasa tidak ada yang mau menolak.
Tapi kita selalu lupa bahwa di penghujung setiap kebahagiaan ada perpisahan. Iya. Langit tak selalu cerah. Ada kalanya mendung itu datang. Begitu pula dengan cinta, tak semuanya berakhir dengan kebahagiaan dan senyuman. Tanpa kita minta, perpisahan akan datang juga. Cepat atau lambat.
"Bila kita bersedia untuk menerima kehadiran seseorang itu, maka kita juga harus bersedia kehilangannya, karena setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Entah itu berpisah karena maut atau berpisah hidup."
Aku baru sadar telah memilih jalan yang salah demi melupakan kesakitan itu.
"Jangan terlalu rendahkan ego kita demi sesuatu yang memang telah berakhir"
Kata-kata itu seolah menamparku. Menyadarkanku bahwa selama ini aku telah menyakiti diri sendiri semata-mata hanya untuk berharap dia akan kembali.
Sampai kapan aku berharap?
Sampai kapan aku memegang janjinya?
Adakah jaminan untuk setiap penantian?
Adakah jaminan aku akan kembali bahagia jika seandainya dia menoleh kembali padaku?
Rasanya semua itu hanya membuang waktu saja.
Aku berani mencintainya, berani untuk menyerahkan hatiku padanya, seharusnya aku mampu memberanikan diriku untuk bangkit dan melepaskan dia yang telah membuatku kecewa.
Dan aku sadar bahwa selama ini keberanian itu hanya ada saat senyuman meniti di bibir dan menghilang saat air mata meluruh di pipi.
Dengan patah hati, Allah menunjukan dan membuatku sadar bahwa aku telah mencintai orang yang salah.
Akan sulit dan memakan waktu untuk melupakan. Mungkin bukan esok hati ini akan sembuh. Mungkin berbulan-bulan. Mungkin bertahun-tahun.
Terkadang Allah menghilangkan mentari kemudian mendatangkan gemuruh. Sampai kita puas menangis mencari kemana mentari itu. Karena sebenarnya Allah telah hadiahkan pelangi yang indah.
Selama ini aku hanya sibuk mengasihani diri sendiri atas perpisahan yang terjadi hingga tak kuat rasanya untuk bangkit dan berlari. Aku bertanya pada diriku sendiri. "Apakah aku pernah mencintai diriku sendiri?"
Aku rasa telah sekian lama aku tidak mencintai diri sendiri saat aku telah jatuh cinta. "Apa buktinya?"
Aku biarkan hati ini terluka berkali-kali, aku jaga hatinya sebaik mungkin agar dia tidak kecewa, segala kesedihan aku tanggung sendiri, dan membiarkan semua berlalu seolah-olah tak ada kesakitan. Iya semuanya hilang hanya demi menjaga hati orang lain. Bodohnya!
Bukankah sebelum mengenalnya aku mampu hidup sendiri, mengapa ketika dia pergi aku tak berusaha untuk berdiri di atas kakiku sendiri. Aku pasti akan mampu. Dan mungkin akan jauh lebih anggun.
Sudah banyak air mata yang aku jatuhkan untuk seseorang yang salah. Aku ingin menangis sepuasnya hari ini, hanya hari. Dan esok ku pastikan tak akan ada lagi air mata.
Sekarang saatnya aku untuk bangkit. Ku lapangkan dada untuk meneruskan hari-hari yang akan datang.
"Holding on is being brave, but letting go and moving on is often what makes us stronger and happier."
Ku serahkan hati ini pada Sang Pembolak-balik hati. Aku yakin Allah akan berikan yang terbaik untuk hambaNya yang kuat dan tabah. Hanya dengan kesabaran dan terus berdoa.
Walau hati ini sudah remuk karena terluka, akan ku bentuk seperti semula walau kepingannya tak lagi sempurna.
Allah tahu apa yang aku butuhkan bukan apa yang aku inginkan. Aku percaya janji Allah itu pasti. Patah hati, terluka, kekecewaan menjadikan aku lebih dewasa. Akan kulalui hari-hari di depan sana tanpa ada lagi air mata, tanpa ada lagi bayangnya. Karena aku juga berhak bahagia.

Sabtu, 14 November 2015

Writing's on the wall

I've been here before
But always hit the floor
I've spent a lifetime running
And I always get away
But with you I'm feeling something
That makes me want to stay

I'm prepared for this
I never shoot to miss
But I feel like a storm is coming
If I'm gonna make it through the day
Then there's no more use in running
This is something I gotta face

If I risk it all
Could you break my fall?

How do I live? How do I breathe?
When you're not here I'm suffocating
I want to feel love, run through my blood
Tell me is this where I give it all up?
For you I have to risk it all
Cause the writing's on the wall

A million shards of glass
That haunt me from my past
As the stars begin to gather
And the light begins to fade
When all hope begins to shatter
Know that I won't be afraid

If I risk it all
Could you break my fall?

How do I live? How do I breathe?
When you're not here I'm suffocating
I want to feel love, run through my blood
Tell me is this where I give it all up?
For you I have to risk it all
Cause the writing's on the wall

The writing's on the wall

How do I live? How do I breathe?
When you're not here I'm suffocating
I want to feel love, run through my blood
Tell me is this where I give it all up?
How do I live? How do I breathe?
When you're not here I'm suffocating
I want to feel love, run through my blood
Tell me is this where I give it all up?
For you I have to risk it all
Cause the writing's on the wall

Jumat, 13 November 2015

Jatuh cinta di pagi hari


Sepagi ini, aku sudah menunggumu.

Bohong kalau aku bilang di tempat biasa, kita tak begitu kerap datang ke sini.

Tapi tentu saja jujur seandainya aku bilang bahwa penantian tak pernah semenyenangkan ini: sepotong roti pagi, susu cokelat tanpa gula, lampu yang remang-remang menggantung, manusia yang lalu-lalang serupa kendaraan di jalan raya, dan pesan singkatmu: sebentar, ini masih terlalu pagi. Aku tersenyum membacanya. Sedari dulu, pagi adalah waktu yang paling tepat untuk jatuh cinta. Dan aku rela membungkus rasa kantukku, menyimpannya untuk kunikmati lagi nanti, demi jatuh cinta di pagi hari.

Menurutku, pecinta paling tulus adalah orang-orang yang bisa jatuh cinta di pagi hari. Ketika manusia dengan rambut belum diperkosa sisir, mulut masih bermentega, dan pipi yang cukup kusut untuk disebut ‘muka bantal’, bisa tersenyum tanpa pretensi sambil mengucap selamat pagi. Bahwa cinta bukan cuma soal ranjang dan pengantar tidur malam.

Di pagi hari, matahari barangkali bisa menggantikan peran cinta untuk menghangatkan. Tapi ketentraman adalah persoalan lain. Sesuatu yang sulit dijelaskan. Kenyataannya, dari sekian mahluk di semesta yang tak lagi bisa dihitung jumlahnya, kaulah yang diutus untuk bertanggung jawab atas persoalan itu. Bahwa cinta bukan cuma soal debar yang mengejar atau desah panjang.

Aku ingin jatuh hati setiap pagi setiap hari. Menjalani hari dengan cinta dan bukan dengki. Menutup malam dengan cerita-cerita yang layak dikenang sambil tersenyum. Lalu bermimpi tentang apa saja yang menyenangkan hati, sebelum akhirnya terjaga dan jatuh cinta lagi.

Selasa, 10 November 2015

Sajak Hujan

Berteriaklah di depan air terjun tertinggi,

debam suaranya memekakkan telinga

agar tidak ada yang tahu kau sedang berteriak.

Berlarilah di tengah padang ilalang tertinggi,

pucuk-pucuknya lebih tinggi dari kepala

agar tidak ada yang tahu kau sedang berlari.

Termenunglah di tengah senyapnya pagi,

yang kicau burung pun hilang entah ke mana

agar tidak ada yang tahu kau sedang termangu.

Dan, menangislah saat hujan,

ketika air membasuh wajah

agar tidak ada yang tahu kau sedang menangis, Kawan.

Perasaan adalah perasaan.

Tidak kita bagikan, dia tetap perasaan.

Tidak kita sampaikan, ceritakan, dia tetap perasaan.

Tidak berkurang satu helai pun nilainya.

Tidak hilang satu daun pun dari tangkainya.

Perasaan adalah perasaan,

Hidup bersamanya bukan kemalangan.

Hei, bukankah dia memberikan kesadaran

betapa indahnya dunia ini?

Hanya orang-orang terbaiklah yang akan menerima kabar baik.

Hanya orang-orang bersabarlah yang akan menerima hadiah indah.

Maka nasihat lama itu benar sekali,

Menangislah saat hujan,

ketika air membasuh wajah

agar tidak ada yang tahu kau sedang menangis, Kawan.

DIKATAKAN ATAU TIDAK DIKATAKAN, ITU TETAP CINTA

-Tere Liye

Jumat, 06 November 2015

Mundur lalu pergi

Resiko menyayangimu tak bisa ku terima
Aku tak bisa terbang terlalu tinggi
Aku tak mampu menyelam terlalu dalam
Karna aku pernah jatuh terlampau sakit
Aku paham diriku
Aku tahu kapasitasku
Dan aku memilih "MUNDUR"
Aku paham diriku
Aku sadar siapa aku
Dan aku memilih "PERGI"

Saatnya turbulensi
Memecahkan gugusan yang mengkristal menjadi kepingan bintang
Tetaplah di situ
Ditempatmu...
Biarkan kita hanya saling memandang
Kemudian perlahan saling melupakan
"Bukankah lebih baik begitu?"

Selasa, 03 November 2015

Setelah hampir satu tahun

Ada seseorang yang tak tahu lagi bagaimana caranya harus mencurahkan segala perasaan kecuali hanya dengan lewat tulisan. Tulisan seorang gadis bodoh yang tentu saja tak akan pernah kamu baca. Jika kamu lihatpun, mungkin menurutmu ini hanya tulisan yang lebih pantas dibilang sampah. Iya, karena gadis ini tahu bahwa kamu tak pernah suka sesuatu yang terlihat cengeng. Entah mengapa gadis ini masih setia menulis tentangmu, meskipun setiap mengingatmu batinnya selalu teriris. Padahal dia tahu bahwa tulisan ini tak akan pernah kamu baca apalagi kamu pahami.
Kali ini, aku ingin bercerita tentang seorang wanita yang di balik kesibukannya, ada sesuatu yang sangat ingin dia lupakan. Wanita ini berusaha mencari kesibukan baru agar dia tak lagi punya celah untuk mengingatmu. Berusaha untuk tak lagi menggubris segala hal yang berkaitan denganmu. Wanita ini pernah menjadi bagian dalam hari-harimu. Dia yang pernah kamu bisikkan manisnya kata cinta, dia yang kamu janjikan tak akan ada lagi air mata, dia yang sempat menjadi tempatmu bersandar karena lelahnya kamu pada duniamu, dan dia yang sempat menjadi tempat kamu berbagi canda dan tawa sebelum akhirnya kamu membuatnya menangis dan terluka.
Sudah hampir satu tahun setelah kepergianmu. Dia sudah menjadi wanita yang berbeda. Dia berusaha mengikhlaskan segalanya. Dia tak lagi ingin mengejarmu dan berusaha untuk melepaskan kamu dari hati dan pikirannya. Kamu tak akan pernah tahu bagaimana usaha kerasnya untuk melupakan kamu. Dia mencari teman curhat, mencari orang-orang yang senasib dengannya agar dia tak merasa jadi orang paling sengsara karena patah hati. Tak hanya itu, dia berkenalan dengan sosok-sosok baru. Banyak pria yang berusaha mendekatinya dan berusaha menggantikan posisimu di hatinya. Namun, masih ada ketakutan dalam hatinya. Dia takut luka yang belum sembuh akan kembali menganga karena luka baru yang lebih parah. Dan satu alasan lain, apakah ada yang jauh lebih baik darimu dan tak akan menyakiti hatinya lagi?
Pada akhirnya, dia tahu sekarang bagaimana dirimu sebenarnya. Iya, dia tahu bagaimana kamu yang sangat berbeda dengan awal kedekatanmu dengannya sayang.
Kembali pada bagian awal. Wanita ini adalah wanita bodoh yang mau-maunya kamu jadikan persinggahan sesaat, bukan tujuan. Dia bahkan sama sekali tak tahu di balik sikap manismu, ada kebohongan yang kamu tata begitu rapi. Dan tololnya lagi, dia sama sekali tak ingin membencimu ketika tahu dia telah kamu bohongi. Ada rasa sakit yang tak bisa dijelaskan, ada rasa tercampakkan yang tak akan pernah kamu ketahui. Dalam rasa sakitnya, dia selalu mengucap doa pada Tuhan. Bercerita dengan bulir air mata di pipinya. Mengadu dengan bibir membeku, dia menyesali segala kebodohannya. Mengapa dia menerima kamu begitu mudah, namun melepaskanmu begitu susah?
Sayang, wanita ini tahu sekarang kamu pasti sudah jauh lebih bahagia. Dengan atau tanpanya kamu pasti akan baik-baik saja. Tidak seperti halnya dengan dia. Ada rasa rindu yang tersimpan, ada kehampaan yang dia lewati selama ini tanpamu. Sehari, seminggu, sebulan bahkan sampai saat ini dia masih berharap kamu datang untuk menjelaskan semuanya. Mengapa kamu datang jika hanya untuk pergi. Karena dia memang belum sepenuhnya melupakanmu. Walaupun dia tahu kamu sudah jadi pria yang berbeda. Kamu bukan lagi embun yang menyejukkan hatinya. Kamu bukan lagi pelangi yang mewarnai sisi gelapnya. Kamu bukan lagi matahari yang menghangatkan mendungnya. Kamu sekarang jadi awan hitam, Sayang. Kamu jadi lembayung paling sendu, sebab air matanya tak pernah surut-selalu mengalir untukmu.
Kamu tahu sayang, saat menulis ini dia seperti sudah kehabisan kata. Karena sudah terlalu banyak luka yang dia ceritakan. Setelah hampir satu tahun, dia masih bertanya-tanya, masih adakah yang harus diperjuangkan selain rasa rindunya padamu? Kamu yang telah begitu menyakiti hatinya, bukan hanya karena kebohonganmu tapi juga perubahanmu. Mengapa kamu tak pernah sadar, bahwa orang yang tersakiti oleh perubahanmu adalah orang yang paling mencintaimu, meskipun kamu selalu menganggapnya abu-abu.
Seperti malam-malam sebelumnya. Malam ini masih sama. Wanita ini tak pernah lupa bagaimana setiap malam di ujung telepon suara manjamu terdengar lembut ditelinganya dan menyapanya dengan sapaan paling hangat. Dia juga ingat selama sebulan itu, kamu memperlakukannya begitu nyaman. Betapa dia menghargai setiap detik ketika dia bersamamu. Sampai segala hal tentangmu, tak pernah terlihat kecil di matanya. Wanita ini memang bodoh karena tak tahu mengapa dia begitu mencintai pria berantakan sepertimu. Cintanya meledak begitu saja, ketika kau buat dia begitu nyaman, ketika kau buat dia begitu mencintaimu, mengapa kamu malah membiarkannya menggigil karena kepergianmu?
Wanita ini terkatung-katung sendirian di atas bekas lukanya yang belum juga sembuh. Dia berdiri sendirian tanpa kamu. Dia berusaha melangkah dengan kekuatannya sendiri. Mengapa kamu tak pernah sadar bahwa dia membiarkan dirinya sendiri terluka hanya untuk membuatmu bahagia. Kamu tahu sayang, dia begitu kuat, lebih kuat daripada yang kau bayangkan. Kamu tak perlu mengasihaninya. Karena dia percaya waktu itu akan datang, saat dia bebas menertawakan lukanya dan kamu justru yang berbalik menangisinya.
Oke sepertinya ini adalah paragraf terakhir. Aku cuma mau bilang padamu, My lucky charm, bahwa sebenarnya wanita ini belum bisa melupakanmu. Di balik rasa kecewanya, sebenarnya masih ada cinta dalam hatinya. Tapi dia lebih memilih tak lagi menggubris perasaanya. Karena dia sadar; dia tahu, bahwa kamu yang dulu tak akan pernah kembali lagi.
Kamu ingin tahu siapa wanita ini. Oke aku beri tahu, bahwa sebenarnya wanita ini adalah AKU, Kekasih masa lalumu.

Sabtu, 17 Oktober 2015

Dalam diam, aku mencintaimu

Haruskah banyak kata yang diucapkan ketika kita mencintai? bagiku tidak. Cukup cintai ia dalam diam. Itulah cinta yang paling terhormat. Disaat semua orang sibuk merebut perhatianmu, aku hanya diam di tepian hatimu, menanti celah itu terbuka. Sesekali kau melirikku, mungkin bertanya-tanya dalam hati apa yang aku inginkan sesungguhnya.
Aku tak ingin apapun bahkan dirimu. Aku menikmati cinta yang meletup-letup dalam hatiku. Terlihat naif memang namun aku menikmatinya.
Cinta tidak akan selesai jika hanya dengan sekedar memiliki raganya. Aku jengah dengan cinta yang seperti itu. Raganya bersamaku, namun cintanya terbang dan hinggap dari satu ke yang lainnya. Lebih nyaman dengan aku yang sekarang. Menikmati cinta dalam diam. Aku bukan pecundang yang tak mampu ungkapkan rasa dalam kata, namun mencintaimu dalam diam rasanya lebih indah. Karena kamu terlalu indah untuk sekedar dijadikan teman bersanding sementara. Ini buka perkara satu tahun, dua tahun, atau tiga tahun bersama, lebih dari itu. Cinta yang tulus adalah yang mampu diam bertaruh dengan egoisme memiliki. Cinta bukan hanya masalah memiliki raga yang bisa dipertontonkan ke khalayak ramai. Aku tak (lagi) butuh cinta yang seperti itu.
Siapa yang lebih tulus mencinta?
Aku tak berhak mengklaim bahwa akulah yang terbaik. Aku hanya sepotong kecil dari susunan cerita dalam hidupmu. Namun ketika potongan kecil itu pergi, gambarannya pasti takkan lagi sempurna.
Aku mencintaimu dalam diam. Menikmati irama cerita ini, menenangkan, menyenangkan, mendamaikan hati yang gundah. Canda tawa dan gurauan hangat yang tercipta adalah penguatku untuk menyembunyikan cintaku dalam diam. Aku bukan tak mampu berbicara, namun aku mencintaimu tulus lebih dari sekedar kata.
Biar waktu yang menjawab cinta siapa yang paling kuat. Aku hanya ingin diam, saat ini dan seterusnya...

Senin, 14 September 2015

Cinta dalam diam


Aku siapa? Aku kan hanya peran yang melintas dan mengganggu hidupmu, namun mengagumimu


Oke abaikanlah aku terus, aku sudah cukup kuat membangun tiang ini untuk kau abaikan (lagi)  


Bertahun-tahun bukan waktu yang singkat, selama itu aku menutup mulutku rapat-rapat 


Aku terlalu biasa dengan semua ini, hingga aku mampu merahasiakan perasaan ini dengan baik  


Aku hanyalah seseorang yg rela kau biarkan menunggu, yang rela bertahan dalam pengabaian


Kamu selalu menjadi fokus utamaku, kamu selalu jadi orang yg ku pandang meskipun dari kejauhan 


Aku tak menonjol dalam hal apapun. wajar saja kau tak menganggap ada kehadiranku


Terus mencintaimu dalam diam bahkan terus mengagumimu dalam pengabaian  


Hanya karena aku tak bisa mengungkapkan bukan berarti aku tak menyimpan perasaan yang dalam 


Setidaknya biarkan aku terus mencintaimu dalam diam, meskipun aku tau perasaan ini tak terbalaskan dan mungkin salah


Aku mencintaimu walau dalam diam, aku selalu mengagumimu walau tak pernah aku ungkapkan padamu :')


Aku selalu membawa namamu dalam doa, meskipun kamu tak sadar, ada aku yg mencintaimu disini  


Tak mungkin jika selama ini kau tak tahu jika aku menyimpan rasa untukmu 


Selama ini aku didekatmu, memelukmu dalam doa, mencintaimu dalam kebisuanku


Biarkanlah cinta ini tetap ada, walaupun terjebak dalam diam


Cinta tak harus memiliki? kalau begitu mencintaimu dalam diam pun bukan menjadi masalah bagiku 


Apakah sosokmu nyata? Mengapa engkau begitu sempurna, bahkan dari kejauhan


Bagiku, tak masalah mencintaimu dalam diam, asalkan kamu masih bisa ku pandang dan kurasa. Itu cukup


Ada yang mendoakanmu meski kamu mengabaikan. Ada yang merindukanmu meskipun kamu tak tahu. Itu AKU


Karena mungkin lebih baik memendam, jika yang terucap hanya akan menambah jarak  


Apa yang salah mencintaimu tanpa balasan? Apa yang salah dengan mencintaimu dalam diam?


Hanya berani menatapmu dalam kejauhan, mencintaimu dalam bisu, dan merindukanmu dalam air mata 


Bisakah aku meminta sekali saja aku terlihat penting di mata bahkan dihatimu. Oh aku sadar betapa tak tau dirinya aku


Memilih untuk diam, memperhatikan dari kejauhan bahkan mendoakan dalam diam-diam. Cukup sederhana


Aku mencitaimu walau hanya dalam diam, aku selalu mengagumimu walau tak pernah ku ungkapkan kepadamu


Aku hanyalah pemeran yang sudah dituliskan Tuhan untuk menjagamu tapi tak disampingmu, mencintai tapi tak selalu disisi 


Bukalah matamu, bukan bukan mata itu, tapi mata hatimu, lihatlah sesosok ku yang diam-diam memperhatikanmu


Imajinasi tetaplah menjadi imajinasi, Mimpi tetaplah menjadi mimpi, Kenyataannya kamu hanyalah mimpi yang ku imajinasikan 


Untuk menyentuh sedikit saja bagian dari hatimu aku pun tak sanggup, kurang apa aku? Mungkin kurang tau diri


Dalam sudut hati ku menyimpan rasa, hanya dalam sudut ruang ku memandang, biarkan aku jatuh cinta diam-diam  


Punggungmu begitu teduh untuk kunikmati, pelukanmu begitu hangat untuk kuresapi, tapi apa daya ketika semua hanya mimpi


Selama ini, aku berharap kamu bisa tahu perasaanku, walau rasanya itu mustahil


Aku berusaha menjagamu tanpa menjagamu, biarlah ku menyayangimu dari jauh  


Bukankah hanya gandeng tangan itu mudah? Lalu apa yang sulit? Mengagumimu dalam diamku


Biarkan aku memelukmu tanpa memelukmu, biarkan aku hanya mengagumimu dari jauh


Mengagumimu dari jauh, melihatmu tanpa menyentuhmu, seperti menyentuh angin yang tak pasti  


Kurang beruntungkah insan yang kusebut "Kamu"?Walaupun hanya dalam diam,aku selalu bertanya tentangmu bahkan selalu merindu


Jauh dari tatapan, jauh dari pelukan, namun selalu menjadi yang terdekat untuk selalu mengatakan "RINDU" 


Tanpa kata hanya melalui diam, Tanpa kepastian hanya melalui harapan, Dengan jauh ku mengagumimu 


Kamu tahu bagaimana pungguk merindukan bulan? seperti itulah aku menganggumimu dalam kejauhan dan dalam diam 

Minggu, 16 Agustus 2015

Aku takut

Aku terlalu takut untuk terus berjalan. Ketika aku sudah terlalu lelah berlari mengejar apa yang takkan menjadi hakku lagi. Sudah terlalu jenuh hati ini singgah pada tempat yang salah. Aku terlalu takut mencari dan menyelami hati yang baru. Terkadang aku merenung, dapatkah aku menapaki langkah-langkah baru dan meninggalkan jejak-jejak rekat berdebu. Hingga suatu saat nanti aku tak mampu lagi menoleh ke belakang. Sekedar meredakan butiran pasir yang terhempas dan mengabur. Atau sekedar merapihkan setapak yang terserak di ujung perjalanan. Aku takut.

Rindu datang pada jam 1 malam. Ketika aku menginginkan rebah untuk melepas lelah di penghujung senja. Rindu datang dalam diam diantara setumpuk buku yang terserak di atas tempat tidur. Rindu datang mengingatkan, bahwa kamu masih menjadi bagian dari perasaan yang seharusnya aku abaikan sejak lama.

Hanya ini yang bisa kulakukan. Berusaha menikmati rindu yang terhempas dalam kisah lalu. Aku takut, jika rindu ini hanya membuatku tak mampu berjalan hingga ujung perjalanan.
Aku takut. Suatu hari nanti waktu akan menelan spasi dan melebarkannya. Aku takut. Suatu hari nanti doa-doa itu tak lagi beterbangan di langit pada sayap-sayap malaikat yang pernah kita pinjam di ujung senja.

Jika suatu hari aku tak lagi takut, tolong jangan biarkan rindu ini datang lagi.

Senin, 10 Agustus 2015

Cinta yang terabaikan

Kau tak pernah mencoba mengertikan hatiku
Kau anggap ku tak sempurna untukmu
Apakah ku untukmu, apa arti cintaku
Kau tinggalkan saat aku bicara

Aku masih menantimu
Walau ku tak lagi merasa kehadiranmu
Bila ku sanggup menahan rasa yang tersimpan
Cinta yang terabaikan

Apakah ku untukmu (apakah ku untukmu)
Apa arti cintaku (apa arti cintaku)
Kau tinggalkan saat aku bicara

Aku masih menantimu
Walau ku tak lagi merasa kehadiranmu
Bila ku sanggup menahan rasa yang tersimpan
Cinta yang terabaikan

Bila ku sanggup menahan rasa yang tersimpan
Cinta yang terabaikan

(aku masih menantimu
Walau ku tak lagi merasa kehadiranmu)
Bila ku sanggup menahan rasa yang tersimpan
Cinta yang terabaikan, cinta yang terabaikan

Senin, 20 Juli 2015

Masih sama

Setelah sembilan bulan semenjak kamu usaikan cerita tentang kita. Aku ingin membuat sebuah pengakuan. Bahwa sebenarnya setelah kamu pergi rasanya aku belum bisa melupakanmu, melupakan kita.

Aku masih mencintaimu, meski tidak lagi berusaha untuk membuatmu peduli. Aku masih memperhatikanmu, meski tak lagi terus terang. Aku masih merindukan percakapan-percakapan kita di waktu luang, meski setiap hari rindu itu terus berusaha aku kurangkan. Aku masih tiba-tiba tersenyum begitu saja, kapanpun ingatan tentangmu terlintas di kepala.

Jika kamu mau tahu, aku masih jatuh cinta padamu meski tak lagi mengusahakannya. Aku masih mencari-cari tahu bagaimana kabarmu, meski terlihat tak mau tahu. Aku masih mengingat kamu ketika aku tidak sedang melakukan apa-apa.

Segalanya tentang kamu masih selalu jadi nomor satu untuk aku tahu, meski aku selalu bilang pada mereka bahwa segala tentangmu bukan lagi hal yang penting bagiku. Ketahuilah, melupakanmu tak semudah aku mencintaimu. Iya, karena cinta membuat orang tidak mudah lupa, meski kita sudah benar-benar melepaskan.

Selasa, 16 Juni 2015

Kamu dan Perempuanmu

Ini tulisan gadis pemimpi yang masih senang bermimpi di dalam dunia nyata, mimpinya sederhana saja; hanya ingin bahagia bersama satu lelaki yang setia. Setelah mimpi bersamamu tak dapat ku gapai, aku memutuskan untuk membangun mimpi yang baru tentunya bersama lelaki yang lebih baik darimu. Lelaki yang lebih menghargai perjuanganku, lelaki yang akan membuat pipiku basah karena air mata bahagia; bukan air mata kesedihan, lelaki yang tak akan menyembunyikanku dari sorotan mata dunia, dan lelaki yang selalu menyebut namaku di setiap doanya.

Aku memang belum bertemu dengan lelaki itu, tapi suatu saat aku akan memperkenalkannya padamu, hingga membuatmu sadar dan menyesal bahwa meninggalkanku adalah kebodohan nomor satu. Berbahagialah dengan mantan kekasih yang sekarang telah menjadi milikmu lagi. Aku sangat berterima kasih padanya karena telah mengambil seorang lelaki yang hanya menjadikanku persinggahan sesaat, seorang lelaki sepertimu yang sama sekali tak pantas untukku perjuangankan.

Kamu yang lebih dulu bercerita tentang dia saat kedekatan kita terjalin, kamu bilang hubungan kalian telah selesai karena terhalang jarak. Kamu di Tangerang sedangkan dia di Bandung. Selama ini aku hanya sekedar jadi pendengar yang baik. Aku tak pernah berkomentar tentang dia, dan aku tak mau tahu sama sekali bagaimana masa lalumu dengan dia. Dan saat kita menjalin hubungan, kamu bilang dia selalu mencari tahu tentangmu. Bahkan dia sempat mengucapkan selamat pada kita yang telah berstatus pacaran. Aku tahu betul bagaimana perempuan yang berpura-pura tegar, aku tahu dia masih sangat menginginkanmu. Kamu selalu berkata dengan nada tinggi saat aku membicarakan dia, saat aku menunjukkan tulisan kegalauannya di jejaring sosial. Ketika aku tahu dia galau berat karenamu, aku mulai takut kamu akan luluh dan kembali padanya.

Harusnya aku paham bahwa kemarahanmu ketika aku menyebut namanya bukan karena kamu sudah tidak peduli tapi hanya karena kamu ingin menyembunyikan perasaanmu padanya. Aku tak habis pikir bagaimana kamu begitu rapi menyembunyikan perasaanmu dan seolah-olah aku lah yang paling salah dalam hubungan kita. Katamu, aku belum bisa melupakan mantan-mantanku. Kamu bilang aku harus menghapus semua kontak yang berhubungan dengan mereka. Demi kamu aku melakukannya. Padahal aku selalu jujur padamu, aku sudah melupakan perasaanku pada mereka jauh sebelum aku dekat denganmu. Aku menganggap mereka teman dan tak pernah berharap sedikitpun untuk kembali pada mereka yang telah menyakitiku. Jelas, aku lebih mempermasalahkan hubunganmu dengannya. Sebagai perempuan aku tahu betul bagaimana perempuan yang masih berharap. Aku tahu dia masih mengingkanmu kembali. Aku bisa apa selain diam dan menahan ketakutanku sendiri.

Dan saat dimana aku tahu kalian mempermainkanku, saat aku tahu kalian begitu munafik, rasanya aku begitu membencimu, membencinya, membenci kalian. Rasanya aku ingin menampar kalian, mencaci maki kalian dan berkata, "Mengapa kamu begitu brengsek, mengapa dia tega merebutmu dariku, mengapa kalian begitu jahat padaku!"
Apa aku salah menerimamu ketika kamu datang dengan manisnya memintaku untuk menjadi kekasihmu? Apa aku salah mencintaimu sedangkan aku tak pernah tahu bahwa ada perempuan yang masih menginginkanmu kembali?

Harusnya aku tak perlu merengek agar kamu tak pergi. Harusnya aku tak perlu meminta maaf atas setiap pertengkaran yang terjadi, karena memang kenyataannya aku tak pernah sedikitpun berniat mengkhianatimu. Entah kamu menyadarinya atau tidak, yang jelas aku tahu siapa pengkhianat dan siapa perebut. Aku akui berat rasanya menerima kenyataan bahwa kamu tak lagi menjadi milikku. Aku akui bahwa diam-diam aku masih sering merindukanmu. Aku tak ingin memaksa otakku untuk melupakanmu karena dengan begitu hanya akan menambah luka. Biarkan semua menghilang seiring berjalannya waktu.

Jika menurutmu dia adalah perempuan baik. Jika dia memang pantas untuk kamu perjuangkan. Terserah. Lakukanlah. Menurutku perempuan baik tidak akan merebut milik perempuan lain. Dan satu hal, kalaupun aku tidak mendapatkan apa yang ku mau, aku tak pernah mati-matian merebut milik orang lain. Dulu katamu aku perempuan yang terlalu baik untukmu. Ku pikir kata-katamu itu ambigu. Dan kamu memutuskan untuk meninggalkanku lalu lebih memilih dia; perempuan yang telah merebut milik perempuan lain. Apakah itu menurutmu perempuan yang baik?

Minggu, 07 Juni 2015

Delapan bulan tanpa kehadiranmu

Malam ini aku baru saja selesai mengikuti training cashier di salah satu supermall di tangerang. Mungkin kamu sudah tak tahu banyak tentang aktivitasku saat ini. Aku tak lagi bekerja di restoran yang butuh perjuangan mental dan fisik yang ekstra itu. Aku memutuskan untuk resign karena aku sudah benar-benar mencapai titik jenuh bekerja di sana. Harusnya aku mendengar nasehatmu yang menyuruhku segera resign, namun aku selalu kekeh karena alasan mencari pekerjaan itu sulit. Dan benar saja mencari pekerjaan di zaman era globalisasi saat ini susahnya luar biasa.

Mungkin hanya keberuntungan yang aku dapatkan saat ini, karena diterima sebagai cashier. Padahal pengalamanku tak begitu banyak tentang cashier. Aku jalani saja, yang terpenting aku tidak menjalani hari-hariku yang hanya berdiam diri saja di rumah. Semakin lama aku  berdiam diri di rumah, semakin aku teringat tentang kamu. Iya, mungkin itu salah satu alasanku mencari kesibukan, karena tak ingin terus menerus meratapi kesedihanku karenamu.

Tempat kerjaku sekarang tentu lebih jauh dibandingkan dengan yang dulu. Bedanya lagi, dulu kamu sering menjemputku tapi sekarang lagi lagi aku harus mengendarai motorku sendiri. Memang aku sudah biasa pulang malam sendiri, aku biasa pergi jauh sendiri. Aku tak perlu minta tolong siapapun untuk menjemputku. Tapi bukan itu masalahnya, aku tak lagi bisa duduk di atas sepeda motormu yang bising itu dan memelukmu manja ketika kamu mengendarai motor seperti orang gila lalu aku mencubit perutmu, mengoceh sepanjang jalan agar kamu tak perlu mengebut kencang. Dan kamu hanya membalasnya dengan tertawa lirih.

Aku sering melewati jalan dimana kita pulang sehabis menonton film waktu itu, dipinggir jalan seberang showroom; kamu meminggirkan motor ninjamu dan melepaskan jaketmu lalu memberikannya padaku. Katamu agar aku tak masuk angin. Aku juga ingat, ketika beberapa kali kamu menjemputku, kamu menunggu di minimarket seberang restoran. Ketika aku datang, kamu segera mematikan rokokmu karena kebiasaanmu yang tak ingin merokok di depan perempuan. Banyak hal yang mengingatkanku padamu, meskipun aku tak sengaja ingin mengingatnya.

Aku meminggirkan motorku di depan warung ketoprak, segera aku memesan satu bungkus ketoprak untuk dimakan di rumah saja. Seketika aku ingat, ketika kita memesan dua bungkus ketoprak untuk dimakan di rumahmu, sambil menunggu; aku yang duduk di kursi kayu panjang dan kamu yang berdiri sambil mengenggam tanganku, terus menatapku sambil tersenyum manis seakan mata itu berbicara bahwa kamu ingin terus bersamaku walau hanya dengan kebersamaan yang sederhana. Aku membalasnya dengan cubitan di perutmu yang selalu ku bilang gendut itu. Air mataku seketika membendung dan tak bisa ku tahan lagi. Ibu penjual ketoprak memberikan bungkusannya, segera aku menghapus air mataku dan lagi lagi tentu dengan tanganku sendiri.

Setelah sampai di rumah, aku duduk sejenak di kursi depan pagar rumahku. Biasanya ketika kamu datang, aku menyambutmu dengan senyum manis dan kamu membalasnya dengan mencubit pipiku. Lagi-lagi aku masih berharap kamu akan datang dan menjelaskan bahwa selama delapan bulan terakhir ini kamu menyesal karena telah melakukan kebodohan nomor satu yaitu membuatku menangis dan sakit hati. Walaupun aku tahu, mustahil jika kamu akan datang dan memelukku lagi seperti orang yang tak ingin kehilangan. Kamu pun pernah berkata bahwa kamu tak akan datang lagi ke rumahku dan entah karena alasan apa yang aku pun tak pernah tahu.

Banyak hal yang mengingatkanku padamu, walaupun hanya kebiasaan sederhana. Apa kamu ingat ketika aku selesai memakai lipstik, kamu sedang melamun kemudian tiba-tiba aku mencium pipimu dan meninggalkan tanda bibir merah di sana. Sambil tertawa, kamu mengancam akan memberitahu ibuku jika aku tidak segera menghapusnya. Ingatan itu masih hangat di otakku. Mungkin kamu sudah lupa semua tingkah konyol yang kita lakukan atau mungkin semua itu tak pernah tertinggal sedikitpun di ingatanmu.

Jika suatu hari nanti kamu datang dan bertanya apa saja kenangan yang telah kita buat, pasti dengan antusias aku akan menjelaskan dari awal satu persatu sampai kamu ingat. Sampai kamu menyadari bahwa aku tak pernah main-main mencintaimu. Teman-temanku begitu juga dengan temanmu, mereka selalu bilang bahwa aku harus melupakanmu. Mereka bilang harusnya aku tak perlu menangisimu karena hubungan kita yang hanya berjalan satu bulan. Mereka hanya bisa berkata tanpa mereka tahu bahwa sebulan yang ajaib itu banyak kenangan yang kita buat dengan cara kita sendiri, hampir setiap hari aku bertemu denganmu, hampir setiap hari kita melakukan kebodohan yang siapapun mungkin tak akan pernah paham. Kamu mengenggam tanganku, memeluk erat tubuhku, menatapku dengan mata teduhmu, melindungiku seolah tak ada siapapun yang boleh menyentuhku.

Sepertinya mereka tak tahu bahwa sulit melupakan bukan karena berapa lamanya kita menjalin hubungan tapi seberapa banyak kenangan yang ada di dalamnya walau hanya dalam waktu singkat. Dan kamu pun mungkin tak pernah tahu bagaimana usahaku selama ini hanya untuk menghilangkan perasaan ajaib yang ternyata membuatku terluka separah ini. Bukan ingin melupakan kenangan yang telah tercipta, tapi karena aku sudah lelah menyimpan rasa yang tak akan pernah kamu balas.

Kamu tak akan pernah tahu betapa beratnya aku menjalani hari-hari tanpa mendengar suaramu, betapa beratnya tanpa chat bbm dan voice note darimu, betapa beratnya tanpa genggaman tanganmu, betapa beratnya tanpa kecemburuanmu, betapa beratnya tanpa kata-kata manjamu, betapa beratnya tanpa mendengar bisingnya suara motormu, betapa beratnya tanpa kehadiranmu yang telah mengubah duniaku. Aku rindu ketika pertama kali aku memanggilmu "Mas", ketika aku berbicara denganmu dengan logat jawa dan kamu membalasnya dengan logat jawa yang berantakan. Dan seketika tawa kita pecah hanya karena candaan yang sederhana.

Sekarang, tak ada lagi pundak sebagai tempatku bersandar, tak ada lagi peluk sebagai tempatku menghapus lelah, tak ada lagi kamu yang selalu siap mendengar segala keluh kesahku. Tentu aku harus terbiasa dengan itu semua. Aku harus tetap menjalani hari-hariku seperti manusia normal lainnya. Berpura-pura kuat padahal kenyataannya serapuh kayu tua. Iya, aku tak pernah membayangkan sebelumnya bahwa hidupku akan seneraka ini tanpamu. Kini, kita seperti matahari dan pluto dengan jarak yang begitu jauh dan tak akan pernah berdekatan.

Sebisa mungkin aku tak bertanya pada teman-teman kita bagaimana kabarmu, bagaimana hubunganmu dengan wanita itu. Karena tentu akan menambah luka jika mereka bilang kalian dalam hubungan yang baik-baik saja. Aku hanya cukup diam dan biarkan waktu mengerjakan tugasnya untuk menghapus segala rasaku padamu, menghapus rindu yang sudah bertumpuk-tumpuk. Jika aku bisa memutar waktu kembali, aku ingin memastikan bahwa tak ada wanita yang terluka dan masih mengharapkanmu kembali. Dengan begitu aku tak perlu bersusah payah memperjuangkanmu.

Dari perempuan;
yang masih merindukanmu, yang mencintaimu dengan air mata.

Senin, 01 Juni 2015

Tak semudah melupakan mimpi

Tak ada yang berbeda. Tak ada kisah baru yang lebih baik dalam hidupku, semanis dan seindah saat masih bersamamu. Mimpiku masih sama;masih kamu, entah karena rindu yang mengekang atau aku yang masih sibuk mengenang. Berani-beraninya kamu muncul tanpa permisi dalam mimpiku. Sejujurnya aku benci karena mimpi hanyalah mimpi, kehadiranmu tak akan pernah pasti.

Tak banyak yang berubah. Sakitku masih parah, lukaku masih bernanah. Mengapa tak sekalian saja kau buat aku sekarat karena rindu yang bersenandung hebat. Aku tak paham lagi mengapa kamu sosok yang begitu ku perjuangkan, malah lebih memilih memperjuangkan orang lain. Aku hanya bisa tersenyum getir, karena perjuanganku selama ini ternyata hanyalah sampah di matamu.

Tak ada yang kamu tinggalkan disini, selain luka yang mengekal di ingatan, pun kenangan yang kau ciptakan begitu dalam. Mimpi semalam seperti rindu yang tak bertuan, tak berasal. Merindukanmu, entah kapan lagi aku bisa tenggelam dalam peluk tubuhmu, menatap mata teduhmu yang seketika membuatku bisu. Aku telah tenggelam dalam angan yang tak akan pernah jadi nyata. Bodoh, hatiku sudah lebam, lukaku masih menganga, ingatanku masih keram; masih saja mencintaimu diam-diam.

Mungkin kamu sedang asyik menyelami hati yang baru, sedangkan aku di sini masih saja sibuk dengan tulisan basi dan luka-lukaku yang belum juga kering. Saat ini aku ingin menertawakan diriku sendiri karena terlalu sering merayakan sepi di atas luka-luka yang kamu torehkan. Mengingat kamu; mengingat kenangan kita, lalu berujung menangis tanpa suara hingga dadaku sesak.

Jika kamu tahu tingkah konyol apalagi yang aku lakukan, mungkin kamu akan tertawa sekencang-kencangnya. Aku sering menatap rumahmu dari kejauhan. Harapanku tak muluk-muluk, hanya ingin melihatmu; itu saja. Karena aku tahu diri, tak akan berharap ada lambaian tangan dan senyum manis yang menyambutku seperti dulu. Begitu saja terus ketika aku begitu merindukanmu, tapi tak pernah sekalipun melihatmu walau hanya sebentar saja. Pernah sekali ketika menunggumu berjam-jam di ujung  jalan dekat rumahmu, aku menangis sejadi-jadinya. Tak jarang orang yang berlalu lalang. Jika ada yang memperhatikanku sejak lama, mungkin mereka akan berpikir bahwa aku ini aneh aku sudah gila. Tapi aku tak peduli hanya demi melihatmu.

Jika kamu tahu, mungkin kamu akan semakin muak dengan gadis ini, gadis yang selalu terlihat lemah di matamu, gadis yang bisanya hanya menangis ketika kamu tak memperdulikannya. Aku ingin belajar menabahkan luka sementara waktu, namun tak ada dayaku untuk itu ketika kenangan terus saja memburuku tanpa jemu. Kini kita tinggal cerita, kita berakhir di sini. Dan untuk kesekian kalinya, aku harus belajar melepaskan, belajar mengikhlaskan. Seharusnya aku tetap berada pada duniaku, dunia yang ku bangun dengan susah payah. Namun entah dengan kekuatan magis apa, aku beranikan diriku menujumu, menuju di mana tempat kamu berdiri. Aku tidak menyesal, hanya saja aku terlalu bodoh karena terlalu cepat menilai bahwa kamu benar mencintaiku.

Sejujurnya aku ingin menghapuskan rasaku padamu, meniadakan bayangmu; secepat aku melupakan mimpi tadi malam. Namun ternyata tak semudah itu. Aku juga ingin bahagia dengan yang lain, dengan seseorang yang tulus, yang akan memayungiku saat hujan mencoba menggelitik manja tubuhku, yang akan menghangatkanku sebelum dingin malam merayapi tubuhku, yang bersedia menyediakan pundaknya sebagai tempatku melepas lelah, dan yang selalu memelukku di setiap rintihan sunyi doanya. Bukan pria sepertimu yang hanya menjadikanku persinggahan sesaat.

Jika mencintaimu adalah luka, maka biarlah aku menjadi rindu dalam doa-doa yang tak kau ketahui. Jika bahagia berarti melupakan bayangmu yang terhisap rindu tadi malam, akan ku lakukan.
Mungkin, kamu sudah jauh lebih dulu melupakan segala tentang kita. Ciuman itu, biarlah menjelma sebagai rahasia kecil kita, mengekal di ingatan waktu. Air mata ini, biarlah menjadi syarat; betapa semuanya begitu sayang untuk ku buang. Dan luka ini, biarlah menjadi tanda bahwa keindahan rasa ini terlalu anggun hanya untuk sekedar dilupakan.

Menghapus bayangmu ternyata tak semudah melupakan mimpi...

Senin, 18 Mei 2015

Maaf atas segala rasaku

Sekali lagi kutatap semburat langit senja
Tak berubah tetap menawan sukma
Namun hatiku tak mampu lagi mencerna
Semua bagai tersaput mega

Tak lagi kurasa sentuhmu
Tak lagi kuraba kehangatanmu
Tergugu aku membisu
Tak sanggup lagi menggapaimu

Terincik terburai merebak
Luruh bergulir seumpama ombak
Tak mampu hela kabut menyibak
Aku terjebak ...

Harus berapa kali lagi kukatakan artimu bagiku
Namun kau selalu meragu
Aku terpaku
Membiru ...

Ya ... mungkin aku memang tak pantas
Mengharapkanmu walau seutas
Sekejap bayangmu melintas
Jiwaku memekik terhempas

Maafkan aku ...
Karena begitu menyayangimu

Sekali lagi ...
Maafkan aku ...
Atas rasaku ...

Minggu, 17 Mei 2015

Gadis pisces biasa yang bermimpi pada pria gemini

Hei pria geminiku, bagaimana kabarmu? rasanya aku bukan lagi gadis yang beruntung karena sudah tak banyak tahu tentang apa yang terjadi padamu. Kita tak lagi saling bertegur sapa apalagi bertatap muka seperti dulu. Aneh, bayangmu selalu hadir di setiap sudut aku memandang, senyummu selalu terngiang di setiap aku terpejam, dan pelukmu masih terasa di setiap aku terjaga. Ku baca lagi setiap percakapan kita, ku lihat lagi foto kita yang dulu begitu romantis, ku dengar lagi suaramu yang ku rekam saat kita mencurahkan rindu lewat telepon hingga larut. Begitu saja terus, hingga rindu ini membuatku gila, membuatku semakin kesesakan sendiri karena ternyata kata-kata cintamu hanya bualan belaka, membuatku tak percaya bahwa pria yang begitu ku junjung tinggi; meninggalkanku dengan alasan gila.

Harusnya aku tahu dari awal, bahwa kamu seorang pria gemini yang indentik sulit berkomitmen, mudah merasa bosan, dan pria yang selalu mengandalkan prinsip dalam hidupnya. Sedangkan aku seorang gadis yang tak pernah mengerti jalan pikiranmu. Keahlianku hanya bisa bermimpi, berimajinasi, menulis, selebihnya hanya gadis yang senang membaca buku novel hingga berjam-jam. Harusnya aku tak perlu terlalu cepat mengubah persepsiku bahwa bersamamu adalah kenyataan yang lebih indah dari sekedar bermimpi. Awalnya memang begitu indah, namun saat kamu memilih pergi, kenyataan itu berubah menjadi mimpi buruk. Yang bahkan aku sendiri belum sempat mempersiapkan diri bahwa kenyataannya akan separah ini.

Aku seorang gadis pisces dan kamu seorang pria gemini. Seseorang pernah berkata padaku kalau hubungan kita adalah hubungan yang aneh; hubungan destruktif yang saling bertolak belakang. Mungkin lebih tepatnya kita takkan pernah cocok. Ah, aku bukan orang yang terlalu percaya pada sebuah ramalan basi. Mungkin kita berbeda, namun tak menghalangi kita untuk saling melengkapi bukan? Aku mengumpat sendiri, bahkan saat hatiku remuk seperti ini masih saja berharap kita akan seperti dulu lagi.

Aku hanya gadis pisces biasa, yang tak bisa membedakan antara pria yang tulus dan pria yang hanya datang dan pergi begitu saja.
Aku hanya gadis pisces biasa, yang sensitif karena kamu seringkali tak menggubris rasa rinduku yang menggebu dan mudah menangis tersedu-sedu ketika disakiti olehmu.
Aku hanya gadis pisces biasa, yang entah tanpa disadari mengumpat karena takut kehilangan dirimu, yang sedikit posesif ketika tahu bahwa kamu tak hanya menjadikanku satu-satunya.
Aku hanya gadis pisces biasa, yang tidak ingin kamu pergi saat aku sedang mencintaimu, yang sifat cengengnya selalu memuakanmu.
Aku hanya gadis pisces biasa, yang sifat agresifnya terlihat sampah di matamu.
Aku hanya gadis pisces biasa, yang bermimpi bahwa suatu saat nanti cerita kita akan menjadi happily ever after.
Aku hanya gadis pisces biasa, yang terlalu mencintaimu dan berharap selalu bisa merasakan peluk hangatmu.

Tentu aku bukanlah gadis yang kamu harapkan. Karena aku tahu kamu tak suka gadis cengeng dan suka merengek sepertiku. Iya, aku hanya gadis bodoh dengan sepaket ketololannya karena mencintaimu begitu dalam. Dengan segala pengabaianmu, harusnya aku sadar bahwa tak ada lagi yang perlu dilanjutkan apalagi dipertanggung jawabkan. Namun, apakah seorang pria gemini selalu seperti itu; datang dan pergi begitu saja tanpa kata, tanpa maaf, tanpa lambaian tangan. Seolah kamu melupakan kenangan kita begitu saja yang sangat berarti bagiku namun tidak bagimu.

Kembali pada bagian awal, aku seorang gadis pisces dan kamu seorang pria gemini. Aku pemimpi sedangkan kamu penebar janji. Perasaanku selalu kau anggap angin lalu, hanya debu yang tertiup angin dan menjadi remah-remah yang tak akan pernah kau sentuh sama sekali. Kau buat ruang yang luas, kau sediakan banyak mimpi, kau ciptakan jarak jutaan mil. Namun tak kau berikan sedikit saja kesempatan untukku membuktikan bahwa yang selama ini ku rasa adalah cinta yang begitu tulus.
Selama ini, aku terlalu banyak bermimpi. Karena itulah salah satu keahlianku. Namun, sepertinya kali ini aku dilarang untuk bermimpi terlalu jauh, karena kau diciptakan tidak untuk ku gapai.

Dari piscesmu,
yang terlalu banyak bermimpi hingga kesakitan sendiri.

Jumat, 01 Mei 2015

Rinduku masih sama

Ku kira aku bisa sekuat yang ku katakan, tapi nyatanya tetap saja air mataku menetes lagi saat ku lihat diam-diam kamu menunjukan kemesraanmu dengan dia di jejaring sosial mu. Seketika aku ingat, kamu tak seperti itunya saat bersamaku, sangat berbeda dengan dia. Mungkinkah kamu sudah jatuh cinta setengah mati padanya? Atau sudah rindu setengah mati?

Ah, mengapa kamu tak bisa bersikap seperti itu saat masih bersamaku. Hanya bualan dan bualan. Kamu tak pernah benar-benar mencintaiku, tak pernah sedikitpun. Hanya drama manis yang kau lakukan begitu lihai saat bersamaku. Begitu pandai kau memainkan peran sampai-sampai aku tak melihat apa yang ada di balik topengmu. Aku hanya bonekamu, yang senang kau junjung tinggi, kau peluk, kau cium dan kapan saja bisa kau jatuhkan kapanpun kau mau. Seperti itu bukan?

Entah karena aku wanita bodoh yang mudah saja kau permainkan. Atau kamu yang terlalu jahat berhasil membuatku jatuh cinta lalu pergi begitu saja. Mengapa kamu tak pernah lihat bagaimana aku yang rela melakukan apapun agar hubungan kita tetap baik-baik saja? Mengapa kamu tak pernah menengok sedikitpun usahaku agar kamu tetap berada di sisiku? Meskipun hatiku remuk redam saat kau lontarkan dua kata, "kita putus". Segitu sajakah perjuanganmu untuk hubungan kita? Kamu begitu berbeda tak seperti kamu yang dulu begitu manis saat mendekatiku. Aku ingat kamu pernah berkata, kenapa  hanya laki-laki saja yang berjuang dalam suatu hubungan. Rasanya saat itu aku ingin berkata sekeras-kerasnya di telingamu dan mengatakan, "Lalu apa artinya usahaku selama ini untuk tetap berada di sisimu?". Hey aku tak pernah sebecanda itu untuk mencintaimu.

Kamu yang telah membawaku jauh berlari tapi kamu juga yang meninggalkanku sendirian. Selalu ada pertanyaan yang sama, mengapa kamu pergi saat aku yakin bahwa hanya kamu yang akan membuatku bahagia, mengapa kamu menjauh saat aku masih ingin menyelami dirimu. Mengapa semua ini terjadi justru saat aku yakin ingin mempertahankanmu?

Sudah hampir 8 bulan setelah kamu mengakhiri hubungan kita, aku masih merasakan sesak yang sama ketika melihat fotomu. Mengapa kamu terlihat lebih tampan saat kita tak lagi menjalin hubungan? Aku rindu hidungmu, dahimu yang lebar, matamu yang teduh, lenganmu yang berotot, lekukan senyum manismu, renyahnya tawamu, khasnya suara manjamu, aku rindu semua yang jauh sebelum hari-hariku kulewati tanpamu sekarang. Aku tak lagi bisa menikmati itu semua. Tak lagi bisa menatap wajahmu dengan jarak yang begitu dekat. Tak lagi bisa mencium aroma parfummu yang begitu kusukai. Mengapa hal-hal indah itu terjadi sebelum hari ini? Ah, lagi-lagi hanya kenangan yang ku dapatkan, bukan kamu, apalagi cintamu.

Terkadang aku merasa jadi wanita yang paling sedih, wanita yang paling merana karna selalu saja ditinggal saat sedang cinta-cintanya. Ini salah siapa? Salahmu atau salahku? Saat kamu datang begitu manis, mengulurkan tanganmu, berkata bahwa kamu menyukaiku, dan menyakinkanku bahwa aku akan kau jadikan satu-satunya. Aku telah kau buat terlena, mabuk kepayang, jatuh cinta setengah mati, lalu pada akhirnya kau buat sakit hati sendirian.

Setelah 8 bulan, nyatanya aku belum bisa melupakanmu, melupakan segala tentang kita. Dan malam ini aku menangis lagi karena mengingat kita yang dulu begitu berarti bagiku, namun mungkin tidak bagimu. Kita yang dulu sedekat nadi, sebelum sejauh matahari. Kita yang dulu berbagi banyak hal, kini saling tak kenal. Begitu menyakitkan karena sikap manismu dulu berubah 180 derajat setelah aku bukan lagi menjadi siapa-siapa dalam hidupmu. Kamu menjadi sosok yang berbeda dari awal kedekatan kita. Mungkin aku belum tahu banyak tentang dirimu, namun tahukah kamu telah menjadi satu-satunya dalam hatiku.

Kamu tak akan pernah paham bagaimana aku yang ingin terus memperjuangkanmu. Aku selalu menganggapmu yang terbaik meskipun banyak pria berusaha mendekati dan merebut hatiku darimu. Aku meninggalkan mereka, demi kamu-- karena aku percaya bahwa pria biasa sepertimu pun punya kesempatan yang sama untuk membahagiakanku.

Kini, kamu telah berlari dan membiarkanku berjalan jauh di belakangmu. Dan sekarang aku paham, kata cinta yang terucap dari bibirmu hanyalah sandiwara yang kau mainkan begitu lihai. Begitu juga dengan rindu yang terucap dari matamu, hanyalah drama yang kau pentaskan dengan sempurna. Apakah pelukan dan ciumanmu juga bagian dari dramamu? Tentu aku kalah, karena aku tidak pandai bermain peran sepertimu. Yang ku tahu, mencintaimu bukanlah sebuah skenario yang harus ku pertontonkan.

Aku hanya ingin berpesan, jangan pernah menyesal karena kamu memperlakukan aku seperti ini. Aku tidak akan menyumpahi, berdoa pada Tuhan agar Dia mengutukmu, tapi satu hal yang kautahu; tak akan ada cinta yang sama, tak ada perhatian sekuat yang aku punya, tak akan ada perempuan yang mau merendahkan dirinya, hanya demi mencintai pria biasa. Tak akan ada sosok yang mencintaimu dengan sangat sabar, kecuali aku.

Mungkin kamu bahagia karena telah kembali padanya, namun suatu saat waktu pasti akan menunjukkan, betapa selama ini kamu melakukan kebodohan nomor satu karena telah menyia-nyiakan orang yang begitu tulus mencintaimu. Waktu akan membuatmu paham, bagaimana rasanya ditinggalkan saat sedang cinta-cintanya. Saat ini mungkin menurutmu dialah yang terbaik, hanya karena kenanganmu dengan dia belum bisa kamu lupakan. Yang terbaik bagimu belum tentu terbaik di mata Tuhan.

Terima kasih untuk sebulan yang bagiku begitu ajaib. Aku rindu manisnya dirimu. Seandainya kau tahu, aku lelah karena memendam rindu sendirian. Kalau pun kamu tak ingin menemuiku lagi, kalau pun kita tak akan pernah seperti dulu lagi, aku hanya punya satu permintaan. Tolonglah tetap membawa namaku dalam salat lima waktumu sesering ketika aku mengadahkan tangan berdoa agar kamu selalu dilimpahkan kesehatan dan kebahagiaan.

Seandainya kamu tahu, rindu tak pernah sebentar...

Minggu, 19 April 2015

Lelaki dalam imajinasiku

Aku sedang mengagumi seseorang. Bukan. Aku hanya sekedar kagum bukan sedang jatuh cinta. Terkadang seseorang cepat mengejudge bahwa perasaan itu adalah cinta, namun sebenarnya bisa saja hanya sekedar suka atau kagum. Dan aku tak perlu berlebihan mengatakan bahwa ini cinta. Sebab, tak ada getaran yang berarti dan membuat aku salah tingkah ketika tak sengaja saling berpapasan.

Hai, pria yang bersembunyi dibalik guratan senyum dingin. Kamu yang diam-diam telah mencuri perhatiaanku. Dengan wajah polos dan cuek tapi tetap cool, ternyata telah membuatku tak hentinya mengagumimu. Taukah bahwa kamu sedang dikagumi olehku? Ah, rasanya aku tak pandai mengungkapkan rasa kagumku di depanmu. Katakan saja aku ini egois. Aku senang menikmati rasa kagum ini sendiri. Aku hanya bisa bersembunyi di balik senyum dingin.
Caci saja aku sebagai pengecut. Beraninya cuma menulis di blog. Hha bukan urusanmu.

Diam. Tanpa suara.
Aku dan kamu tak jarang dipertemukan. Saling beradu pandang. Tanpa suara. Tanpa guratan senyum.
Lalu di mana sapa yang bisa kutemukan?
Sementara aku berusaha terlihat seperti perempuan normal. Berusaha tak bertingkah saat kamu sama sekali tak menggubris tatapanku.
Ah, aku tak pernah menyerah.
Aku ingin selalu menikmati senyummu. Lalu memotretnya dengan lensa mataku. Dan mengabadikannya di hati...
Oh kenapa lagi-lagi perkara tentang hati.
Sudah ku bilang ini bukan cinta kan?
Namun aku juga tak tahu suatu saat akan berubah menjadi cinta atau hanya berhenti di kata kagum saja.
Yang ingin ku lakukan saat ini, hanya menikmati setiap detik ketika aku menyapu pandangan dan menemukanmu di sana.
Entah sedang apa. Entah kamu dengan siapa.
Aku menikmati setiap lakumu.
Tersenyum sendiri. Merasa geli sendiri. Merasa bodoh sendiri karena hanya bisa berbicara denganmu lewat imajinasi.

Sabtu, 18 April 2015

Monolog dungu 2

"Kamu masih baik-baik saja dengan dia mas? kenapa? apa kamu lupa kemana jalan pulangmu?"

"Aku sakit hati loh! kenapa kamu pergi tanpa pamit?"

"Aku sudah tak sesibuk dulu. Ajak aku pergi kemanapun kamu mau. Seperti dulu yang pernah kamu bilang. Ke anyer atau puncak? Nginep 3 hari ya!" :D

"Atau kita beli satu box pizza besar, kesukaanmu american favorite kan?"

"Dia jauh darimu, kembali padaku saja yang siap siaga selalu ada bersamamu."

"Parfum darimu sudah habis, aku nggak bisa lagi cium bau tubuhmu di bajuku. Ke rumahku ya, bawa parfumnya lagi."

"Aku kangen ketawanya kamu, senyumnya kamu, keselnya kamu, isengnya kamu. Kamu super nyebelin, tapi aku cinta!"

"Ketemu kamu hampir setiap hari seperti dulu, bisa? kangen mau lihat muka kamu yang kusut bangun tidur."

"Cubit pipi aku nih, aku nggak kan
ngambek lagi kok."
 
"Lihat cermin di rumahmu. Kita pernah saling bertatap disitu dan pernah menyimpulkan senyum bahagia. Coba ingat lagi!"

"Nggak usah sama dia mas, temani aku nonton bioskop atau cari novel saja yuk!"

"Aku mau naik sepeda motormu yang bising itu, tapi jangan ngebut-ngebut. Nanti aku cubitin perut kamu yang gendut." :'D

"Kamu nggak ngomelin aku lagi kalau telat makan. Suapin aku lagi biar aku makan lahap. Mau ya?"

"Nggak ada lagi tatapan mata, pelukan, genggaman tangan, bisikin cinta yang membuat aku nyaman. Kamu buat aku terbiasa akan hal itu. Diam, jangan pergi, tetap tinggal di sini."

"Bisa ulang kata-kata ini?, Aku sayang kamu oon! Lucu, tapi aku nggak akan pernah lupa."

"Aku mencintaimu, mas. Cukup sesederhana itu."


Teruntuk pria penggila club arsenal, penyuka psd, penikmat pizza, pemilik hati seorang wanita galau.
Kamu mungkin senang dikejar, namun mungkin kamu tak akan pernah tahu betapa lelahnya mengejar. Suatu saat ketika kamu terlalu senang berlari, kamu lupa bahwa aku sudah berhenti jauh-jauh hari. Maka berhentilah terus berlari, sebelum kamu tahu bahwa aku tak selamanya akan mengejarmu...

Rabu, 15 April 2015

Mungkinkah kamu paham?

Harusnya aku tak perlu lagi mencari tahu tentang dirimu, bagaimana kabarmu. Betapa bodohnya aku, karena tentu jawabannya kau selalu baik-baik saja dengan kekasihmu. Apalagi yang ku harapkan? Cintamu akan kembali padaku? Tentu itu adalah hal yang tak akan mungkin. Bodohnya lagi, aku mencintaimu, sangat mencintaimu, dan masih mencintaimu. Entah apa alasannya perasaan itu tak pernah pudar sedikitpun.

Apalagi ketika aku mengingat tentang apa yang dulu belum sempat terwujud. Saat kamu ingin mengajakku pergi melihat indahnya dunia, hanya berdua. Saat aku begitu penat dan butuh sedikit refreshing. Khayalan seorang gadis bodoh, berandai aku dan kamu bisa menikmati sunset di tepi pantai, kita
saling berpegangan erat dan kepalaku tepat bersandar di pundakmu. Ketika itu aku berandai bisa memilikimu seutuhnya.
Kenyataannya semua hanya mimpi si gadis bodoh yang hobinya hanya bisa menangis, menulis, bermimpi, lalu tak tahu harus berbuat apa saat hatinya sedang kalut seperti ini.

Kamu tak akan pernah tahu bagaimana rasanya jadi aku, yang diburu rindu akan kehadiranmu.
Saat sesekali aku diam-diam melihat percakapan kita di pesan singkat begitu juga di jejaring sosial, aku hanya bisa diam, bibirku bergetar, dan air matapun terjatuh. Sesungguhnya aku tak ingin lagi menangis, tapi pada kenyataannya hatiku tak sekuat baja. Aku ternyata hanya wanita rapuh yang hatinya telah kamu remukan. Aku tak pernah mengerti akan semua ini. Aku tak pernah paham apa maksud segala kebohonganmu yang harusnya tak bisa ku maafkan namun nyatanya selalu bisa aku maafkan, walau kekecewaanku padamu belum hilang sepenuhnya. Iya, karena aku begitu tulus mencintaimu tapi tak pernah kamu sadari sampai kamu kembali pada masa lalu yang jelas-jelas telah menyakitimu.

Kamu tak akan bisa mengerti bagaimana rasanya jadi aku. Jadi wanita yang paling bahagia ketika dinyamankan olehmu lalu hatinya kau patahkan begitu saja saat dia sedang cinta-cintanya. Kamu tak pernah tahu rasanya jadi aku, jadi wanita yang hampir setiap malam menatap ponsel, berharap kamu menghubungiku, menanyakan bagaimana kabarku. Iya, aku wanita bodoh, semua salahku, selalu salahku. Yang tak pernah menyadari bahwa kamu tak akan pernah kembali hanya untuk menanyakan kabar apalagi menemuiku.

Aku tidak bisa lupa suara dengungan sepeda motormu yang begitu bising, saat kamu datang ke rumahku, saat kamu mengantarku pulang sampai depan pagar rumah.
Saat ini, aku tidak bisa berhenti menatap pagar rumah, berharap kamu tiba-tiba datang, menjemputku dengan senyuman manis dan pelukan hangatmu. Aku tidak bisa lupa bagaimana tingkah konyol yang kita lakukan dulu, ketika kita berdansa dan telapak kakiku berada diatas punggung kakimu, bagaimana kamu memperlakukanku layaknya bonekamu. Ketika kamu memelukku erat dari belakang, ketika kamu menggendongku, ketika aku bermanja denganmu, ketika senyum dan tawa ceria itu hadir karenamu. Aku merasa begitu kamu bahagiakan layaknya ratumu. Hubungan kita memang singkat, tapi karena itu semua, karena perlakuanmu yang membuatku susah lupa.

Aku sudah terbiasa dengan hal-hal konyol yang kita lakukan tapi begitu membuatku bahagia. Aku telah terbiasa dengan chat bbmmu, pesan singkatmu, voice note yang sering kamu kirim, genggaman jemarimu, pelukanmu, tatapan matamu, bau tubuhmu, dengungan motormu, sapaan hangatmu, kehadiranmu, dan aku terbiasa dengan kita. Kita yang sekarang hanya menjadi aku dan kamu. Kita yang sekarang seperti tak saling kenal, seperti tak pernah ada hubungan. Sebegitu menyakitkankah?

Kehadiranmu tak pernah aku minta, namun aku tahu perkenalan kita yang lebih dekat, suatu saat akan membuatmu paham bagaimana arti ketulusan yang kamu sia-siakan. Bagaimana ada seseorang yang begitu tulus mencintaimu tanpa mengharap belas kasihmu untuk kembali mencintainya. Kamu tak akan pernah tahu sampai kamu menatap matanya yang kabut karena menahan mendung air mata ketulusan. Yang mendoakanmu begitu tulus agar kamu terus diberi  kesehatan dan kebahagiaan.
Karena aku tak akan lagi pernah bisa menasehatimu agar makan teratur dan tak main hingga larut malam. Aku hanya ingin kamu menjaga kesehatanmu, agar aku tak lagi mencemaskanmu yang tiba-tiba demam tinggi.

Sesungguhnya aku ini wanita paling bodoh karena masih saja memikirkamu padahal kamu telah menghancurkan hatiku berkeping-keping. Tak apa, karena aku yakin suatu saat kau akan menyadari siapa yang selalu ada di sampingmu di dekatmu disaat kau terjatuh, yang selalu setia menunggumu sampai saatnya tiba.

Bila mungkin ada kesempatan kedua, aku berharap kamu tak lagi jadi pria pecundang yang pergi begitu saja tanpa penjelasan apapun. Bila mungkin salah satu mimpiku terwujud, aku hanya ingin memelukmu erat, tak perlu ada percakapan, cukup diam dan aku bisa merasakan degup jantungmu, bagaimana degup cinta baru yang kau miliki tanpa ada cinta masa lalumu. Dan aku tak akan membiarkanmu pergi lagi. Jika mimpiku itu sudah terwujud, benahilah prinsip hidupmu yang tak pantas sama sekali ku jadikan contoh.

Dari wanita
yang telah kau berikan cinta semu,
masih dan sangat mencintaimu.

Jumat, 10 April 2015

Kepergianmu

Aku pernah berkata, dengan siapapun kamu, bagaimana kamu bahagianya dengan yang lain, asalkan kamu tetap hidup, asalkan kamu masih bisa tetap tersenyum. Ketahuilah, aku tak apa. Karna kamu tentu sudah tahu bahwa kamu telah lama usaikan kisah tentang kita. Sejak saat itu, tak ada lagI yang bisa ku urai. Perasaan ini telah lama menjadi batu. Aku tak peduli lagi hati ini mau hidup atau mati. Perasaan itu jelas jawabannya sudah tiada.
Saat ku pikir kamu sudah jauh lebih bahagia dengan dia, aku tak lagi mencemaskanmu. Aku percayakan segalanya pada dia, kekasihmu. Karna aku juga sadar, aku bukan lagi siapamu yang harus selalu tahu bagaimana kabarmu, bagaimana kesehatanmu. Walau sebenarnya aku tahu, keadaanmu tak lebih baik saat masih bersamaku.
Aku tak mau tahu lagi bagaimana kehidupanmu, karna kamu sendiri yang memilih pergi jauh dariku, kemudian memilihnya sebagai pendamping hidupmu.
Aku jalani hari-hariku tanpamu, tentu aku bisa. Karna ketika aku mengingat genggaman tanganmu terakhir kalinya, kamu meyakinkanku bahwa aku akan jauh lebih bahagia tanpamu. Iya, aku bisa lupa betapa sakitnya, betapa hancurnya hatiku ketika kamu memilihnya.
Setahun berlalu, sempat aku mendengar kabarmu tak lebih baik, kamu mengalamI koma beberapa bulan. Sempat tersirat, aku ingin menjengukmu, melihat keadaanmu, tapi siapalah aku. Aku mungkin bukan salah satu wanita yang kamu harapkan kedatangannya. Apalagi dia, kekasihmu. Mungkin melihatku saja dia tak sudi.
Dan hari itu, setelah kamu sudah pulih dari koma. Tiba-tiba kamu datang menemuiku. Aku melihat ragamu tapi bukan jiwamu yang dulu. Dengan wajahmu yang begitu pucat, tubuhmu yang begitu kurus. Kamu bukan lagi yang ku kenal dulu. Saat bertemu kamu terakhir kala itu, tak ada lagi perasaan yang ku bangga-banggakan seperti dulu, tak ada lagi perasaan bahagia yang dulu membuat jantungku berdetak kencang. Aku sudah mati rasa padamu. Iya, perasaanku sudah benar-benar mati.
Tapi caramu menatapku masih sama seperti dulu. Mata itu tak pernah berubah, mata yang selalu berbicara ketika kamu begitu merindukanku. Iya, aku bisa lihat.
Kamu meminta maaf atas kesalahanmu dulu, tentu kamu tahu, aku sudah memaafkanmu jauh sebelum kamu datang pada hari itu. Sempat kamu berkata, jika hubunganmu dengan kekasihmu sudah berakhir, dan kamu menanyakan apakah aku sudah menikah atau belum. Aku tak mengerti apa maksud pembicaraanmu. Seperti kata yang yang tersirat, tapi tak aku mengerti. Kamu mengajakku pergi saat itu, tapi aku tak mau. Karna aku berusaha menghindar darimu, karna aku tak mau lagi berurusan dengan hidupmu yang begitu rumit.
Sebulan setelah kedatanganmu yang tiba-tiba. Aku mendengar kabar bahwa kamu sudah meninggal dunia. Aku sempat tak percaya, tapi air mataku tak menetes sedikit pun, aku tak bisa menangis. Kenapa aku ini. Kenapa saat aku tahu pria yang dulu begitu ku cintai pergi, aku tak bisa sedikitpun menangis.
Apa ini tujuanmu memilih pergi jauh dari ku lalu memilihnya, agar aku tak menangis lagi saat aku benar-benar kehilanganmu. Saat kamu benar-benar pergi dan tak akan pernah kembali lagi?
Oh Tuhan, jika aku tahu kedatangannya saat itu untuk yang terakhir kalinya, mungkin aku tak berpikir panjang untuk menghabiskan hari menemaninya. Ku pikir, dia datang untuk kembali, tapi nyatanya dia pamit untuk pergi selama-lamanya. Kini, tak ada lagi kamu yang datang dan pergi semaumu, tak ada lagi yang menarik ulur hatiku hingga aku kelelahan sendiri.
Saat aku melihat pusaramu, baru disitulah aku menangis sekencang-kencangnya. Melihat pusaramu seperti aku melihatmu menatapku.
Oh Tuhan, Engkau telah mengambilnya. Aku masih tak percaya, aku seperti mimpi. Tapi kenyataannya, ini bukan mimpi. Ini kenyataan yang harus ku terima.
Aku telah merelakanmu dengan dia, kekasihmu, dan kini aku harus merelakanmu di sisi-Nya.
Aku telah lama belajar ikhlas, dan kamu mengajariku apa artinya sebuah keikhlasan untuk melepas apa yang bukan menjadi hak kita.
Aku tak pernah menyesal mengenalmu. Karna darimu aku belajar, bagaimana sakitnya menyia-nyiakan orang yang begitu mencintai kita.
Tentu saat ini kamu tak lagi merasa kesakitan, dan kamu harus tahu. Aku dan kekasihmu, sekarang berteman baik. Kamu pasti tersenyum di sana melihatku bersamanya dengan hubungan yang baik. Aku akan sering-sering mengunjungimu dengannya. Aku tak akan pernah melupakanmu, karna kamu sudah ada di sini, di hatiku, dan tak akan pernah tergantikan oleh siapapun. Meskipun saat terakhir kepergianmu, perasaanku padamu sudah tak ada lagi.
Kamu, tidurlah dengan tenang. Aku disini selalu mendoakanmu.

Eka Purna Yudha :)

Selasa, 17 Maret 2015

Ternyata tak lebih dari seorang pecundang

Aku terbalut luka yang begitu dalam, saat aku tahu bahwa kau tak pernah mencintaiku, lebih tepatnya berpura-pura mencintaiku.
Lalu apa arti semuanya?
Pelukanmu, ciumanmu, tatapan matamu. Apa arti itu semua?
Apa kau bisa menjawab?
Saat hati dan perasaanku, kuberikan seluruhnya untuk kamu, hanya untuk kamu.
Aku begitu bodoh mengartikan segala hal manis yang kamu beri.
Seandainya aku tahu, bahwa kedekatan kita hanya membuatku terluka lebih parah.
Harusnya aku menampik saat kau mengulurkan tanganmu hingga membawaku terlalu jauh dalam permainan cintamu.
Harusnya aku tak membalas cinta semu yang kamu tawarkan.
Aku sungguh begitu mencintaimu, tulus tanpa syarat apapun.
Terkadang aku berfikir, dimana salahku hingga cinta ini begitu menyakitkan.
Saat pikiran dan hatiku hanya tertuju padamu, kamu pergi tanpa alasan, tanpa sepatah katapun.
Dan kau memilih kembali padanya.
Tanpa ada penjelasan mengapa kamu lebih memilihnya.
Bukankah kamu pernah berkata jika kamu sudah melupakannya jauh sebelum kamu dekat denganku.
Kamu menjilat ludahmu sendiri, kamu ternyata pria yang tak lebih dari seorang pecundang.
Ku pikir prinsip yang selalu kamu katakan padaku akan selalu kamu buktikan, tapi kenyataan terbalik.
Dan sekarang apa kamu pantas ku jadikan contoh?
Aku tak ingin membencimu
Aku tak ingin mencaci maki kamu
Karna aku tahu, kamu pernah kucintai begitu tulus mungkin hingga saat ini.
Tak seharusnya kamu bersembunyi dibalik kesalahanmu.
Tak seharusnya kamu meminta maaf pada orang lain padahal akulah wanita yang kamu sakiti begitu parah.
Saat ini, aku hanya ingin kamu menjadi pria yang bertanggung jawab atas apa yang kamu lakukan.
Aku tak pernah menyesal pernah menjadi milikmu, yang aku sesali mengapa aku terlalu cepat memberikan seluruh hatiku padamu.
Jika kamu merasa pria yang begitu mencintai ibumu, maka lihatlah aku; wanita sama seperti ibumu. Mengapa kamu tega melukai perasaannya dan membiarkan air matanya terjatuh karna mencintaimu begitu dalam.

Kamu...
maaf jika aku mengatakan ini.
Pria pecundang yang pergi tanpa pamit
Selamat berbahagia :)

Ternyata tak lebih dari seorang pecundang

Aku terbalut luka yang begitu dalam, saat aku tahu bahwa kau tak pernah mencintaiku, lebih tepatnya berpura-pura mencintaiku.
Lalu apa arti semuanya?
Pelukanmu, ciumanmu, tatapan matamu. Apa arti itu semua?
Apa kau bisa menjawab?
Saat hati dan perasaanku, kuberikan seluruhnya untuk kamu, hanya untuk kamu.
Aku begitu bodoh mengartikan segala hal manis yang kamu beri.
Seandainya aku tahu, bahwa kedekatan kita hanya membuatku terluka lebih parah.
Harusnya aku menampik saat kau mengulurkan tanganmu hingga membawaku terlalu jauh dalam permainan cintamu.
Harusnya aku tak membalas cinta semu yang kamu tawarkan.
Aku sungguh begitu mencintaimu, tulus tanpa syarat apapun.
Terkadang aku berfikir, dimana salahku hingga cinta ini begitu menyakitkan.
Saat pikiran dan hatiku hanya tertuju padamu, kamu pergi tanpa alasan, tanpa sepatah katapun.
Dan kau memilih kembali padanya.
Tanpa ada penjelasan mengapa kamu lebih memilihnya.
Bukankah kamu pernah berkata jika kamu sudah melupakannya jauh sebelum kamu dekat denganku.
Kamu menjilat ludahmu sendiri, kamu ternyata pria yang tak lebih dari seorang pecundang.
Ku pikir prinsip yang selalu kamu katakan padaku akan selalu kamu buktikan, tapi kenyataan terbalik.
Dan sekarang apa kamu pantas ku jadikan contoh?
Aku tak ingin membencimu
Aku tak ingin mencaci maki kamu
Karna aku tahu, kamu pernah kucintai begitu tulus mungkin hingga saat ini.
Tak seharusnya kamu bersembunyi dibalik kesalahanmu.
Tak seharusnya kamu meminta maaf pada orang lain padahal akulah wanita yang kamu sakiti begitu parah.
Saat ini, aku hanya ingin kamu menjadi pria yang bertanggung jawab atas apa yang kamu lakukan.
Aku tak pernah menyesal pernah menjadi milikmu, yang aku sesali mengapa aku terlalu cepat memberikan seluruh hatiku padamu.
Jika kamu merasa pria yang begitu mencintai ibumu, maka lihatlah aku; wanita sama seperti ibumu. Mengapa kamu tega melukai perasaannya dan membiarkan air matanya terjatuh karna mencintaimu begitu dalam.

Kamu...
maaf jika aku mengatakan ini.
Pria pecundang yang pergi tanpa pamit
Selamat berbahagia :)

Jumat, 13 Maret 2015

Cinta tanpa kata

Kau datang tanpa kata
Kau ajariku tentang cinta
Cinta yang hanya di hati padamu
Kau tak pernah sadari
Kau pergi tanpa kata
Kau ajariku tentang luka
Luka yang hanya di hati
Karnaku mencinta tanpa kata
Apa yang harus ku lakukan
Tuk membuatmu mencintaiku
Sungguh aku tak bisa membunuh
Perasaanku kepadamu
Dimana salahku hingga cinta ini menyakiti
Sungguh aku tak ingin kehilanganmu selamanya
selamanya...

Kamis, 12 Maret 2015

Harusnya tak seperti ini :')

Aku suka caramu menatapku diam-diam
Aku suka saat kamu mengenggam erat tanganku
Aku suka caramu menciumku
Aku suka saat melihatmu tertawa karnaku
Aku suka saat bersandar di pundakmu
Aku suka saat pelukanmu membuatku nyaman
Aku suka melihatmu saat bangun dari tidurmu
Aku suka saat kakiku diatas kakimu kemudian kita saling berpegangan erat
Aku suka segala caramu yang manis
Aku suka caramu yang membuatku begitu bahagia
Diam-diam ternyata kamu sudah mengambil hatiku mas saat awal kedekatan kita.
Iya, saat kamu selalu hadir dalam hari-hariku.
Saat aku tak percaya lagi apakah aku bisa jatuh cinta lagi.
Saat aku tak percaya bahwa lukaku yang sebelumnya tak akan bisa sembuh.
Kamu hadir, saat aku butuh seseorang yang bisa membuatku berdiri lagi.
Dan kamu datang membuat hari-hariku lebih bermakna.
Kamu mas, cuma kamu yang bisa sembuhkan luka.
Saat pria lain hadir tapi selalu ku tampik dan pada akhirnya aku memilihmu.
Memilihmu yang ku pikir bisa membahagiakanku hari ini, besok, dan seterusnya.
Tapi, aku salah...
Begitu cepat semua datang, begitu cepat juga semua pergi.
Kebahagiaan yang kupikir selamanya, ternyata hanya menambah luka yang baru.
Kupikir mencintaimu tak akan membuatku terluka.
Tapi nyatanya aku terluka mencintaimu.
Tak bisakah kamu lihat wanita yang selalu ada tapi kamu sia-siakan kemudian memilih pergi bersama wanita yang dulu telah menyakitimu?
Bagimu ternyata aku hanya sekedar persinggahan bukan tujuan.
Aku bukan tempat saat kau ingin pulang.
Aku hanya tempat sampahmu saat kamu ingin membuang semua keluh kesahmu.
Aku yang tak pernah berarti apapun di matamu.
Aku sadar, aku bukan seseorang yang mengerti jauh tentang kehidupanmu, bagaimana sifatmu, bagaimana prinsip yang selalu kamu jelaskan padaku.
Aku paham, aku bukan wanita yang bisa mengerti ambisimu.
Aku hanya wanita yang tahunya akan kamu janjikan untuk dibahagiakan bukan disakiti.
Aku wanita yang kamu ajak terbang tinggi lalu kamu biarkan aku mengepakkan sayap sendiri lalu terjatuh.
Harusnya dari awal aku tahu kedekatan kita hanyalah sekedar caramu hilangkan rasa jenuhmu, rasa kesendirianmu.
Bukan karna kamu sungguh-sungguh mencintaiku.
Harusnya aku tak perlu begitu larut dalam permainan cintamu.
Harusnya aku tak perlu sebahagia itu saat kata-kata dan sikapmu yang begitu manis meluluhkan hatiku.
Jika pada akhirnya kamu memilih pergi dariku lalu kembali lagi dalam kenangan kalian yang ternyata belum berujung.
Aku akui kamu hebat mas.
Hanya dengan waktu singkat kamu bisa membuatku luluh dalam dramamu, drama yang kau buat dan akulah yang menjadi sad endingnya.
Dan kalian selamat berbahagia dan tertawa diatas luka seorang wanita yang tak tahu apa-apa.
Haruskah aku membenci kalian?
Haruskah?
Aku lelah menata hati dan menjadikannya kembali sempurna.
Harusnya kamu tahu, aku ini wanita cengeng luar biasa, wanita yang berkali-kali disakiti pria.
Tak seharusnya kamu datang jika hanya untuk pergi dan membuatku terpuruk lagi.
Salahku yang terlalu percaya pada kata manismu yang semu.
Salahku yang tak bisa mencegah hingga perasaan ini begitu dalam.
Namun aku harus terus berjalan.
Kamu telah membuatku begitu kecewa dan terluka begitu dalam.
Entahlah...rasanya aku ingin membencimu agar cinta ini tak lagi menyakiti.
Sekarang, bahagialah bersamanya
Karna aku tahu; aku bukanlah tempat untuk kau pulang.
Aku bahagia pernah sangat mencintaimu begitu tulus, dan kamu tak pernah tahu itu.
Aku sudah berjanji bukan tak akan lagI mengganggu hidupmu.
Aku pergi tanpa kamu minta.
Karna aku sadar, aku tak pernah ada di hatimu mas.
Terima kasih untuk setiap detik yang kamu sempatkan dulu saat bersamaku.
Terima kasih untuk cinta semu yang kamu beri.
Terima kasih untuk segala kenangan singkat yang buatku begitu berarti.
Kini biarkan aku sembuhkan lukaku sendiri.
Mencoba ikhlas tanpa ada rasa benci.

Aku;
Wanita yang katamu terlalu baik,
rasanya memang tak pantas memperjuangkanmu sedalam itu.

Minggu, 22 Februari 2015

Semoga kamu baca ini :')

Inget nggak waktu kita sering voicenote-an di bbm?
Kamu sering becandain aku, kamu bilang kamu mau cubitin pipi aku kalau kita ketemu.
Inget nggak waktu itu kamu kirim voicenote dan bilang kalau kamu suka sama aku. Inget nggak?
Terus aku bilang kalau aku nggak bisa jawab saat itu juga padahal aku juga mulai suka sama kamu.
Sepulang aku kerja, kamu ajak aku makan dan kamu terus tanya jawaban aku apa, kamu pegang tangan aku, aku bilang iya, aku mau jadi pacar kamu.
Saat itu juga aku bilang sama kamu jangan buat aku sakit hati. Dan kamu bilang "iya aku janji".
Apa kamu ingat?
Sejak saat itu kamu tahu? Aku bahagia. Aku nggak pernah sebahagia itu. Karna kamu aku bisa lupain masa lalu yang buat aku sakit. Aku bisa lupain kesedihan aku yang berlarut-larut. Dan semua itu karna kamu. Karna kamu yang buat aku jatuh cinta lagi.
Inget nggak saat kita ketemu hampir tiap hari?
Aku selalu bawain kamu makanan, terus kamu bilang "pasti aku lebih senang kalau kamu yang masak".
Maaf kalau aku nggak bisa masak buat kamu.
Ingat nggak waktu aku bantuin kamu nyapu rumah, jemur baju kamu, nyetrika baju kamu. Aku nggak tega kamu ngelakuin itu sendirian.
Dan apa kamu ingat waktu kamu sakit, badan kamu panas tinggi, aku ke rumah kamu, aku mau anterin kamu ke dokter tapi kamu malah nggak mau. Aku mau beliin kamu makan tapi kamu malah tarik tangan aku. Seandainya kamu tahu, aku begitu khawatir, aku cuma takut kamu kenapa2. Kamu tinggal sendirian dan nggak ada yang ngurusuin kamu, apa saat itu aku mesti diam aja? Aku cuma mau selalu ada buat kamu. Aku mau selalu ada saat kamu butuhin aku, saat nggak ada yang peduli sama kamu.
Tapi nggak tau kenapa kamu selalu bilang kalau aku ini terlalu baik buat kamu, kamu bilang kamu nggak pantas buat aku.
Saat itu juga aku merasa takut kehilangan kamu, aku takut. Aku nggak mau hal yang lalu terjadi lagi sama aku. Aku merasa sedih setiap kali kamu bilang kata-kata itu.
Dan nggak tau kenapa saat kita berdua lagi ketawa bareng becanda bareng, saat kamu lagi manjain aku, pasti di akhir itu kita selalu berantem adu debat entah masalah mantan entah karna sikap aku. Kamu tahu? saat itu aku berusaha mengecilkan egonya aku, aku nggak mau jadi api yang semakin membakar amarah kamu. Kejadian itu nggak terjadi sekali dua kali tapi berulang kali dan kamu selalu menyalahkan aku. Dan berulang kali juga aku selalu minta maaf sama kamu. Iya memang aku yang salah, aku nggak tahu kalau kamu akan semarah itu sama aku.  Seandainya kamu tahu, aku sedih setiap kali kamu diemin aku, setiap kali kamu bilang kata putus. Saat itu aku benar-benar takut kamu pergi dan aku akan benar-benar kehilangan kamu.
Entah kenapa sejak saat itu aku menjadi wanita cengeng luar biasa di hadapan kamu. Aku jadi wanita lemah yang nggak mau kehilangan cinta yang udah membuatku bisa jatuh cinta lagi.
Dan saat itu kamu mungkin udah cape sama sikap aku, kamu marah besar sama aku karna mantan aku kirim tweet di twitter aku. Kamu langsung bilang "udahlah aku cape, kita putus aja." Sebesar itukah kesalahan aku?
Seandainya kamu tahu, aku lebih sakit dari yang kamu bayangkan. Mantan kamu yang ternyata masih berharap kamu kembali, dan dia selalu mencari tahu tentang kamu.
Sebenarnya aku udah punya feeling kalau memang kamu masih berhubungan sama dia. Dan ternyata benar, saat dia upload foto screenshot, dan disitu kamu bilang "aku lebih sayang kamu, dibandingkan diri aku sendiri. Aku akan selalu seperti ini ada buat kamu sampai kamu benar-benar menemukan pengganti aku."
Saat itu, aku nggak tahu harus bilang apa, aku lebih kecewa, aku lebih sakit, aku lebih sedih dari apa yang kamu rasakan.
Apa kamu ingat, waktu aku ke rumah kamu terus aku nemuin stik name yang sama persis seperti yang kamu kasih ke aku, dibalik tulisan nama kamu ada nama dia, mantan kamu. Di hadapan aku, kamu matahin stik name itu dan kamu bilang "aku udah lupain dia jauh sebelum aku kenal dekat sama kamu." Terus kamu peluk aku dan bilang, "aku sayang sama kamu oon."
Apa kamu ingat?
Kamu seakan meyakinkan aku, kalau kamu nggak akan pernah pergi, karna saat itu kamu bilang "aku tahu kemana jalan pulang kok."
Aku inget banget, waktu kamu bilang, "aku begini, buat melamar kamu tau."
Aku cuma bisa senyum tapi aku nggak tahu harus percaya atau nggak. Mungkin itu hanya sekedar candaan kamu biar aku nggak terlalu sedih karna putus sama kamu. Bahkan saat kita udah putus, kamu selalu meyakinkan aku kalau kamu nggak akan pernah pergi dan nggak akan kembali sama dia, karna kamu udah punya prinsip.
Iya, prinsip dan prinsip. Sampai kamu lupa prinsip kamu tak pernah menggunakan hatimu kan?
Lama kelamaan kita semakin jarang bbman, kamu udah jarang kasih aku kabar, kamu lebih cuek, kamu udah nggak peduli sama kondisi aku yang suka kambuh karna telat makan. Karna biasanya kamu selalu khawatir kalau maag aku suka kambuh. Perhatian sederhana itu nyatanya udah nggak ada, udah bukan hal yang penting untuk sekedar kamu tahu.
Kamu pernah bilang "walaupun kita udah putus, tapi kamu boleh kok main ke rumah, mungkin kalau aku libur nanti aku ke rumah kamu."
Sejak saat itu aku selalu berharap kamu ke rumah saat libur weekend, tapi nyatanya kamu selalu bilang, "aku sibuk aku lembur terus." dan seterusnya kamu selalu bilang seperti itu. Kamu udah nggak punya waktu lagi buat aku bahkan hanya sekedar menyapa di chat bbm. Kita seperti orang yang tak pernah saling kenal, seperti tak pernah ada hubungan.
Padahal aku selalu nunggu chat dari kamu walau hanya sekedar berkata "hai".
Pernah sesekali kita bicara panjang di bbm, dan kamu bilang kalau mamamu sudah kembali ke rumah. Aku senang mendengarnya karna kamu mungkin tak lagi merasa cemas dan tak lagi merasa sendirian di rumah. Sudah ada yang lebih memperhatikan pola makanmu dan kamu tak lagi bisa main sampai larut malam.
Saat itu juga entah kenapa kamu tiba-tiba bilang kalau aku nggak perlu kasih perhatian lebih lagi sama kamu, kamu bilang nggak seharusnya sikap aku seakan-akan masih jadi pacar kamu, dan kamu bilang aku nggak usah lagi sering-sering ke rumah kamu lagi karna kamu dan aku bukan siapa-siapa kamu lagi.
Dan satu hal yang membuat aku jauh lebih sakit. Kamu bilang aku sudah jadi masa lalu kamu.
Secepat itukah? Seolah-olah kamu udah lupain semuanya, semua tentang kita, semua yang menurut aku begitu indah walau singkat..
Apa kenangan kita nggak pernah ada sedikitpun dalam benak kamu. Sebegitu mudahkah kamu anggap semua itu nggak pernah ada?
Ingat nggak waktu aku kasih setoples bintang-bintang yang didalamnya ada kata-kata?
Aku buat itu sampai larut malam, aku buat itu dengan harapan kamu akan baca semua isinya. Berharap kamu tau begitu aku sangat mencintai kamu. Berharap kamu kembali. Berharap kamu sadar kalau cuma aku yang selalu ada buat kamu, kalau cuma aku yang tulus sayang sama kamu.
Tapi rasanya kamu nggak akan pernah baca semuanya.
Dan hari dimana aku tau yang sebenarnya kenapa sikap kamu berubah. Saat aku lihat display picture di bbm kamu, ada foto dia, iya mantan kamu.
Saat itu, hati aku benar-benar sakit.Rasanya aku mau ngelupain semuanya. Rasanya aku nggak pernah mau kenal kamu lagi. Aku muak dengan segala kebohongan kamu. Aku muak dengan sikap kamu yang selalu menyalahkan aku atas semua pertengkaran yang terjadi saat kita masih bersama.
Kamu seolah membalikan fakta. Aku masih ingat, kamu bilang kamu nggak mau berurusan lagi sama mantan kamu, kamu bilang kalau kamu udah hapus semua yang berhubungan dengan dia. Tapi kenyataan parah. Kamu balikan lagi sama dia kan?
Di mana hatimu mas?
Saat kita berantem karna masalah mantan aku, mungkin kamu selalu berpikir kalau aku belum bisa lupain mantan aku. Kamu selalu menyalahkan aku atas semuanya. Dan sekarang terbukti kan siapa yang belum bisa lupa mantan?
Aku nggak habis pikir kalau kamu sejahat itu sama aku.
Seandainya kamu tau, aku selalu jujur kalau aku lupain semua yang berhungan dengan mantan. Aku cuma anggap mereka teman dan nggak lebih dari itu.
Itu alasannya kenapa aku nggak mau kamu berhubungan sama dia, aku selalu larang kamu buat hubungi dia. Karna aku tau dia masih berharap kamu kembali, dia nggak pernah bisa relain kamu.
Ketakutan aku selama ini benar kan? Feeling aku nggak pernah salah kan?
Padahal aku tulus sayang sama kamu, aku mau yang selalu ada buat kamu, tapI kenapa kamu malah balikan lagi sama dia sih?
Pernah tau sedikit aja gimana perasaan aku?
Pernah mikirin nggak gimana sakitnya jadi aku?
Kamu mungkin nggak pernah tau gimana rasanya ada di posisi aku sekarang.
Beribu alasan kamu meyakinkan aku, ternyata beribu alasan itu juga yang menyakitkan aku. Kamu tunjuk-tunjuk aku seolah aku yang selalu salah.
Kamu jahat ya :')
Dengan alasan fokus dengan pekerjaanmu yang terlampau sibuk, mamamu yang sedang sakit, kehidupan keluargamu, dan alasan-alasan lain agar kamu menjauh perlahan dariku. Kenyataannya semua alasan itu tak pernah berarti hingga kamu kembali padanya.
Jika seandainya dia nggak pernah datang lagi, jika seandainya dia nggak lagi menghubungimu, jika seandainya dia nggak mengingatkan kamu tentang kenangan kalian, apa kita masih bersama saat ini?
Jika seandainya pertengkaran itu nggak pernah terjadi, apa kita masih akan baik-baik saja saat ini?
Aku cuma mau kamu tau mas, aku begitu bahagia saat bersama kamu, begitu nyaman, begitu istimewa saat kamu manjain aku.
Kenapa saat aku lagi ngerasain cinta-cintanya?
Kenapa saat aku yakin kalau kamu yang terbaik buat aku?
Kenapa saat aku percaya kalau kamu adalah masa depan yang akan selalu membuatku bahagia?
KENAPA?
Begitu banyak pertanyaan yang nggak akan pernah mungkin kamu jawab.
Hanya diam, kemudian pergi.
Sebegitu kejamkah?
Haruskah aku menyalahkan dia yang masih saja mengejarmu?
Haruskah aku seperti dia yang menjadi pengganggu dalam hubungan ini agar kamu kembali lagi padaku?
Haruskah aku menangis lagi seperti saat itu agar kamu tak pergi?
Haruskah aku seperti itu agar kamu tetap tinggal bersamaku?
Aku sedang dalam posisi dia saat itu bukan?
Terkatung-katung sendirian, melihat orang yang aku cintai ternyata dengan orang lain. Berpura-pura kuat padahal hatinya begitu hancur.
Aku juga pernah dalam posisinya sekarang bukan?
Ditinggikan olehmu, dimanjakan olehmu, dibahagiakan olehmu.
Namaku pernah ada dalam status bbm mu dan sekarang kamu ganti dengan namanya.
Entah aku harus bicara apa.
Seolah semuanya terbalik, begitu sakit yang aku rasa.
Kamu mungkin tak akan pernah peduli lagi dengan apa yang terjadi padaku.
Saat aku lelah karna bekerja, kamu selalu menguatkan aku supaya aku nggak nangis lagi. Saat maag aku kambuh kamu selalu takut aku kenapa-kenapa sampai kamu pernah bilang "biar aku aja yang sakit supaya kamu nggak lagi ngerasain sakit kaya gini lagi".
Jujur, aku kangen, aku kangen saat-saat kita masih bersama.
Saat kamu selalu genggam tanganku, saat kamu tatap mata aku, saat kamu manjain aku. Aku kangen :') tapi aku bisa apa?
Ingat nggak saat aku mau pulang dari rumah kamu, kita selalu gantian cium pipi, dahi, dan bibir. Kebiasaan itu selalu membuat aku sedih saat aku mengingatnya.
Sekarang kita udah nggak sama-sama lagi.
Apa saat ini kamu merasa bebas karna nggak akan lagi kamu dengar suara rengekanku ketika aku menangis?
Apa saat ini kamu merasa jauh lebih bahagia karna tak ada lagi aku yang mengganggu hari-harimu?
Mungkin, karna sekarang kamu sudah mendapatkannya kembali bukan?
Haruskah aku membenci wanita itu mas?
Apakah dia adalah seorang wanita yang lebih tabah dariku mas?
Apakah dia tahu bagaimana rasanya jadi wanita yang disia-siakan begitu saja saat dia sedang cinta-cintanya, saat dia dinyamankan olehmu kemudian pergi begitu saja?
Apa dia setabah itu? :')
Setabah aku yang hatinya kamu hancurkan berkeping-keping.
Aku mau kamu kembali mas, karna kamu selalu bilang kalau kamu tau kemana harus pulang.
Aku mau belajar masak buat kamu kok, tapi apa dengan begitu kamu mau kembali lagi? :')
Seandainya kamu tau, aku terlalu sakit mas, aku terlalu kecewa, tapI semua itu nggak sedikitpun merubah rasa cinta aku sama kamu.
Aku pernah bilang kan, kalau bukan sekali dua kali aku dikecewakan disakiti oleh pria, dan sekarang kamu yang lakukan itu, rasanya sepertI baru pertama kali aku rasa sakitnya begitu parah.
Harusnya kamu tak datang jika hanya untuk menguatkan lalu menjatuhkan lagi.
Harusnya kamu tak mendekat jika pada kenyataannya kamu masih mencintainya dan berharap dia kembali lagi.
Kenapa kamu setega itu mas?
Apa karna aku wanita lemah yang tak pantas untuk dibahagiakan?
Padahal aku berjuang mencintaimu begitu tulus. Tak pernahkah kamu lihat itu?
Sekarang kamu dengan dia dengan jarak yang begitu jauh.
Apa dia bisa memperhatikanmu seperti aku yang dulu begitu memperhatikanmu?
Aku yang begitu dekat malah kamu sia-siakan. Rasanya begitu bodoh kamu itu.
Rasanya aku ingin tertawa sekencang-kencangnya kenapa kamu malah memilih dia yang telah menyia-nyiakanmu.
Kenangan kita memang singkat, iya hanya sebulan kita jadian kan, tentu berbeda jauh dengan kalian yang punya cerita indah selama bertahun-tahun.
Tapi sebulan itu buatku seperti bertahun-tahun mas, aku mengenalmu bukan hanya saat itu, bukankah kita sudah saling kenal sejak sekolah dasar. Kamu yang pernah bilang kalau sebenarnya kamu pernah menyukaiku saat sekolah dasar tapi tak pernah berani kamu ungkapakan.
Jika seandainya dulu kamu bilang dari awal, apa mungkin kita akan bersama selama bertahun-tahun?
Ah, mungkin aku yang berkhayal tinggi. Bukankah itu hanya perasaan anak bocah yang taunya hanya cinta monyet.
Kenangan kita buatku begitu indah, yang telah kamu lakukan begitu membuatku terbang tinggi hingga pada akhirnya aku yang kamu jatuhkan.
Saat ini aku hanya ingin kamu tau, aku mencintaimu sejak aku kamu bahagiakan sampai saat ini kamu sakiti.
Aku tau kesalahanku, tapI aku juga tau dimana kesalahanmu yang membuatmu pergi dengan sendirinya.
Mungkin bahagiamu bukan bersamaku tapi bersamanya.
TapI satu hal, aku yang lebih banyak menangis karnamu. Aku yang lebih tersakiti olehmu.
Semoga kamu tau, tak ada yang bisa mencintaimu setulus aku mencintaimu mas :')

Semoga kamu baca ini :')

Inget nggak waktu kita sering voicenote-an di bbm?
Kamu sering becandain aku, kamu bilang kamu mau cubitin pipi aku kalau kita ketemu.
Inget nggak waktu itu kamu kirim voicenote dan bilang kalau kamu suka sama aku. Inget nggak?
Terus aku bilang kalau aku nggak bisa jawab saat itu juga padahal aku juga mulai suka sama kamu.
Sepulang aku kerja, kamu ajak aku makan dan kamu terus tanya jawaban aku apa, kamu pegang tangan aku, aku bilang iya, aku mau jadi pacar kamu.
Saat itu juga aku bilang sama kamu jangan buat aku sakit hati. Dan kamu bilang "iya aku janji".
Apa kamu ingat?
Sejak saat itu kamu tahu? Aku bahagia. Aku nggak pernah sebahagia itu. Karna kamu aku bisa lupain masa lalu yang buat aku sakit. Aku bisa lupain kesedihan aku yang berlarut-larut. Dan semua itu karna kamu. Karna kamu yang buat aku jatuh cinta lagi.
Inget nggak saat kita ketemu hampir tiap hari?
Aku selalu bawain kamu makanan, terus kamu bilang "pasti aku lebih senang kalau kamu yang masak".
Maaf kalau aku nggak bisa masak buat kamu.
Ingat nggak waktu aku bantuin kamu nyapu rumah, jemur baju kamu, nyetrika baju kamu. Aku nggak tega kamu ngelakuin itu sendirian.
Dan apa kamu ingat waktu kamu sakit, badan kamu panas tinggi, aku ke rumah kamu, aku mau anterin kamu ke dokter tapi kamu malah nggak mau. Aku mau beliin kamu makan tapi kamu malah tarik tangan aku. Seandainya kamu tahu, aku begitu khawatir, aku cuma takut kamu kenapa2. Kamu tinggal sendirian dan nggak ada yang ngurusuin kamu, apa saat itu aku mesti diam aja? Aku cuma mau selalu ada buat kamu. Aku mau selalu ada saat kamu butuhin aku, saat nggak ada yang peduli sama kamu.
Tapi nggak tau kenapa kamu selalu bilang kalau aku ini terlalu baik buat kamu, kamu bilang kamu nggak pantas buat aku.
Saat itu juga aku merasa takut kehilangan kamu, aku takut. Aku nggak mau hal yang lalu terjadi lagi sama aku. Aku merasa sedih setiap kali kamu bilang kata-kata itu.
Dan nggak tau kenapa saat kita berdua lagi ketawa bareng becanda bareng, saat kamu lagi manjain aku, pasti di akhir itu kita selalu berantem adu debat entah masalah mantan entah karna sikap aku. Kamu tahu? saat itu aku berusaha mengecilkan egonya aku, aku nggak mau jadi api yang semakin membakar amarah kamu. Kejadian itu nggak terjadi sekali dua kali tapi berulang kali dan kamu selalu menyalahkan aku. Dan berulang kali juga aku selalu minta maaf sama kamu. Iya memang aku yang salah, aku nggak tahu kalau kamu akan semarah itu sama aku.  Seandainya kamu tahu, aku sedih setiap kali kamu diemin aku, setiap kali kamu bilang kata putus. Saat itu aku benar-benar takut kamu pergi dan aku akan benar-benar kehilangan kamu.
Entah kenapa sejak saat itu aku menjadi wanita cengeng luar biasa di hadapan kamu. Aku jadi wanita lemah yang nggak mau kehilangan cinta yang udah membuatku bisa jatuh cinta lagi.
Dan saat itu kamu mungkin udah cape sama sikap aku, kamu marah besar sama aku karna mantan aku kirim tweet di twitter aku. Kamu langsung bilang "udahlah aku cape, kita putus aja." Sebesar itukah kesalahan aku?
Seandainya kamu tahu, aku lebih sakit dari yang kamu bayangkan. Mantan kamu yang ternyata masih berharap kamu kembali, dan dia selalu mencari tahu tentang kamu.
Sebenarnya aku udah punya feeling kalau memang kamu masih berhubungan sama dia. Dan ternyata benar, saat dia upload foto screenshot, dan disitu kamu bilang "aku lebih sayang kamu, dibandingkan diri aku sendiri. Aku akan selalu seperti ini ada buat kamu sampai kamu benar-benar menemukan pengganti aku."
Saat itu, aku nggak tahu harus bilang apa, aku lebih kecewa, aku lebih sakit, aku lebih sedih dari apa yang kamu rasakan.
Apa kamu ingat, waktu aku ke rumah kamu terus aku nemuin stik name yang sama persis seperti yang kamu kasih ke aku, dibalik tulisan nama kamu ada nama dia, mantan kamu. Di hadapan aku, kamu matahin stik name itu dan kamu bilang "aku udah lupain dia jauh sebelum aku kenal dekat sama kamu." Terus kamu peluk aku dan bilang, "aku sayang sama kamu oon."
Apa kamu ingat?
Kamu seakan meyakinkan aku, kalau kamu nggak akan pernah pergi, karna saat itu kamu bilang "aku tahu kemana jalan pulang kok."
Aku inget banget, waktu kamu bilang, "aku begini, buat melamar kamu tau."
Aku cuma bisa senyum tapi aku nggak tahu harus percaya atau nggak. Mungkin itu hanya sekedar candaan kamu biar aku nggak terlalu sedih karna putus sama kamu. Bahkan saat kita udah putus, kamu selalu meyakinkan aku kalau kamu nggak akan pernah pergi dan nggak akan kembali sama dia, karna kamu udah punya prinsip.
Iya, prinsip dan prinsip. Sampai kamu lupa prinsip kamu tak pernah menggunakan hatimu kan?
Lama kelamaan kita semakin jarang bbman, kamu udah jarang kasih aku kabar, kamu lebih cuek, kamu udah nggak peduli sama kondisi aku yang suka kambuh karna telat makan. Karna biasanya kamu selalu khawatir kalau maag aku suka kambuh. Perhatian sederhana itu nyatanya udah nggak ada, udah bukan hal yang penting untuk sekedar kamu tahu.
Kamu pernah bilang "walaupun kita udah putus, tapi kamu boleh kok main ke rumah, mungkin kalau aku libur nanti aku ke rumah kamu."
Sejak saat itu aku selalu berharap kamu ke rumah saat libur weekend, tapi nyatanya kamu selalu bilang, "aku sibuk aku lembur terus." dan seterusnya kamu selalu bilang seperti itu. Kamu udah nggak punya waktu lagi buat aku bahkan hanya sekedar menyapa di chat bbm. Kita seperti orang yang tak pernah saling kenal, seperti tak pernah ada hubungan.
Padahal aku selalu nunggu chat dari kamu walau hanya sekedar berkata "hai".
Pernah sesekali kita bicara panjang di bbm, dan kamu bilang kalau mamamu sudah kembali ke rumah. Aku senang mendengarnya karna kamu mungkin tak lagi merasa cemas dan tak lagi merasa sendirian di rumah. Sudah ada yang lebih memperhatikan pola makanmu dan kamu tak lagi bisa main sampai larut malam.
Saat itu juga entah kenapa kamu tiba-tiba bilang kalau aku nggak perlu kasih perhatian lebih lagi sama kamu, kamu bilang nggak seharusnya sikap aku seakan-akan masih jadi pacar kamu, dan kamu bilang aku nggak usah lagi sering-sering ke rumah kamu lagi karna kamu dan aku bukan siapa-siapa kamu lagi.
Dan satu hal yang membuat aku jauh lebih sakit. Kamu bilang aku sudah jadi masa lalu kamu.
Secepat itukah? Seolah-olah kamu udah lupain semuanya, semua tentang kita, semua yang menurut aku begitu indah walau singkat..
Apa kenangan kita nggak pernah ada sedikitpun dalam benak kamu. Sebegitu mudahkah kamu anggap semua itu nggak pernah ada?
Ingat nggak waktu aku kasih setoples bintang-bintang yang didalamnya ada kata-kata?
Aku buat itu sampai larut malam, aku buat itu dengan harapan kamu akan baca semua isinya. Berharap kamu tau begitu aku sangat mencintai kamu. Berharap kamu kembali. Berharap kamu sadar kalau cuma aku yang selalu ada buat kamu, kalau cuma aku yang tulus sayang sama kamu.
Tapi rasanya kamu nggak akan pernah baca semuanya.
Dan hari dimana aku tau yang sebenarnya kenapa sikap kamu berubah. Saat aku lihat display picture di bbm kamu, ada foto dia, iya mantan kamu.
Saat itu, hati aku benar-benar sakit.Rasanya aku mau ngelupain semuanya. Rasanya aku nggak pernah mau kenal kamu lagi. Aku muak dengan segala kebohongan kamu. Aku muak dengan sikap kamu yang selalu menyalahkan aku atas semua pertengkaran yang terjadi saat kita masih bersama.
Kamu seolah membalikan fakta. Aku masih ingat, kamu bilang kamu nggak mau berurusan lagi sama mantan kamu, kamu bilang kalau kamu udah hapus semua yang berhubungan dengan dia. Tapi kenyataan parah. Kamu balikan lagi sama dia kan?
Di mana hatimu mas?
Saat kita berantem karna masalah mantan aku, mungkin kamu selalu berpikir kalau aku belum bisa lupain mantan aku. Kamu selalu menyalahkan aku atas semuanya. Dan sekarang terbukti kan siapa yang belum bisa lupa mantan?
Aku nggak habis pikir kalau kamu sejahat itu sama aku.
Seandainya kamu tau, aku selalu jujur kalau aku lupain semua yang berhungan dengan mantan. Aku cuma anggap mereka teman dan nggak lebih dari itu.
Itu alasannya kenapa aku nggak mau kamu berhubungan sama dia, aku selalu larang kamu buat hubungi dia. Karna aku tau dia masih berharap kamu kembali, dia nggak pernah bisa relain kamu.
Ketakutan aku selama ini benar kan? Feeling aku nggak pernah salah kan?
Padahal aku tulus sayang sama kamu, aku mau yang selalu ada buat kamu, tapI kenapa kamu malah balikan lagi sama dia sih?
Pernah tau sedikit aja gimana perasaan aku?
Pernah mikirin nggak gimana sakitnya jadi aku?
Kamu mungkin nggak pernah tau gimana rasanya ada di posisi aku sekarang.
Beribu alasan kamu meyakinkan aku, ternyata beribu alasan itu juga yang menyakitkan aku. Kamu tunjuk-tunjuk aku seolah aku yang selalu salah.
Kamu jahat ya :')
Dengan alasan fokus dengan pekerjaanmu yang terlampau sibuk, mamamu yang sedang sakit, kehidupan keluargamu, dan alasan-alasan lain agar kamu menjauh perlahan dariku. Kenyataannya semua alasan itu tak pernah berarti hingga kamu kembali padanya.
Jika seandainya dia nggak pernah datang lagi, jika seandainya dia nggak lagi menghubungimu, jika seandainya dia nggak mengingatkan kamu tentang kenangan kalian, apa kita masih bersama saat ini?
Jika seandainya pertengkaran itu nggak pernah terjadi, apa kita masih akan baik-baik saja saat ini?
Aku cuma mau kamu tau mas, aku begitu bahagia saat bersama kamu, begitu nyaman, begitu istimewa saat kamu manjain aku.
Kenapa saat aku lagi ngerasain cinta-cintanya?
Kenapa saat aku yakin kalau kamu yang terbaik buat aku?
Kenapa saat aku percaya kalau kamu adalah masa depan yang akan selalu membuatku bahagia?
KENAPA?
Begitu banyak pertanyaan yang nggak akan pernah mungkin kamu jawab.
Hanya diam, kemudian pergi.
Sebegitu kejamkah?
Haruskah aku menyalahkan dia yang masih saja mengejarmu?
Haruskah aku seperti dia yang menjadi pengganggu dalam hubungan ini agar kamu kembali lagi padaku?
Haruskah aku menangis lagi seperti saat itu agar kamu tak pergi?
Haruskah aku seperti itu agar kamu tetap tinggal bersamaku?
Aku sedang dalam posisi dia saat itu bukan?
Terkatung-katung sendirian, melihat orang yang aku cintai ternyata dengan orang lain. Berpura-pura kuat padahal hatinya begitu hancur.
Aku juga pernah dalam posisinya sekarang bukan?
Ditinggikan olehmu, dimanjakan olehmu, dibahagiakan olehmu.
Namaku pernah ada dalam status bbm mu dan sekarang kamu ganti dengan namanya.
Entah aku harus bicara apa.
Seolah semuanya terbalik, begitu sakit yang aku rasa.
Kamu mungkin tak akan pernah peduli lagi dengan apa yang terjadi padaku.
Saat aku lelah karna bekerja, kamu selalu menguatkan aku supaya aku nggak nangis lagi. Saat maag aku kambuh kamu selalu takut aku kenapa-kenapa sampai kamu pernah bilang "biar aku aja yang sakit supaya kamu nggak lagi ngerasain sakit kaya gini lagi".
Jujur, aku kangen, aku kangen saat-saat kita masih bersama.
Saat kamu selalu genggam tanganku, saat kamu tatap mata aku, saat kamu manjain aku. Aku kangen :') tapi aku bisa apa?
Ingat nggak saat aku mau pulang dari rumah kamu, kita selalu gantian cium pipi, dahi, dan bibir. Kebiasaan itu selalu membuat aku sedih saat aku mengingatnya.
Sekarang kita udah nggak sama-sama lagi.
Apa saat ini kamu merasa bebas karna nggak akan lagi kamu dengar suara rengekanku ketika aku menangis?
Apa saat ini kamu merasa jauh lebih bahagia karna tak ada lagi aku yang mengganggu hari-harimu?
Mungkin, karna sekarang kamu sudah mendapatkannya kembali bukan?
Haruskah aku membenci wanita itu mas?
Apakah dia adalah seorang wanita yang lebih tabah dariku mas?
Apakah dia tahu bagaimana rasanya jadi wanita yang disia-siakan begitu saja saat dia sedang cinta-cintanya, saat dia dinyamankan olehmu kemudian pergi begitu saja?
Apa dia setabah itu? :')
Setabah aku yang hatinya kamu hancurkan berkeping-keping.
Aku mau kamu kembali mas, karna kamu selalu bilang kalau kamu tau kemana harus pulang.
Aku mau belajar masak buat kamu kok, tapi apa dengan begitu kamu mau kembali lagi? :')
Seandainya kamu tau, aku terlalu sakit mas, aku terlalu kecewa, tapI semua itu nggak sedikitpun merubah rasa cinta aku sama kamu.
Aku pernah bilang kan, kalau bukan sekali dua kali aku dikecewakan disakiti oleh pria, dan sekarang kamu yang lakukan itu, rasanya sepertI baru pertama kali aku rasa sakitnya begitu parah.
Harusnya kamu tak datang jika hanya untuk menguatkan lalu menjatuhkan lagi.
Harusnya kamu tak mendekat jika pada kenyataannya kamu masih mencintainya dan berharap dia kembali lagi.
Kenapa kamu setega itu mas?
Apa karna aku wanita lemah yang tak pantas untuk dibahagiakan?
Padahal aku berjuang mencintaimu begitu tulus. Tak pernahkah kamu lihat itu?
Sekarang kamu dengan dia dengan jarak yang begitu jauh.
Apa dia bisa memperhatikanmu seperti aku yang dulu begitu memperhatikanmu?
Aku yang begitu dekat malah kamu sia-siakan. Rasanya begitu bodoh kamu itu.
Rasanya aku ingin tertawa sekencang-kencangnya kenapa kamu malah memilih dia yang telah menyia-nyiakanmu.
Kenangan kita memang singkat, iya hanya sebulan kita jadian kan, tentu berbeda jauh dengan kalian yang punya cerita indah selama bertahun-tahun.
Tapi sebulan itu buatku seperti bertahun-tahun mas, aku mengenalmu bukan hanya saat itu, bukankah kita sudah saling kenal sejak sekolah dasar. Kamu yang pernah bilang kalau sebenarnya kamu pernah menyukaiku saat sekolah dasar tapi tak pernah berani kamu ungkapakan.
Jika seandainya dulu kamu bilang dari awal, apa mungkin kita akan bersama selama bertahun-tahun?
Ah, mungkin aku yang berkhayal tinggi. Bukankah itu hanya perasaan anak bocah yang taunya hanya cinta monyet.
Kenangan kita buatku begitu indah, yang telah kamu lakukan begitu membuatku terbang tinggi hingga pada akhirnya aku yang kamu jatuhkan.
Saat ini aku hanya ingin kamu tau, aku mencintaimu sejak aku kamu bahagiakan sampai saat ini kamu sakiti.
Aku tau kesalahanku, tapI aku juga tau dimana kesalahanmu yang membuatmu pergi dengan sendirinya.
Mungkin bahagiamu bukan bersamaku tapi bersamanya.
TapI satu hal, aku yang lebih banyak menangis karnamu. Aku yang lebih tersakiti olehmu.
Semoga kamu tau, tak ada yang bisa mencintaimu setulus aku mencintaimu mas :')